watch sexy videos at nza-vids!
want to be milyuner? Join here... Free !

Kekuatan Dalam Bercinta (part 1)

Saat itu usiaku masih belia
sekali untuk ukuran
perkotaan, 14 tahun.
Pertemuanku dengan seorang
laki-laki di daerahku
membuatku jatuh cinta, cinta pertamaku, sebaliknya dia pun
demikian. Dia sering
menungguku saat aku pulang
dari sekolah. Cinta pun
bersambut, kami sering
bertemu. Ada rasa rindu bila sehari tak bertemu. Hubungan
kami semakin erat. Mulai
mencoba-coba berciuman. Aku
ingat selalu saat pertama kali
kami berciuman. Rasanya tidak
dapat dilupakan hingga kini. Karena terlalu mabuk asmara
hingga aku lupa akan mana
yang patut dan mana yang
tidak, dan itu menyebabkan
aku hamil. Hingga suatu saat aku
menerima kabar bahwa dia
mengalami kecelakaan
kendaraan bermotor, dan tak
dapat diselamatkan. Sangat
sedih rasanya hatiku saat itu, sedih yang tak terlukiskan.
Aku sudah tidak gadis lagi,
apalagi saat itu aku sudah
berbadan dua. Bahkan kata
saudaraku, aku sempat
pingsan berkali-kali, gelap rasanya dunia saat itu, dua
hal besar yang membuatku
berpikir saat itu bahwa aku
kehilangan seorang yang
kucintai dan kehamilanku.
Apakah aku harus menanggung semua perbuatan tersebut
seorang diri? Saat menghadiri
pemakamannya ingin rasanya
aku terjun di dalam lubang
kubur, ingin menyusulnya. Setelah itu aku mengalami
kesedihan yang berlarut-larut,
sakit rasanya ditinggal pergi
seorang yang kita cintai
terlebih ditinggal mati dan
secara tiba-tiba. Bila kita diputus pacar mungkin dapat
terobati dengan masih bisa
kita melihatnya walaupun
sudah dimiliki oleh orang lain,
tetapi bila telah beda alam,
bagaimana mau melihatnya? Kadang ingin rasanya bertemu
dalam mimpi untuk mengobati
rindu, sekali saja, tetapi
semakin aku inginkan malah
semakin sulit untuk tidur. Lama aku mengalami kesedihan,
hingga akhirnya aku ditegur
oleh orangtuaku. Untuk
menutupi rasa kesedihanku
aku dinikahkan oleh
orangtuaku. Saat aku menemui calon suamiku, aku tidak ada
rasa apapun terhadapnya. Aku
menyadari kalau ini bukan
kemauannya juga, dia hanya
sekedar membantuku agar
melupakan kesedihanku. Akhirnya aku melakukan
perjanjian dengannya sebelum
ke jenjang pernikahan, yang
berisi bahwa kamu bisa
menikmati seluruh tubuhku tapi
jangan harap kamu mendapatkan cintaku dan aku
ingin pernikahan ini tidak
berlangsung lama, seandainya
aku hamil, aku ingin dia segera
menceraikanku begitu anakku
lahir, dan jangan mencariku, bila anakku menanyakan
bapaknya akan aku jawab
bahwa dia telah meninggal. Jadi
jangan cari aku dan jangan
cari anaknya, dia tidak
mengetahui bahwa aku sedang hamil benih cinta dari pacar
pertamaku. Perjanjian dia terima, maklum
saat itu aku lagi mekar-
mekarnya, banyak juga yang
menginginkanku. Sementara dia
tanpa bersaing hanya dengan
penunjukkan langsung, mendapatkan diriku, oleh
sebab itu dia segera menerima
perjanjian tersebut. Mungkin
dalam benaknya buat apa
cinta yang penting dia
mendapatkan tubuhku serta memenangkan perebutan
diriku. Dengan upacara pernikahan
yang sangat sederhana sekali
jadilah kami sepasang suami
istri. Seperti layaknya
sepasang pengantin kami pun
mengalami yang namanya malam pertama tetapi tak
seindah yang kubayangkan,
hanya semu karena memang
tanpa didasari rasa cinta yang
menyatu. Selanjutnya
kehidupan kami pun tak jauh beda dengan rumah tangga
yang lainnya. Hingga aku
beritahukan kepada suamiku
bahwa aku hamil. Dia
menanggapi dengan dingin,
mungkin dia tahu bahwa benih di perutku bukan dari dia. Setelah kandunganku sudah
mencapai harinya, persalinan
telah selesai. Aku mendapatkan
seorang bayi laki-laki, di usiaku
yang ke 16. Setelah masa
nifasku selesai, aku menagih janji pada suamiku. Dia tanpa
rasa sedih sedikitpun segera
memproses perceraianku.
