watch sexy videos at nza-vids!
new software video camera mobile phone

Variasi Dalam Bercinta

Tokoh pria utama:
1. Agus (Sang Peramal)
Profil: Tampan dengan sepasang
mata yang bagus dan tatapan
yang tajam
Alat Vital: 14 cm, diameter 4.5 cm
Keistimewaan: tegang setiap
saat
Umur: 26 tahun
Pekerjaan: Pengangguran (bank
tempat bekerja dilikuidasi) 2. Peter (Sang Cendikiawan)
Profil: Mirip Andy Lau, bintang
film Hongkong
Alat Vital: 12 cm, diameter 5 cm
Keistimewaan: bisa mengatur
waktu ejakulasi Umur: 27 tahun
Pekerjaan: Sales Manager di
perusahaan Jepang
3. Andi (Pembersih Kolong)
Profil: Sangat menarik, selalu
tersenyum Alat Vital: 17 cm, diameter 3 cm
Keistimewaan: jilatan sejuta
kenikmatan
Umur: 27 tahun
Pekerjaan: Pemilik toko
komputer di Mangga Dua 4. Gunawan (Sang Perjaka)
Profil: Polos dan jujur
Alat Vital: 13 cm, diameter 4 cm
Keistimewaan: belum ketahuan
soalnya masih perjaka
Umur: 20 tahun Pekerjaan: Mahasiswa
Tokoh pria non utama: Janto,
Stephen, Charles, Boy.
Jakarta, 4 September 1999
Malam ini adalah malam minggu
terakhir saya di Jakarta (Senin tanggal 6 September 1999 saya
akan berangkat ke UK). Jam
dinding sudah menunjukkan
21.20. Dengan tidak sabaran
saya berjalan mondar-mandir di
ruang tamu kost saya. Saya sudah janjian dengan ketujuh
teman saya untuk pergi ke
karaoke malam sebagai acara
perpisahan. Dengan kaos ketat
Calvin Klein berwarna hitam dan
jeans biru saya terlihat sangat rapi dan menarik, apalagi bau
parfum saya begitu semerbak.
"Tuuuttt... Tuuttt..." terdengar
klakson mobil dan disusul
teriakan,
"Gusss... Ayo..." Dari suaranya saya tahu itu adalah Gunawan,
sang Perjaka. Dengan buru-buru
saya berlari ke kamar untuk
mengambil HP dan kunci kamar
saya. Sesudah itu saya mengunci
pintu kamar dan bergegas keluar. Di halaman kost saya
terlihat dua mobil, satu Toyota
Corola warna putih yang
merupakan milik si Peter dan
satu Suzuki Esteem milik si
Herry (bukan tokoh utama). Saya melihat si mobilnya si
Herry sudah berisi empat orang,
jadi saya menuju mobilnya si
Peter. "Wow... cakep nih....
kayaknya ini malam yang tidak
terlupakan..." komentar si Andi yang duduk di samping Peter
yang mengemudikan mobil ketika
saya masuk. Perkataan tanpa ia
sadari akan menjadi kenyataan.
Kemudian meluncurlah kedua
mobil tersebut ke daerah Mangga Besar. Berdasarkan
petunjuk Peter dan ramalan
saya (hihi...) kami sepakat untuk
pergi ke karaoke di hotel
transit Mangga Besar (saya lupa
Mangga Besar berapa, tetapi kalau dari Mangga Besar
mengarah ke Gunung Sahari,
belok ke sebelah kanan sekitar
50 meter). Dalam perjalanan
kami bercanda apa saja, dari
pacar baru Gunawan yang sangat montok, petualangan
baru si Andi, sampai ke tamu
Jepangnya si Peter yang
bernafsu dengan wanita
Indonesia.
Tanpa terasa sampailah kami di depan hotel tersebut. Terlihat
keempat teman saya yang
lainnya sudah menunggu. Setelah
memarkir mobil, Peter memimpin
kami ke dalam (soalnya dia
sudah sering ke sini). kami berjalan melewati lobby hotel,
terlihat beberapa cewek cantik
yang berpakaian seronok.
"Wah... adik gua udah berontak
nih..." kata saya yang dilanjuti
dengan tertawa teman-teman saya. Memang saya terkenal
dengan nafsu saya yang besar,
prinsip saya ya mirip
semboyannya lampu Philips
Tegang Terus.
Di ujung lorong tersebut, Peter meminta kami menunggu, dia
berbelok ke kanan untuk
mencari manager karaoke untuk
mem-booking kamar. Iseng-iseng
saya berjalan ke lorong sebelah
kiri. Di ruangan pertama terdapat cafetaria atau
semacam restoran. Di dalamnya,
amboi... banyak cewek cantik
yang berpakaian seksi. Benar-
benar cantik. Saya mulai
menghitung satu, dua, tiga... setidaknya ada 13 cewek yang
cakepnya selangit.
"Cakep ya?" tanya si Andi.
"Kalau loe mau disini juga ada
cewek yang langsung bisa
dipakai, harganya 250 ribu berikut kamarnya," seperti
germo saja itu anak.
"Nggak mau ah..." jawab saya.
Saya memang tidak suka
membayar untuk urusan
bercinta, bukannya pelit tetapi saya tidak mau bercinta dengan
sembarang perempuan. Harus
perempuan yang saya cinta dan
dianya juga harus cinta dengan
saya. Dengan begitu pasti lebih
nikmat kan? Asyiknya saya gampang sekali jatuh cinta
(hahaha...).
"Ayo... teman-teman, ikut gua...
gua udah booking kamar yang
cukup untuk 20 orang," seru si
Peter. Terpaksa deh saya mengalihkan perhatian saya dari
belasan wanita di cafetaria
tersebut. Seperti anak ayam,
kami mengikuti Peter ke kamar
karaoke. Ruangan karaoke
tersebut cukup luas, terdapat sofa yang besar dan di dekat
pintu masuk ruangan tersebut
saya melihat ada toilet yang
cukup bonafide. Asyik juga.
