watch sexy videos at nza-vids!
get it real money $1.000 free !

Kekasihku di Perkosa Polisi

Saya pertama kenal Vira ketika
melihatnya menjadi model cover
di sebuah majalah di Jakarta,
kemudian ia juga menjadi
bintang sinetron Abad 21. Vira
berumur 17 tahun, cantik, kulitnya putih mulus, ramah dan
yang paling menarik perhatian
orang-orang adalah buah
dadanya yang bundar dan
padat berisi. Semua orang yang
menatap Vira pandangannya akan langsung tertarik ke arah
buah dadanya yang membusung.
Tidak terlalu besar memang,
tapi sangat proporsional dengan
tubuh dan wajah Vira.
Saya berkenalan dengannya, pertama melalui surat kemudian
bertemu, sesekali menelepon
dirinya. Lama-kelamaan kita
semakin sering bertemu dan
percakapan yang ada semakin
menjurus ke hal-hal yang pribadi. Akhirnya saya
memberanikan diri untuk
mengajaknya keluar makan
malam.
Suatu hari saya memberanikan
diri untuk mengajaknya dan ternyata Vira senang sekali
mendengar ajakan saya, dan
langsung setuju. Saya gelisah
sekali menunggu pada saat
menjemput Vira di rumahnya.
Setelah pulang kerja dan berganti pakaian saya
menjemput Vira, untuk kemudian
makan malam di sebuah
restoran. Di sana kami
bercakap-cakap panjang lebar,
setelah itu dilanjutkan sebuah diskotik untuk sedikit
menggoyangkan tubuh dan
minum. Di tengah-tengah
percakapan di diskotik, Vira
mengajak saya untuk kembali ke
rumahnya dan melanjutkan sisa malam itu di rumahnya.
Bagaimana saya bisa menolak
tawaran itu?
Sepanjang perjalanan pulang
Vira berkata bahwa ia belum
pernah mengalami hari yang menyenangkan seperti yang
baru ia alami malam itu, dan ia
juga berkata, di rumah nanti
giliran dirinya yang akan
membuat diri saya tidak akan
melupakan malam ini. Saya begitu bergairah dan
berhasrat untuk lekas-lekas
sampai ke rumah Vira, ketika
tanpa sadar saya mengendarai
mobil melebihi batas maksimal
kecepatan di jalan. Tiba-tiba saya tersadar ketika di sebelah
kanan sudah ada mobil Polantas
yang berusaha menghentikan
mobil saya. Saya meminggirkan
mobil di tempat parkir sebuah
toko dan menunggu Polantas tadi mendekati mobil kami. Ia
bertanya hendak ke mana kami
sampai-sampai kami membawa
mobil itu melebihi batas
kecepatan. Rupanya alasan saya
tidak masuk akal sehingga Polantas tadi meminta STNK dan
SIM saya.
Setelah melihat surat-surat itu
Polantas itu menjengukkan
kepalanya ke dalam mobil kami
dan lama sekali mengamati Vira yang duduk terdiam. “Anda
harus meninggalkan mobil Anda
di sini dan ikut saya ke
kantor”, perintah Polantas tadi.
Akhirnya sepuluh menit
kemudian kami sampai ke sebuah kantor polisi yang
terpencil di pinggir kota.
Waktu itu sudah lewat pukul 11
malam, dan dalam kantor polisi
itu tidak terdapat siapa pun
kecuali seorang Sersan yang bertugas jaga dan Polantas
yang membawa kami. Ketika
kami masuk, Sersan itu
memandangi tubuh Vira dari
bawah hingga ke atas, kelihatan
sekali ia menyukai Vira. Kami dimasukkan ke dalam sel
terpisah, saling berseberangan.