Orangtuaku menanyakan
sebabnya, karena kami sudah
ada kesepakatan dari awal sebelum pernikahan maka kami
melakukan sandiwara agar
tujuan perceraian tercapai,
akhirnya mereka menerima.
Jadilah aku seorang janda
dengan seorang bayi laki-laki di usia yang masih muda,
hampir 17 tahun. Mengapa aku memilih seperti
ini? Karena buat apa kita
hidup bersama dengan orang
yang tidak kita cintai.
Sementara bayiku merupakan
bagian dari hidupku, karena dari benih orang yang sangat
kucintai. Aku tetap masih
mengenang pacarku yang telah
mendahuluiku, darinya lah aku
mengenal cinta, yah cinta
pertamaku, cinta sejatiku, dan aku masih merasa tetap
sebagai kekasihnya walaupun
telah berbeda alam. Setelah aku merasa sudah
agak pulih, aku mulai mencoba
kerja di pabrik di daerahku,
saat itu usiaku menginjak usia
17 tahun lebih. Selama menjadi
janda dan pengangguran, untuk sementara aku dibantu
oleh kakakku. Kerja di pabrik
ternyata lumayan juga,
capeknya. Belum ada setahun
kerja di pabrik, aku ditawari
temanku untuk kerja di Jakarta, tanpa pikir panjang
segera aku terima, bayiku aku
titipkan pada kakakku. Pekerjaan di Jakarta yang aku
terima sebagai pramuniaga,
cukup lama aku bekerja di sini
hingga usiaku hampir 19 tahun.
Gaji yang kuterima lebih besar
dari kerja di pabrik di desaku, tetapi pengeluaranku juga
lumayan besar di Jakarta,
hingga uang yang aku kirimkan
ke desa untuk anakku tidak
begitu beda hanya lebih
beberapa puluh ribu rupiah saja. Beberapa bulan kemudian
temanku yang mengajakku ke
Jakarta pindah kerja,
tinggallah aku di Jakarta
seorang diri, tanpa teman dan
saudara. Suatu hari aku mendapatkan
berita bahwa anakku sakit
hingga aku harus pulang ke
desa. Setelah anakku sembuh
aku kembali ke kota, ternyata
posisi pekerjaanku telah diisi orang lain dan aku sudah tidak
dibutuhkan lagi, sedih sekali
rasanya. Aku mencari teman
sedesaku yang dulu mengajak
ke Jakarta untuk menanyakan
apakah ada pekerjaan untukku. Setelah bertemu dia.
Dia mengajak bekerja di
tempatnya yaitu sebuah
tempat pijat. Dia menerangkan
pekerjaan yang dia lakukan,
juga mempraktekkan langsung ke diriku di tempat kost-
annya. Setelah aku pertimbangkan,
hanya seperti itu, yah aku
terima. Tanpa menggunakan
surat dan Ijazah, aku diterima
dan langsung kerja. Hari pertama, aku kerja, kikuk
juga, tadi sih praktek di kamar
belakang bisa, sekarang sudah
masuk kamar, bingung juga,
beruntung aku mendapatkan
tamu pertama yang pengertian. Dia memang
bertujuan hanya pijat, nggak
tahu apakah dia
menyenangkan diriku, dia
bilang pijatanku enak dan
setelah selesai aku menerima uang tips. Enak juga kerja
tidak begitu capek tetapi
dapat uangnya lumayan, tidak
seperti jadi pramuniaga, berdiri
terus menerus selama delapan
jam yang hanya diberi waktu istirahat satu jam. Tamu ke dua, mulai meraba-
raba, aku tidak sanggup
menerimanya hingga kuberikan
ke temanku yang lain, senang
sekali temanku menerimanya.