"silakan duduk," kata seorang
tante dengan dandanannya yang menor.
Saya menebak ini pasti
germonya yang biasa dipanggil
Mami.
"Mau pesan berapa cewek?"
tanya si Mami. "Pesan..." pikir saya, seperti
barang saja.
"Tolong panggilin 8 orang cewek
dong!" jawab si Peter dengan
bahasa yang lebih halus.
Memang teman saya ini tutur bahasanya sangat sopan dan
halus. Tetapi kami-kami ini
semuanya terlihat sopan dan
polos lho. Jarang ada cewek
yang bisa menebak kalau kami-
kami ini adalah cowok yang suka memuaskan wanita.
"Seperti biasa, cariin gua yang
rada tomboi dan berambut
pendek," lanjut si Peter,
memang dia ini sukanya dengan
perempuan yang rada tomboi. Kemudian si Mami keluar dan
dalam waktu singkat dia sudah
kembali dengan membawa 6
orang perempuan. Dengan cepat
mata saya menyapu mereka
yang datang, cakep-cakep. Mereka masuk dan berkenalan
dengan kami. Saya sih tidak
memperhatikan nama mereka,
yang penting saat itu adalah
rok pendek tanpa stocking
(hihi...). Teman-teman tahu dong maksud saya? Di ruangan gelap
seperti karaoke ini mau apa sih
cari yang cakep banget kalau
dianya pakai baju yang tebal
dan celana jeans. Dengan cepat
otak dan mata saya bekerja. Kemudian saya melambaikan
tangan saya ke seorang
perempuan yang bernama Dian.
Dia memakai rok super mini,
kaos ketat tanpa lengan, dan
tanpa stocking. Saya meminta dia duduk di sebelah saya.
Akhirnya kelima teman saya
sudah mendapatkan pasangan
mereka, tinggal si Boy dan
Gunawan yang masih terlihat
ragu-ragu. Tetapi karena hanya 6 perempuan, terpaksa deh
merekanya menunggu. Tetapi
tidak lama kemudian si Mami
sudah kembali lagi dengan dua
orang perempuan. Satu seorang
perempuan yang baru datang tersebut sangat menarik
perhatian saya (saya sedikit
menyesal sudah memilih Dian),
namanya Bella. Postur tubuhnya
kecil (sekitar 155 cm) dan agak
montok. Namun ada yang misterius di tatapan matanya.
Oh ya, saya paling suka
memperhatikan mata seseorang,
buat saya mata bisa
menceritakan kondisi orang
tersebut. Kami bisa tahu orang tersebut
lagi sedih, senang, terangsang,
orgasme (hehe...), dan
sebagainya. Tatapan si Bella ini
begitu liar dan menantang.
Akhirnya Gunawan memilih si Bella. Sementara itu saya terus
menerus memperhatikan si Bella.
Saya begitu penasaran. Setelah
itu kami bernyanyi riuh rendah.
Suara si Peter yang sangat
bagus bercampur baur dengan suaranya Andi yang sumbang.
Pokoknya ribut sekali. Sambil
bernyanyi kami bercanda dan
mengobrol ke sana ke mari. Dari
situ saya tahu Dian berasal dari
Bandung sementara wanita lain ada yang berasal dari Medan,
Padang, Surabaya, Batam, dan
sebagainya. Ternyata prinsip
Bhineka Tunggal Ika berlaku
juga di sini. Si Bella sendiri
berasal dari Jakarta. Tetapi beda dengan yang lain, si Bella
ini lebih pendiam. Karena
Gunawan sendiri tidak begitu
pintar bergaul, jadinya mereka
hanya diam-diaman. Saya sendiri
sudah bercanda kemana-mana dengan si Dian, kadang
tersenggol buah dadanya yang
montok, kadang saya
meletakkan tangan saya di
pahanya yang mulus.
Setelah hampir dua jam bernyanyi, saya melihat Bella
berjalan keluar. Dengan alasan
lapar, saya menyusul dia keluar.
Terlihat Bella berjalan menuju
lobby dan merokok di sofa yang
terletak dekat pintu masuk. "Hai... ngapain disini?" tanya
saya.
Bella menatap tajam ke saya.
"Panas di dalam... mau cari udara
seger," jawab dia. Setelah itu
saya memancing dia dengan pertanyaan-pertanyaan seputar
dia, tetapi jawaban dia hanya
singkat-singkat saja, saya
memutar otak.
"Boleh melihat telapak tangan
loe?" tanya saya, akhirnya saya memutuskan untuk
mengeluarkan ilmu ramalan saya.
"Mau ngapain?" tanya dia cuek.
"Mau melihat nasib loe..." jawab
saya.
Bella memandang saya dengan ragu-ragu, kemudian dia
menyodorkan tangan kanannya.
"Yang sebelah kiri..." kata saya.
Kemudian dia menjulurkan
telapak tangan kirinya ke saya.
Saya pegang tangannya. Hmmm... sangat halus. Kemudian saya
memperhatikan garis-garis
tangannya. Jujur saja, saat itu
saya begitu kaget, garis tangan
begitu amburadul yang
menandakan kehidupan dia yang juga amburadul.
Saya memperhatikan garis
cintanya, kemudian saya
berkata,
"Kamu sangat susah mencintai
seseorang dengan sungguh- sungguh, tetapi baru-baru kamu
menemukan orang tersebut,
sayang kalian harus berpisah..."
Saya menatap wajahnya,
matanya yang besar terbelalak.
"Teruskan..." kata dia. "Kalian berpisah karena
persoalan yang sangat prinsipil,
bisa masalah agama atau suku,"
lanjut saya.
"Gua nggak tahu pasti tetapi
orang tua dia atau orang tua kamu tidak setuju dengan
percintaan kalian..."