Sepuluh menit kemudian,
Polantas yang berumur sekitar
40-an dan berbadan gemuk dan
Sersan yang tinggi besar berbadan hitam, dan umurnya
kira-kira 45 tahun kembali ke
ruang tahanan. Polantas tadi
berkata, “Kalian seharusnya
jangan mengemudi sampai
melebihi batas kecepatan yang ada. Tapi kita semua bener-
benar kagum, soalnya dari
semua yang kami tangkap baru
kali ini kita dapat orang yang
cantik seperti kamu.” Sersan
tadi menimpali, “Betul sekali, dia bener-bener kualitas nomer
satu!” Saya sangat takut
mendengar nada bicara mereka,
begitu juga Vira yang terus-
menerus ditatap oleh mereka
berdua. Mereka lalu membuka sel Vira
dan masuk ke dalam. “Sekarang
denger gadis manis, kalau kamu
berkelakuan baik, kita akan
lepasin kamu dan pacar kamu
itu. Mengerti!” Sersan tadi langsung memegangi kedua
tangan Vira sementara Polantas
menarik kaos yang dikenakan
Vira ke atas. Dalam sekejap
seluruh pakaian Vira berhasil
dilucuti tanpa perlawanan berarti dari Vira yang terus
dipegangi oleh Sersan. “Wow,
lihat dadanya.” Vira terus
meronta-ronta tanpa hasil,
sementara Sersan yang
tampaknya sudah bosan dengan perlawanan Vira, melemparkan
tubuh Vira hingga jatuh
telentang ke atas ranjang besi
yang ada di sel Vira. Dan
dengan cepat diambilnya borgol
dan diborgolnya tangan Vira ke rangka di atas kepala Vira.
Kemudian mereka dengan leluasa
menggerayangi tubuh Vira.
Mereka meremas-remas dan
menarik buah dada Vira,
kemudian memilin-milin puting susunya sehingga sekarang
buah dada Vira mengeras dan
puting susunya mengacung ke
atas. Kadang mereka mengigit
puting susu Vira, sedangkan Vira
hanya bisa meronta dan menjerit tak berdaya.
Saya berdiri di dalam sel di
seberang Vira tak berdaya
untuk menolong Vira yang
sedang dikerubuti oleh dua
orang itu. Kedua polisi itu lalu melepaskan pakaian mereka dan
terlihat jelas kedua batang
kemaluan mereka sudah keras
dan tegang dan siap untuk
memperkosa Vira. Polantas
mempunyai batang kemaluan paling tidak sekitar 25 senti,
dan Sersan mempunyai batang
kemaluan yang lebih besar dan
panjang. Vira menjerit-jerit
minta agar mereka berhenti,
tapi kedua polisi itu tetap mendekatinya.
“Lebih baik kamu tutup mulut
kamu atau kita berdua bisa
bikin ini lebih menyakitkan
daripada yang kamu kira.” kata
Polantas. “Sekarang mendingan kamu
siap-siap buat muasin kita
dengan badan kamu yang bagus
itu!”
“Dia pasti sempit sekali”, kata
Sersan sambil memasukan jari- jarinya ke lubang kemaluan Vira.
Ia menggerakkan jarinya keluar
masuk, membuat Vira
menggelinjang kesakitan dan
berusaha melepaskan diri.
“Betul kan, masih sempit sekali.”
Kemudian Polantas tadi naik ke
atas ranjang di antara kedua
kaki Vira. Kemudian mereka
membuka kaki Vira lebar-lebar
dan Polantas memasukkan batang kemaluannya ke dalam
lubang senggama Vira. Vira
mengeluarkan jeritan yang
keras sekali, ketika perlahan
batang kemaluan Polantas
membuka bibir kemaluan, dan masuk senti demi senti tanpa
berhenti. Kadang ia menarik
sedikit batang kemaluannya
untuk kemudian didorongnya
lebih dalam lagi ke lubang
kemaluan Vira. Sementara itu, Sersan naik dan
mendekati wajah Vira,
mengelus-elus wajah Vira
dengan batang kemaluannya.
Mulai dari dahi, pipi kemudian
turun ke bibir. Vira menggeleng- gelengkan kepalanya agar tidak
bersentuhan dengan batang
kemaluan Sersan yang hitam.