Aku hanya mau tamu yang hanya membutuhkan pijat saja.
Hari berganti hari, akhirnya
aku tahu seperti apa tempat
kerjaku. Kalau mau dapat uang
banyak yah harus berani. Kata temanku di sini tak ada
cinta, yang ada hanya uang.
Jangan jatuh cinta dengan
tamu. Tetapi puaskanlah tamu,
buat agar segera selesai,
bayar dan selesai. Merinding aku mendengarkannya.
Memang sih tamunya dia
banyak sekali. Jangan lihat
wajahnya, mau cakep mau
jelek yang penting bayar,
katanya lagi. Di sini orang cakep tidak laku katanya,
yang punya uang yang laku.
Dia menunjukkan uang tips
yang dia dapat hari ini, dia
telah mendapatkan tamu
sebanyak lima orang, dua ratus ribu rupiah satu orang,
dipotong biaya harian (jajan +
main kartu/iseng nunggu tamu
+ rokok + ngasih roomboy)
paling tidak sembilan ratus ribu
bersih dibawa pulang dalam sehari sehingga dalam sebulan
pendapatan bersihnya rata-
rata mencapai dua belas juta
rupiah bersih tanpa dipotong
pajak penghasilan 21, itu telah
dikurangi beberapa hari tidak kerja karena datang bulan. Kalau aku perhatikan memang
sih di sini tak ada cinta, tetapi
tetap aja ada rasa cemburu
bila tamunya beralih ke orang
lain, bukan cemburu karena
cinta tetapi karena pendapatannya beralih ke
orang lain. Banyak juga yang
menjatuhkan orang lain, baik
yang secara terang-terangan
maupun yang terselubung. Ada yang bilang ke tamu kalau
si ini, si itu, habis sakit phs lah.
Ada yang melakukan operasi
plastik untuk menutupi
kekurangannya, ada yang
memasang susuk di tubuhnya, bahkan ke klitnya. Biar laris
katanya. Suatu saat tamu pertamaku
dulu ingin bersamaku lagi,
karena rindu dengan pijatanku.
Oleh karena pernah bertemu
dengannya aku sudah tidak
kagok lagi, selain itu aku suka dengannya karena sopan,
tidak meraba-raba diriku. Aku
sih niatnya memang bekerja
yakni memijat, karena
seragamku memang
menggunakan rok mini hingga pahaku bersinggungan dengan
pantatnya; posisi dia telungkup
dan aku memijat dengan
menduduki pantatnya. Nah
saat dia telentang nampak
penisnya yang sudah membesar, aku tidak perduli,
kututupi dengan handuk kecil
yang tersedia, aku tetap
melakukan pijatan di kaki dan
tangannya serta sedikit di
bagian perut. Hingga akhirnya dia memohon
dengan sangat, untuk
menolongnya mengeluarkan
desakan nafsu yang sudah
memuncak dengan cara
memasturbasi kemaluannya. Pertama aku jawab bahwa aku
tidak dapat melakukan hal itu,
kemudian aku diajari olehnya
hingga dia ejakulasi dan aku
mendapatkan uang tips yang
lumayan besar. Akhirnya aku sudah
mendapatkan pola kerja, bila
tamu ingin main maka aku
berikan kepada temanku, bila
hanya sekedar pijat aku
kerjakan, yah maksimal aku pijat kemaluannya hingga
ejakulasi. Lumayan tips yang
kudapat dalam satu minggu
sama dengan satu bulan kerja
sebagai pramuniaga. Nampaknya bapak yang
pertama kupijat itu sudah
menjadi langganan tetapku.