Sekarang tatapan matanya
yang liar menjadi lembut,
terlihat sendu dan sedih. Dia
menghela nafas panjang. "Orang tua dia nggak setuju..."
jawab dia lemas.
"Terus?" tanya dia lagi.
Saya memperhatikan garis
keluarga dia, hancur.
"Kamu sendiri tidak mempunyai keluarga yang harmonis, kamu
sering berantem dan jarang
berhubungan dengan keluarga
kamu lagi. Bahkan kamu
membenci mereka..."
Kali ini terlihat matanya berkaca-kaca. Wah, saya paling
tidak bisa melihat perempuan
menangis di hadapan saya. Saya
sedikit menyesal. Akhirnya saya
memutuskan untuk berbicara
sesuatu yang menyenangkan. "Tetapi kalau kamu nggak
berputus asa, kamu akan
menemukan lelaki kedua yang
sangat mencintai kamu," kata
saya.
Sebenarnya perkataan ini hanya untuk menghibur dia. Ternyata
efeknya luar biasa, terlihat
keriangan dan secercah harapan
di sorot matanya.
"Terus...?" selanjutnya saya
cuma asal bicara saja, saya bilang kalau dia berusaha dia
akan sukses (tentu saja
bukan?).
Setelah itu kami menjadi akrab,
dia bicara banyak mengenai
kondisi dia. Ternyata ramalan saya hampir seluruhnya benar.
Kemudian timbul keisengan saya,
saya meminta agar dia
menunjukkan telapak tangannya
lagi. Kemudian saya bilang,
"Jangan marah ya, gua melihat kamunya udah nggak perawan...
dan mempunyai banyak cowok..."
Hehe... tentu saja, masa sih ada
wanita malam yang masih
perawan, hihi. Sebagai informasi,
berdasarkan hasil survey saya dengan pertanyaan ini, hampir
80% perempuan (perempuan
baik-baik yang belum kimpoi!) di
Jakarta mengaku mereka tidak
perawan lagi.
"Kok tahu sich?" jawab Bella dengan polos sambil melihat
telapak tangannya sendiri.
Hehe... mana bisa sich tahu
perawan nggak perawan dari
telapak tangan, pikir saya. Buat
rekan yang belum pengalaman, jangan coba-coba menanyakan
persoalan tersebut ke
perempuan yang baru anda
kenal, ok? Biasanya saya
memberikan ramalan yang jitu
dulu baru bertanya hal tersebut, jadinya mereka sudah
percaya dengan saya. Kalau
datang-datang terus kalian
tanya perawan atau tidak ya
siap-siap digampar.
Setelah itu kami sepakat untuk masuk kembali ke ruangan
karaoke. Singkat cerita, kami
menyanyi atau teriak-teriak
selama 5 jam, sesudah
membayar (hampir 2.4 juta!)
kami saling pamitan dengan perempuan masing-masing. Saya
lihat teman-teman saya pada
minta nomor telepon, saya
sendiri tidak begitu tertarik
dengan Dian. Setelah saya sudah
mau berangkat ke UK, tetapi mata saya terus terpaku ke
satu sosok... Bella! Sambil
berjalan keluar saya mendekati
Bella dan menawarkan jasa
untuk mengantar dia. Pertama
dia menolak. Oh ya, perempuan di karaoke ini biasanya high
class dan tidak bisa langsung
diajak tidur. Kecuali dia suka
sekali atau bayarannya mahal
sekali.
"Ayo dong, kasian loe-nya sendirian... Entar diculik lagi...
ama kami-kami kan aman.
Dijamin nggak diapa-apain
dech..." bujuk saya.
"Itu yang gua takutin, nggak di
apa-apain..." jawab Bella. Eh, nantang nich.
Akhirnya dia setuju juga
diantarkan oleh kami. Kami
mempersilakan dia duduk di
depan, di samping Peter yang
menyetir mobil. Saya sendiri duduk di belakang, di tengah,
jadi bisa agak maju ke depan
untuk mengobrol dengan Bella.
Di sebelah saya duduk Andi dan
Gunawan. Sewaktu di mobil si
Peter menanyakan alamat si Bella, tetapi anehnya dia tidak
mau memberitahu kami.
"Muter-muter saja dech... gua
malas pulang," jawab Bella.
Akhirnya si Peter cuma putar-
putar di daerah Kota, tanpa tujuan. Waktu itu kami banyak
mengobrol dan menurut Bella dia
anak orang kaya yang tinggal di
daerah Pondok Indah, dan dia
ke karaoke cuma untuk
bersenang-senang, bukan untuk duit. Dia itu freelance, dan kami
percaya dengan dia, soalnya si
Peter tidak pernah melihat dia
sebelumnya (si Peter hampir
setiap hari nongkrong di
karaoke tersebut). Saya sendiri sibuk berpikir,
maunya apa sich ini anak?
Akhirnya saya bertanya ke
Bella,
"Gua ngantuk nich, cari hotel
saja ya?" Jawabannya sangat mengagetkan,
"Siapa takut... tetapi saya nggak
mau berdua... maunya loe semua
ikut."
Saat itu yang timbul di benak
saya adalah dia tidak mau bersenggama, jadi cuma tidur
ramai-ramai. Akhirnya saya
meminta Peter untuk
mencarikan hotel, habis capai
putar-putar terus. Setelah
berdiskusi cukup lama, kami memutuskan untuk check in di
motel yang berlokasi di Jalan
Daan Mogot (saya lupa
namanya). Tetapi saya tahu ada
tiga motel di Daan Mogot, kami
menuju ke motel yang berada di sebelah kiri (kalau mengarah ke
perempatan Grogol). Motel ini
sangat lux dan biayanya tidak
mahal-mahal sekali. Saat itu
harganya 98 ribu untuk enam
jam. Tetapi masalahnya, motel hanya memperbolehkan dua
orang di dalam kamar. Sekarang
kami berlima, bagaimana ya?