“Ayo dong manis, buka mulut
kamu”, kata Sersan sambil
meletakkan batang kemaluannya di bibir Vira.
“Kamu belum pernah ngerasain
punya polisi kan?” Vira tak
bergeming.
“Buka!” bentak Sersan.
“Buka mulut kamu, brengsek!” Perlahan mulut Vira terbuka
sedikit, dan Sersan langsung
memasukkan batang
kemaluannya ke dalam mulut
Vira.
Mulut Vira terbuka hingga sekitar 6 senti agar semua
batang kemaluan Sersan bisa
masuk ke dalam mulutnya.
Batang kemaluan Sersan mulai
bergerak keluar masuk di mulut
Vira, saya melihat tidak semua batang kemaluan Sersan dapat
masuk ke mulut Vira, batang
kemaluan Sersan terlalu panjang
dan besar untuk bisa masuk
seluruhnya dalam mulut Vira.
Ketika Sersan menarik batang kemaluannya terlihat ada cairan
yang keluar dari batang
kemaluannya. Julurin lidah
kamu!” Vira membuka mulutnya
dan mengeluarkan lidahnya.
Sersan kemudian memegang batang kemaluannya dan
mengusapkan kepala batang
kemaluannya ke lidah Vira,
membuat cairan kental yang
keluar tadi menempel ke lidah
Vira. “San, dia nggak mungkin bisa
masukin punya Sersan ke
mulutnya, biar saya coba.
Gantian!” Mereka kemudian
bertukar tempat, Sersan
sekarang ada di antara kaki Vira dan Polantas berjongkok di
dekat wajah Vira. Sersan mulai
mendorong batang kemaluannya
masuk ke liang senggama Vira.
Terlihat sekali dengan susah
payah batang kemaluan Sersan yang besar itu membuka bibir
kemaluan Vira yang masih
sempit. Polantas, mengacungkan
batang kemaluannya ke mulut
Vira. “Kamu mungkin nggak bisa
masukin punya Sersan ke mulut kamu, tapi kamu musti
ngerasain punya saya ini,
seluruhnya.” Dengan kasar ia
mendorong batang kemaluannya
masuk ke mulut Vira, sampai
akhirnya batang kemaluan itu masuk seluruhnya hingga
sekarang testis Polantas berada
di wajah Vira. Ia kemudian
menarik batang kemaluannya
sebentar untuk kemudian
didorongnya kembali masuk ke tenggorokan Vira. Setelah lima
kali, keluar masuk, Polantas
sudah tidak bisa lagi menahan
orgasmenya.
“Saya keluuarrhh. Aaahhh!” Ia
tidak menarik batang kemaluannya keluar dari mulut
Vira, batang kemaluannya
tampak bergetar berejakulasi di
tenggorokan Vira,
menyemprotkan sperma masuk
ke tenggorokannya. Saya mendengar Vira berusaha
menjerit, ketika sperma Sersan
mengalir masuk ke perutnya.
Terlihat sekali Sersan yang
sedang mencapai puncak
kenikmatan tidak menyadari Vira meronta-ronta berusaha
mencari udara.
“Iyya… yaah! Telleeen semuaa!
Aaahhh… aahhh… nikhmaattt!”
Ketika selesai ia menarik keluar
batang kemaluannya dan Vira langsung megap-megap
menghirup udara, dan terbatuk-
batuk mengeluarkan sperma
yang lengket dan berwarna
putih. Vira berusaha meludahkan
sperma yang masih ada di mulutnya. Polantas tertawa
melihat Vira terbatuk-batuk,
“Kenapa? Nggak suka rasanya?
Tenang aja, besok pagi, kamu
pasti sudah terbiasa sama itu!”
Sementara Sersan yang masih mengerjai kemaluan Vira
sekarang malah memegang
pinggul Vira dan membalik tubuh
Vira. Vira dengan tubuh
berkeringat dan sperma yang
menempel di wajahnya tersadar apa yang akan dilakukan Sersan
pada dirinya, ketika dirasanya
batang kemaluan Sersan mulai
menempel di lubang anusnya.