Pernah dia meminta ijinku, bila
aku tak keberatan, ingin
rasanya dia memegang tubuhku, pertama sih kutolak,
tetapi melihat tingkah lakunya
yang sopan dan selalu
memberikan uang tips yang
lumayan, maka kuijinkan dia
meraba tubuhku, dengan syarat aku masih berpakain
lengkap; ada juga sih rasa
takut kehilangan pelanggan
sebaik dia, mengingat
persaingan yang sangat besar,
anehnya dia tidak mau dengan pemijat lain kecuali dengan
diriku. Pada pertemuan yang kesekian
kalinya, dia sudah dapat
meraba payudaraku juga
kemaluanku, terus terang aku
tidak dapat menolak
permohonannya yang selalu dikatakan di saat kami
bertemu, rayuannya yang
membuatku terkadang lupa
diri, selain itu uang tips yang
kudapatkan juga semakin
besar, dan yang tak dapat kuhindari adalah bahwa aku
juga memiliki kebutuhan itu,
aku tidak munafik, karena aku
telah menjanda selama hampir
tiga tahun. Asli, itulah pertama
kalinya aku merasakan basahnya kemaluanku setelah
sekian lama tidak
merasakannya, belum lagi
resiko pekerjaan yang sehari-
hari kuhadapi adalah melihat
bahkan memegang kemaluan yang membesar yang
menuntut untuk dikeluarkan
"isinya". Hingga si bapak mengetahui
kisahku, karena setiap selesai
pijat, dia selalu memuaskan
diriku dengan jemarinya yang
lincah hingga dia sendiri
ejakulasi juga, dan dilanjutkan dengan membicarakan
masalahku terkadang juga
masalah si bapak. Si bapak
terkejut melihat perjalanan
hidupku seperti itu, yang
akhirnya dia memelukku. Ohh rasanya, sudah lama aku tidak
dipeluk kaum pria, sepertinya
ada perasaan yang pernah
hilang, yaitu perasaan
dilindungi, rasa aman. Tak berapa lama bibir kami
telah saling bertaut, aku suka
cara dia menciumku. Dia dapat
membangkitkan gejolak
birahiku yang lama padam.
Mungkin aku sudah terbawa derasnya arus nafsuku tanpa
terasa tidak tahu bagaimana
caranya si bapak hingga aku
menjadi telanjang bulat.
Dengan kesabarannya dia
mencium bibirku hingga aku hampir tak bisa bernafas, dan
mulai turun ke arah leherku,
rasa geli campur nikmat
berbaur menjadi satu, aku
mencari-cari sekiranya ada
pegangan yang dapat kuraih untuk menjadi pegangan
karena rasa takut jatuh yang
amat sangat, iya jatuh ke
dalam jurang kenikmatan,
paling tidak untuk
membuktikan pada diriku bahwa aku tidak sedang
bermimpi, ini adalah kenikmatan
nyata, bukan virtual. Sprei tempat tidur sudah jatuh
ke lantai akibat rontaan
kakiku dan kakinya yang
bergerak, seperti sedang
mendaki bukit, bukit
kenikmatan, akibatnya hanya tinggal kasur pegas yang
dibungkus bahan seperti kulit
yang menjadi licin oleh keringat
kami berdua. Aku tetap
berusaha mencari pegangan
itu, dan kudapatkan kepala si bapak, kuusap rambutnya
yang terkadang kujambak
karena saking nikmatnya
hisapan mulutnya yang
melumat kedua payudaraku. Ciuman bapak semakin turun
dan mencapai daerah
kemaluanku, aku malu bila
kemaluanku dilihat secara
dekat, bukan dikarenakan
bentuknya yang jelek atau adanya beberapa bekas luka
yang hampir hilang di pangkal
paha dekat lubang anusku,
tetapi aku mengalami basah
yang lumayan banyak
semenjak kami berciuman, saat itu aku memang lagi nafsu-
nafsunya, jadi aku malu bila dia
mengetahui bahwa aku benar-
benar terangsang. Kututup
kemaluanku dengan kedua
belah telapak tanganku.


Bersambung....

[ back ][ home ]

Watch TV on Computer

Web Site Hit Counter