Akhirnya kami sepakat untuk
check in secara sembunyi-
sembunyi. Tiba di motel tersebut, Peter
membelokkan mobilnya ke dalam.
Kami yang dibelakang harus
membungkuk dan bersembunyi.
Saya mengintip sedikit, terlihat
pintu-pintu garasi yang tertutup, gila... penuh sekali.
Akhirnya kami menemukan
garasi yang kosong di ujung
jalan masuk. Peter segera
memasukkan mobilnya ke garasi,
setelah itu menutup pintu garasinya dengan menekan satu
tombol.
Saat itu saya sedikit was-was,
bisa tidak ya kami-kami dijebak
atau sebagainya. Tetapi pikir-
pikir tidak mungkin juga, akhirnya sesudah pintu garasi
ditutup kami berhamburan naik
ke kamar yang berlokasi di atas
garasi. Kamar motel ini termasuk
lux dan bersih. Di dalam kamar
terdapat satu kasur air berwarna hijau yang cukup
besar. Di sebelah pintu masuk
terdapat toilet dan shower.
Uniknya shower ini tidak
mempunyai pintu, hanya
dindingnya berupa kaca jadi tentunya orang yang di dalam
kamar bisa melihat orang yang
lagi mandi. Saya berpikir, kalau
roomboy-nya datang ketahuan
tidak ya? Biasanya sekitar 15
menit kemudian room boy-nya akan datang untuk memungut
bayaran.
Saya memperhatikan jam tangan
saya, hampir jam 3 malam.
Melihat kasur, langsung saja
kami menjatuhkan diri ke sofa dan ke ranjang. Saya sendiri
berbaring di samping Bella.
Sekarang di ruangan yang
terang benderang baru saya
sadari kalau si Bella ini cakep
sekali. Kulitnya putih mulus. Dadanya tidak terlihat besar
namun terlihat sangat kenyal.
Iseng-iseng saya mencoba
memeluk dia. Dia tidak menolak.
Saya mengarahkan ciuman saya
ke pipinya, lagi-lagi dia cuma diam. Tetapi saya tidak berani
melangkah lebih jauh, soalnya
ada tiga teman saya di ruangan
tersebut.
Peter terlihat sangat tertarik
ke Bella, dia berbaring di sisi lain dari Bella. Sekarang Bella
berbaring di antara saya dan
Peter. Rok pendeknya tidak
sanggup menyembunyikan celana
dalamnya yang berwarna putih,
kontras dengan roknya yang hitam. Saya melihat tangan
Peter mengelus pahanya. Otak
saya bekerja keras, bagaimana
caranya bisa main ya?
Sepertinya paling tidak meminta
teman-teman saya menunggu di mobil, jadi kami bisa bergantian.
"Pet, Gun, dan Andi gimana
kalau kalian menunggu di
bawah?" tanya saya.
"Tentu kalau room boynya udah
pergi," kata saya lagi. "Nggak mau ah..." ternyata si
Bella yang menjawab.
"Gua mau kalian semuanya
berada di kamar ini!" kata Bella.
"Loe kuat emangnya...?" pancing
si Andi. "Emangnya loe sendiri kuat?"
jawab si Bella menantang.
Tiba-tiba terdengar ketukan di
pintu. Dengan buru-buru, saya,
Gunawan dan Andi masuk ke
toilet. Bella tetap berbaring di kasur dan Peter membukakan
pintu. Dia sendiri sudah
menyiapkan uangnya sebesar
140 ribu (kamar 98 ribu,
kondom 30 ribu, dan sisanya
buat tip). Roomboy-nya sendiri cukup tahu diri, dia hanya
berdiri di luar kamar.
"Mas, tolong beliin kondom dong,
satu bungkus!" terdengar suara
si Peter.
"Isi tiga biji Mas?" roomboy-nya menjawab.
"Nggak, yang isi 12 biji dan
mereknya harus Durex (hihi...
gua di sponsor Durex nih),"
jawab Peter.
Kami yang di kamar mandi hampir tertawa, kok sepertinya
nafsu sekali ya! Ketika Peter
sedang membayar, Bella berjalan
ke kamar mandi.
Di kamar mandi yang berukuran
1.5 x 1.5 m ini sekarang penuh terisi 4 orang. Di hadapan kami
yang terbegong-bengong, Bella
menurunkan celana dalam
putihnya secara perlahan hingga
ke atas lututnya dan
memamerkan bulu kemaluannya yang tipis. Kami cuma melongo
melihat dia pipis di hadapan
kami. Mau bersuara pada tidak
berani soalnya roomboy-nya
masih di depan pintu. Saya
melihat muka si Gunawan mulai memerah. Bella sendiri terus
tersenyum sambil
memperhatikan muka kami yang
pasti keliatan bloon. Ketika
selesai, dia melepaskan celana
dalamnya dan meletakkannya di kaitan di kamar mandi. Setelah
itu dengan senyum memancing
dia berjalan dan berbaring
telungkup di kasur.
Ketika mendengar pintu kamar
ditutup Peter, kami segera berhamburan mendekati Bella. Si
Peter sendiri masih belum
menyadari apa yang terjadi.
Saya berdiri di belakang Bella
dan pahanya sedikit terbuka,
dari situ saya bisa melihat belahan kemaluannya yang
berwarna merah. Terlihat bagus
dan tanpa kerutan. Saat itu
Andi sudah berbaring di sebelah
Bella, terlihat dia meraba
punggung dan pundak Bella yang masih tertutup kaos.
Gunawan berdiri di samping,
terlihat ragu-ragu untuk
berbuat sesuatu. Peter dengan
sigap membaca situasi, dengan
cepat dia sudah berada di sisi lain dari Bella dan mulai
membelai paha Bella yang mulus.