“Jangan Pak, jangan! Ampun
Pak, ampun, jangan…” “Aaahkk! Jangaaan!”
Vira menjerit-jerit ketika kepala
batang kemaluan Sersan
berhasil memaksa masuk ke
liang anusnya. Wajah Vira pucat
merasakan sakit yang amat sangat ketika batang kemaluan
Sersan mendorong masuk ke
liang anusnya yang kecil. Sersan
mendengus-dengus berusaha
memasukkan batang
kemaluannya ke dalam anus Vira. Perlahan, senti demi senti
batang kemaluan itu tenggelam
masuk ke anus Vira. Vira terus
menjerit-jerit minta ampun
ketika perlahan batang
kemaluan Sersan masuk seluruhnya ke anusnya. Akhirnya
ketika seluruh batang kemaluan
Sersan masuk, Vira hanya bisa
merintih dan mengerang
kesakitan merasakan benda
besar yang sekarang masuk ke dalam anusnya.
Sersan beristirahat sejenak,
sebelum mulai bergerak keluar
masuk. Kembali Vira menjerit-
jerit. Sersan terus bergerak
tanpa belas kasihan. Batang kemaluannya bergerak keluar
masuk dengan cepat, membuat
testisnya menampar-nampar
pantat Vira. Sersan tidak peduli
mendengar Vira berteriak
kesakitan dan menjerit minta ampun ketika sodomi itu
berlangsung. Saya melihat
berulang kali batang kemaluan
Sersan keluar masuk anus Vira
tanpa henti. Akhirnya Sersan
mencapai orgasme ia menarik batang kemaluannya dan
sperma menyemprot keluar
menyembur ke punggung Vira,
kemudian menyembur ke pantat
Vira dan mengalir turun ke
pahanya, dan terakhir Sersan kembali memasukkan batang
kemaluannya ke anus Vira lagi
dan menyemprotkan sisa-sisa
spermanya ke dalam anus Vira.
Sersan kemudian melepaskan
pegangannya dari pinggul Vira dan berdua dengan Polantas
mereka keluar dari sel dan
menguncinya. Saya masih dapat
mendengar Sersan berkata
pada Polantas, “Pantat paling
hebat yang pernah ada. Dia bener-bener sempit!”
Dini hari, ketika Vira kelelahan
menangis dan merintih, mereka
berdua dengan langkah
sempoyongan dan dengan botol
bir di tangan masuk kembali ke dalam sel Vira. Mereka
menendang tubuh Vira agar
terbangun dan mereka mulai
memperkosanya lagi. Sekarang
Polantas menyodomi Vira
sementara Sersan berbaring di bawah Vira dan memasukkan
batang kemaluannya ke dalam
kemaluan Vira. Kemudian mereka
berganti posisi. Mereka juga
menyiksa Vira dengan
memasukkan botol bir ke dalam liang kemaluan dan anusnya
sementara batang kemaluan
mereka dimasukkan ke mulut
Vira. Mereka terus berganti
posisi dan Vira terus menerus
menjerit dan menjerit hingga akhirnya ia kelelahan dan tak
sadarkan diri. Melihat itu polisi-
polisi tersebut hanya tertawa
terbahak-bahak meninggalkan
tubuh Vira yang memar-memar
dan belepotan sperma dan bir. Keesokan paginya, Sersan
masuk dan membuka sel kami.
“Kalian boleh pergi.”
Saya membantu Vira
mengenakan pakaiannya.
Tubuhnya lemah lunglai berbau bir dan sperma-sperma kering
masih menempel di tubuhnya.
Kami pergi dari kantor polisi itu
dan akhirnya sampai ke rumah
Vira. Kemudian saya
membersihkan tubuh Vira dan menidurkannya. Ketika saya
tinggal, saya mendengar ia
merintih, “Jangan Pak, ampun
Pak, sakit… ampuunn… sakiiit…”.


Tamat

[ back ][ home ]

Watch TV on Computer

Web Site Hit Counter