Saya sendiri masih ragu-ragu,
main ramai-ramai? Malu dong...
Masa dilihat teman-teman saya?
Saya pernah bermimpi untuk main ramai-ramai tetapi dengan
beberapa perempuan dan laki-
lakinya cuma saya. Tetapi
sekarang kondisi yang saya
hadapi begitu berbeda. Maju
atau mundur ya? Ketika itu Andi mulai membuka
kaos Bella, terlihat Bella hanya
pasrah saja. Dalam sekejap
lepaslah kaos Bella dan
terpampanglah tubuh mulus dia
yang tidak bercacat sedikitpun. Peter yang berada di bagian
bawah tidak mau kalah, terlihat
dia menaikkan rok mini si Bella
hingga ke atas pinggulnya.
Tetapi Bella menutup pahanya
dan saya hanya bisa melihat dua bongkah pantat yang mulus
dan menantang.
Ketika pandangan saya beralih
ke atas, terlihat Andi sudah
berhasil melepas beha Bella.
Karena si Bella membelakangi dan berbaring terlungkup, saya
tidak bisa melihat buah dadanya.
Kemudian saya berjalan
menghampiri mereka. Terlihat
Andi mencoba membalikkan
tubuh si Bella. Ketika Bella membalikkan badannya, jantung
saya hampir berhenti berdetak.
Buah dadanya begitu indah.
Tidak terlalu besar, sekitar 32B
tetapi begitu kencang. Pentilnya
terlihat begitu kecil dan berwarna coklat muda. Saya
menelan ludah. Bella terlihat
memejamkan matanya dan
menikmati setiap sentuhan yang
ia rasakan. Saat itu pikiran
normal saya sudah tidak jalan. Dengan mantap saya berjalan
menuju ranjang.
Peter rupanya sangat tertarik
juga pada buah dada Bella, dia
meninggalkan paha dan pinggul
Bella dan meneruskan remasan tangannya ke buah dada Bella.
Andi sendiri sudah mencium buah
dada lainnya. Saya bergerak ke
daerah paha dan kemaluan Bella
yang masih tertutup oleh
roknya. Saya meletakkan tangan saya di pahanya, terasa
sangat mulus dan hangat. Tiba-
tiba terdengar ketukan di pintu,
tok... tok... tok... kami seakan
dibangunkan dari mimpi indah.
Dengan cepat saya, Gunawan, dan Andi bersembunyi di kamar
mandi. Saat itu saya kepingin
tertawa, tetapi karena takut
ketahuan saya memaksakan diri
untuk diam. Dari dalam kamar
mandi saya melihat Bella meraih handuk yang terletak di kasur
dan menutupi bagian dadanya.
Terlihat dia membereskan
roknya juga.
Rupanya yang datang adalah
roomboy untuk mengantarkan kondom pesanan Peter. Selang
beberapa waktu terdengar
Peter menutup pintu. Segera
kami yang di kamar mandi
berhamburan keluar. Saya,
Peter, dan Andi berjalan ke arah Bella dan kami melanjutkan
belaian dan ciuman kami. Saya
berusaha membuka ritsluiting
rok mininya sedangkan Andi dan
Peter berjuang membuka
handuk yang dililitkan di dadanya. "Udah ah..." tiba-tiba
Bella bersuara. Saya sedikit
kaget karena ada nada marah
di suaranya. Rupanya kehadiran
roomboy menyadarkan dia.
Tetapi saat itu kami sudah terangsang dan melanjutkan
remasan, belaian, dan ciuman
kami. Bella meronta dan
berkata, "Udah... gua bilang...
udah!" kami menghentikan segala
tindakan kami dan saya berjalan menghampiri Bella.
"Kenapa yang? Kenapa marah?"
tanya saya.
Dia cuma cemberut.
"Kenapa sich? kalau loe nggak
mau ya nggak papa..." bujuk saya.
Dia berdiam diri. Kemudian saya
berbisik di telinganya,
"Kenapa sich?"
Tiba-tiba Bella menjawab,
"Kaliannya egois!" kami terdiam semuanya, kenapa ya dibilang
egois?
"Gua udah hampir telanjang dan
kalian masih berpakaian lengkap.
Ayo buka pakaian kalian
semuanya!" perintah dia. Hahahaha... Rupanya karena itu
toh.
Mendengar permintaan Bella,
dalam hitungan detik Peter dan
Andi segera mencopot
pakaiannya sehingga hanya mengenakan celana dalam. Saya
berpandang-pandangan dengan
Gunawan. Gila! pikir saya, ini
sungguhan! Saya seakan-akan
sedang bermimpi. Tetapi saya
tidak berpikir lama karena Peter dan Andi sudah naik ke
kasur. Terlihat tonjolan di celana
dalam mereka. "Loe mau nggak,
Gun?" tanya saya ke Gunawan.
Karena takut Peter dan Andi
melangkah lebih jauh segera saja saya mencopot pakaian
saya hingga hanya mengenakan
celana dalam. Gunawan juga
melakukan hal sama. Sekarang
di kamar tersebut terdapat lima
insan manusia yang hanya mengenakan celana dalam (hihi...)
.
Kemudian saya naik ke ranjang.
Si Bella sekarang berbaring
telentang. Peter dan Andi
sedang menikmati buah dada Bella, Peter yang sebelah kanan
dan Andi yang sebelah kiri. Bella
sendiri hanya menutup matanya,
tetapi terlihat rona kemerahan
di mukanya. Rupanya dia sudah
terangsang sekali. Saya berusaha membuka ritsluiting
rok Bella, cukup lama saya
berjuang. Akhirnya saya berhasil
juga. Kemudian saya menarik
rok tersebut ke bawah. Karena
celana dalamnya sudah ditinggal di dalam kamar mandi, tatapan
saya langsung tertuju ke bulu
kemaluannya yang jarang dan
halus. Tangan saya mengelus
pahanya dan naik ke arah
kemaluannya. Bulunya terasa halus (saya baru tahu
keesokkan harinya bahwa si
Bella berumur 18 tahun!).
Tiba-tiba terasa tangan lain di
paha Bella, rupanya tangan si
Gunawan. Tangannya terasa sangat dingin, hihi... masih
perjaka sih. Kemudian si
Gunawan menurunkan mulutnya
untuk mencium paha kiri Bella,
ciuman tersebut dilanjutkan ke
arah kemaluannya. Gila juga saya pikir, anak ini benar
perjaka tidak sih? Ciuman
Gunawan sekarang berlanjut ke
kemaluan Bella. Benar loh
kemaluan Bella masih terlihat
sempit dan berwarna kemerah- merahan. Saya merasakan nafsu
saya semakin menggelegak.
Sementara itu si Bella mulai
merintih dan mendesis.
Sepertinya dia sangat menikmati
permainan kami. Bayangkan saja empat puluh buah jari, delapan
tangan, dan empat lidah, wanita
mana yang tahan?
Tiba-tiba Gunawan
menengadahkan kepalanya dan
berbisik ke saya. "Bau, Gus...." katanya dengan
mimik yang begitu polos.
Hampir saja meledak ketawa
saya mendengar komentar dia.
Untung saja saya masih bisa
menahannya. "Ya memang begini baunya..."
jawab saya.
Padahal saya sendiri belum
mencoba.
"Tetapi punya pacar gua nggak
begini..." jawab si Gunawan, sekarang ketahuan kalau dianya
pernah melakukan hal tersebut
dengan pacarnya.
"Udah, sikat saja... kalau nggak
mau... gua mau nich," kata saya
menggertak. Tetapi jujur saja sebenarnya
saya tidak begitu bernafsu
melakukan ismek (tahukan
kepanjangannya?) dihadapan
teman-teman saya.
Di saat kami lengah karena mengobrol, kepala Andi ternyata
sudah sampai di kemaluannya
Bella. Memang teman saya ini
terkenal dengan jilatan sejuta
kenikmatannya. Terlihat dia
menjulurkan lidahnya di klitoris Bella. Dalam hitungan detik
terdengar teriakan Bella yang
semakin histeris. Saya kemudian
berpindah tempat dan sekarang
saya meraih buah dada kiri si
Bella dan saya remas perlahan. Remasan jari saya berlanjut ke
puting susunya yang masih
basah oleh ludah Andi. Karena
itu, saya memutuskan untuk
tidak melakukan jilatan dan
hisapan. Saya memperhatikan muka si Bella yang sudah merah
padam, dia tetap memejamkan
matanya. Kemudian Bella
membuka matanya dan
mendorong saya dan Peter.
"Sekarang saya pengen main... ayo satu per-satu!" terdengar
suara Bella di sela-sela
rintihannya.
Kami bengong dan saling melirik.
Akhirnya Peter menawarkan diri
menjadi yang pertama tetapi dengan segera ditolak kami
soalnya dia ini bisa main 2 jam
tanpa orgasme. Dia bisa
mengatur waktu ejakulasi.
Kasihan dong kami-kaminya
kalau harus menunggu selama itu, telanjur terkilir batang
kemaluan kami barangkali.
Saya menganjurkan agar Peter
mendapat giliran terakhir dan
saya yang pertama, kemudian
disusul Gunawan dan Andi. "Nggaakk maauu!" jawab
Gunawan terlihat ketakutan.
"Saya yang terakhir saja..."
Karena tidak ada komentar dari
Andi dan Peter, saya langsung
berjalan ke meja dan membuka bungkusan kondom yang baru
dibeli. Ketika berjalan ke
ranjang, saya meminta teman-
teman saya untuk tidak melihat
ketika saya main soalnya saya
merasa nggak bakalan bisa main kalau diperhatikan. Mereka
setuju (memang teman saya
sangat pengertian). Mereka
kemudian membalikkan sofa
yang menghadap ke ranjang ke
arah lainnya dan duduk di sana. "Ayooo! Cepetan..." pinta si Bella.
Bella sendiri sudah membuka
pahanya lebar-lebar. Tanpa pikir
panjang lagi saya meloloskan
celana dalam saya dan memakai
kondom tersebut. Melihat tubuh mulus si Bella, nafsu saya sudah
sampai di ubun-ubun. Apalagi
saat itu dia meremas-remas
buah dadanya sendiri.
Saya naik ke kasur air tersebut
dan mengarahkan batang kemaluan saya di kemaluannya
Bella yang belahannya terlihat
begitu rapi dan tanpa kerutan.
Saya mencium keningnya dan
perlahan-lahan saya mulai
memasukkan batang kemaluan saya. Bella menutup matanya
dan mendesah. Saya sendiri
merasakan kenikmatan yang
luar biasa ketika batang
kemaluan saya menyusuri lubang
kemaluan Bella. Terasa begitu sempit dan jepitan otot
selangkangannya begitu enak.
Kemudian saya mulai
menggerakan pinggul saya,
turun naik secara perlahan
sambil menikmati setiap kenikmatan yang ada. Karena
kasur tersebut adalah kasur
air, pertama-tama cukup sulit
bagi saya untuk mengontrol
gerakan saya. Tetapi lama-lama
saya bisa memanfaatkan goyangan kasur tersebut untuk
memperkuat hujaman senjata
saya.
Bella melingkarkan tangannya di
leher saya. Gerakan saya
semakin lama semakin cepat sambil sekali-kali saya
menghujamkan kemaluan saya
sedalam-dalamnya. Tangan saya
bergerak meremas buah
dadanya dan gerakan saya
semakin cepat apalagi saat itu Bella ikut menggerakkan
pinggulnya. Tiba-tiba saya
mendengar nafas Bella yang
semakin cepat, teriakannnya
semakin keras.
"Ah... ahhh... ahhh... terus Gus! saya mau... aaahhh..." teriak si
Bella. Rupanya dia sudah
mencapai puncak kenikmatannya.
Terasa tubuhnya mengejang dan
terasa cengkraman kukunya di
pundak saya, sakit tetapi tidak saya pikirkan (habis lagi enak...
hihi...) Saya menghentikan
gerakan pinggul saya dan
mencium pipinya.
Kira-kira dua menit kemudian,
saya melanjutkan hujaman batang kemaluan saya. Dimulai
dari perlahan dan makin cepat.
Dua menit kemudian Bella sudah
kembali terangsang. Dia
menggerak-gerakkan
pinggulnya, saya merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Tiba-tiba saya merasakan cairan
sperma saya sudah mendesak
keluar.
"Gua datang... Bell..." kata saya
sambil menghujam batang kemaluan saya sekuatnya,
nikmatnya.
Ketika saya mencabut batang
kemaluan saya, eh ternyata si
Andi sudah berdiri di samping
saya lengkap dengan kondomnya. Sialan, cepat sekali
nih anak, pikir saya.
"Cepetan dong... Gantiannn...
cepetan...!" terdengar rintihan si
Bella.
Saya seperti serdadu kalah perang memakai kembali celana
dalam saya dan berjalan ke
toilet untuk membuang kondom.
Setelah itu saya berjalan ke
arah sofa. Terasa lemas di
seluruh sendi-sendi saya. "Gimana... Enak nggak?" tanya
Peter dan Gunawan sambil
berbisik.
"Asyik banget... loe coba saja
sendiri..." jawab saya.
Setelah itu saya berpakaian (karena kedinginan) dan hampir
tertidur di sofa. Tidak berapa
lama kemudian terdengar
teriakan histeris Bella.
"Ahhh... uhhh... Saya
daataaanggg!" Saya membuka mata saya dan
saya melihat Peter dan
Gunawan sedang tertawa
terkekeh-kekeh dan mengintip
ke arah ranjang. Karena
penasaran saya ikutan mengintip. Terlihat kepala Andi di
antara kedua paha Bella dan
sambil kedua tangannya
meremas payudara Bella. Bella
sendiri sedang menjambak
rambutnya Andi. Rupanya Bella mencapai orgasme karena
hisapan dan jilatan Andi. Luar
biasa, memang julukannya bukan
hisapan jempol belaka. Perlu
saya informasikan bahwa lidah si
Andi sangat panjang (mirip hantu) dan bisa menyentuh
ujung dagunya. Jadi buat wanita
yang suka dioral, carilah laki-laki
berlidah panjang, hihihi.
Setelah itu terlihat Andi bangkit
dan memcoba memasukkan batang kemaluannya yang
panjang kurus tersebut ke
kemaluan Bella. Melihat kejadian
tersebut, batang kemaluan saya
kembali tegang. Memang saya ini
sanggup main berkali-kali dan permainan selanjutnya daya
tahan saya akan semakin baik.
Inilah keistimewaan saya!
Terlihat Andi mulai
menggerakkan pinggulnya dan
mulai memompa. Tetapi hanya sekitar 1 menit, terlihat badan
dia mengejang, hihihi ternyata
dia sudah orgasme. Melihat hal
tersebut, secepat kilat Peter
menyambar kondom yang
terletak di meja dan mencopot celana dalamnya.
"Ayo... cepetan...!" seru si Peter
kepada Andi.
Dia tidak memberikan waktu
bernafas buat Andi.
"Ayo... yang lain... cepetannn!" si Bella ikut berseru.
"Gila nih cewek, hiper..." demikian
pikir saya.
Karena capai, saya akhirnya
tertidur dengan senjata yang
masih tegang, hihihi. Antara sadar dan tidak sadar
saya mendengar beberapa kali
teriakan Bella. Saya akhirnya
terbangun ketika Peter ikutan
berteriak, rupanya mereka
orgasme pada saat bersamaan. Saya memperhatikan jam tangan
saya, pukul 06.30, karena tidak
percaya, saya mengucek-ngucek
mata saya... gila si Peter
bermain selama satu jam. Sekali
lagi ternyata julukan teman- teman saya benar adanya. Dan
saya tahu dari Andi kalau si
Bella orgasme empat kali ketika
bermain bersama Peter.
Menakjubkan!
Dengan langkah tertatih-tatih Peter berjalan ke arah sofa.
Saya melirik ke arah ranjang,
terlihat Bella berbaring
telentang dengan paha terbuka
lebar. Matanya hampir tertutup,
dia terlihat lemas. "Yang lainnya... mana?" tanya
Bella dengan suara lemas.
Gila benar. Saya memandang ke
Gunawan.
"Giliran loe sekarang..." Dia
terlihat ragu-ragu. "Ehhh..." terlihat dia sedang
berjuang antara
mempertahankan
keperjakaannya atau tidak.
Mungkin juga dia merasa malu.
"Ayo..." desak saya. "Ah...! Nggak mau..." akhirnya
Gunawan memutuskan.
Saya menghargai pendirian dia,
lagi pula saat itu saya sudah
terangsang kembali melihat
tubuh mulusnya Bella. Saya membuka pakaian saya, memakai
kondom dan berjalan ke
ranjang. Bella membuka matanya
sedikit.
"Ayo dong... mau lagi..." pinta dia
dengan suara lemas. Saya membalikkan tubuhnya
sehingga sekarang Bella
berbaring menghadap ke
samping. Belahan kemaluannya
terlihat basah dan sangat
merah. Badan Bella sendiri sudah basah oleh keringatnya. Saya
menyambar handuk dan melap
badannya, Bella tersenyum.
"Ayo... cepetan...!" tetapi
suaranya terdengar lemas. Dari
belakang (dengan posisi berbaring miring) saya
mengarahkan batang kemaluan
saya dan memasukkannya
secara perlahan. Dalam posisi
seperti ini terasa lubang
kemaluannya menjadi semakin sempit. Ketika batang kemaluan
saya baru masuk setengahnya
saya menggunakan tangan saya
untuk memutarnya, "Aah..." Bella
merintih perlahan. Kemudian
saya melanjutkan dorongan kemaluan saya.
"Blesssss...!"
Akhirnya masuk juga seluruh
batang kemaluan saya di lubang
kemaluannya. Bella menjerit
tertahan. "Aughhh..." Tetapi saya tidak langsung memulai
goyangan pinggul saya,
melainkan saya menggerakkan
tangan saya melingkari
pundaknya dan meremas buah
dadanya. Sangat kencang dan pentilnya terasa keras.
Karena remasan saya, Bella
mulai menggerakkan pinggulnya
dengan tenaga terakhirnya.
Terasa begitu nikmat dan
akhirnya saya juga mulai mengeluarkan dan memasukkan
batang kemaluan saya masuk
dan keluar dengan cepat dan
bertenaga. Cukup lama saya
melakukan hal tersebut sampai
terasa pinggul Bella bergerak semakin cepat. Semakin cepat,
saya sendiri memperdalam dan
memperkuat hujaman senjata
saya. "Ahhh... lebihhh cepat...
ahhh..." tubuhnya mengejang dan
menggelepar, dia sudah orgasme. Saya sendiri masih
belum apa-apa. Memang untuk
kedua kali saya tahan lebih,
apalagi ketiga dan keempat kali
dan ini terbalik dengan
perempuan yang semakin lama waktu orgasmenya semakin
cepat, betul kan?
Saya kemudian membalikkan
badannya dan sekarang Bella
berbaring telentang. Saya
membuka pahanya. Perlahan saya menggosok-gosokkan
kepala batang kemaluan saya di
bibir kemaluan Bella. Cukup lama
saya melakukan hal tersebut
sambil memberi kesempatan
kepada Bella untuk menikmati orgasmenya. Setelah itu saya
kembali memasukkan batang
kemaluan saya dan langsung
memompa. Bella sendiri sudah
lemas dan tidak bertenaga,
tetapi masih terdengar desahan dan rintihannya. Mungkin karena
kemaluannya yang sudah basah
kuyub, terdengar suara lain
yang begitu menggairahkan,
"Plok... plok... plok..." Hanya dalam
selang 10 menit, dia kembali menggerakkan pinggul yang
menandakan dia menikmati dan
akan mencapai puncak
kenikmatan.
"Ah... Ahhh... saya datanggg
lagiii..." Bella berseru. Heran juga saya kok dia masih
mempunyai tenaga ya?
Tubuhnya mengejang untuk
kedelapan kalinya malam itu.
Tetapi raut mukanya begitu
bahagia dan cakep. Oh ya, coba para pembaca perhatikan,
wanita itu paling cakep kalau
habis orgasme dan paling jelek
kalau tidak terpuaskan, hihihi...
bener kan?
Setelah itu saya tidak mengeluarkan batang kemaluan
saya dan membiarkannya di
dalam kemaluan Bella. Karena
sudah bernafsu saya
melanjutkan goyangan pinggul
saya. Tetapi kali ini saya yang harus menyerah. Dengan
kekuatan penuh saya
memasukkan batang kemaluan
saya dan tubuh saya
mengejang. Nikmatnya tiada
tara. Saya langsung berbaring di atas tubuh mulus Bella. Bella
sendiri sudah tidak mempunyai
kekuatan, dia hanya terdiam
dan memejamkan matanya. Dia
tidak meminta tambah lagi. Hihi...
sudah cukup barangkali. Akhirnya saya tertidur di dalam
pelukan dia.
Sinar matahari yang silau
membangunkan saya keesokan
harinya. Bella masih tertidur
dengan tubuh polos. Darah saya mendesir dan senjata saya
bangun kembali. Tetapi karena
capai saya tidak begitu
bernafsu lagi. Saya melihat
Peter juga sudah bangun. Saya
melirik jam tangan saya, wah hampir jam 9.00 (kami harus
check out jam 9.00 pas), buru-
buru saya membangunkan Bella,
Andi dan Gunawan.
Setelah itu kami mengantarkan
Bella pulang ke rumahnya yang terletak di Pondok Indah
(sekitar 500 m dari Bank Bali).
Di perjalanan dia bercerita
bahwa papanya ternyata orang
Korea dan sering memukul
mamanya. Mamanya sendiri jarang berada di rumah.
Sewaktu kecil dia pernah
memergoki papanya sedang
berpesta seks dengan tiga
orang wanita, sungguh
menyedihkan. Sewaktu saya berada di Inggis,
saya beberapa kali mencoba
menelepon Bella dan pernah
beberapa kali mengobrol dengan
dia. Dia mengaku bahwa dia
membutuhkan sedikitnya 5 kali orgasme setiap kali
berhubungan badan. Itulah
sebabnya tidak suka bermain
hanya dengan satu cowok.
Sekitar 3 bulan kemudian
pembantu dia memberitahukan saya bahwa Bella sudah
berangkat ke Korea untuk
menemani kakaknya yang sudah
lebih dari 5 tahun berada di
sana.
Saya sendiri tidak mempunyai keinginan untuk mengulangi
pengalaman di atas,
bagaimanapun juga saya tidak
bisa menikmatinya secara utuh.
Tetapi saat nafsu menjadi raja,
apapun bisa terjadi bukan? Pembaca sekalian yang budiman,
jangan lupa memberikan
komentar, tanggapan,
pertanyaan, kenalan, atau apa
saja.


Tamat

[ back ][ home ]

Watch TV on Computer

Web Site Hit Counter