watch sexy videos at nza-vids!
Discover the Best Mobile Websites now!

Liburan di Palembang

Namaku Andi, aku mau
menceritakan pengalamanku
waktu liburan tahun lalu. Aku
kuliah di universitas swasta di
Jakarta semester lima. Pacarku
Nita, teman satu kampus. Aku sudah sering "ngeseks" bareng
dia soalnya aku dan nita
punya satu kesamaan,
gampang horny. Singkat cerita aku pulang ke
kampung di Palembang,
kebetulan sedang libur panjang
dan lagi bosan dengan suasana
Jakarta. Itung-itung refreshing.
Aku tinggal di rumah pamanku di pinggiran kota Palembang, di
pinggiran sungai Musi. Di sana
aku mendapat kebiasaan baru,
ngintipin cewek-cewek yang ke
sungai tiap sore. Walaupun
nggak ada acara bugil-bugilan, tapi aku memang lebih suka
meliat cewek yang setengah
tertutup daripada yang bugil
sama sekali. Rasanya lebih
seksi dan bikin penasaran. Suatu sore, aku melihat ada
seorang cewek yang lumayan
manis, kulitnya coklat, body
bahenol, tapi kalau dia sedang
tersenyum, rasanya jantung ini
mau copot. Aku mencari info sama sepupuku dan akhirnya
ketahuan kalau namanya
Aminah. Dua hari kemudian,
kebetulan siang itu Aminah
sedang belanja ke warung di
sebelah rumah pamanku, kesempatan nih buat kenalan.
Akhirnya dengan berpura-pura
membeli rokok aku kenalan
sama dia. Ternyata dia sudah
setahun lulus SMA, terus
nggak dilanjutin lagi karena masalah biaya. Maunya dia sih
langsung kerja tapi belum
dapat akhirnya sementara itu
dia di rumah membantu ibunya.
Aku mulai mendekatinya,
ngobrol dengannya, kadang aku nekat "nyamperin" dia ke
rumahnya kalau malam.
Untungnya orang tuanya kenal
dengan pamanku, jadinya
lancar aja deh. Dalam hitungan hari, rasa
cintaku sama dia bertambah
dan aku tahu kalau dia juga
suka padaku.Suatu malam,
kuajak dia jalan-jalan di kota,
lalu nonton ke bioskop. Tadinya sih dia nolak, alasannya sih
takut kemalaman. Cuma
setelah dibujuk-bujuk dia mau
juga. Di dalam bioskop kuambil
kursi yang pojokan baris atas
dengan alasan supaya nontonnya lebih jelas padahal
sih.. Untungnya bioskop agak
sepi, soalnya hari biasa bukan
malam minggu. Waktu itu kami
nonton film drama, aku lupa
judulnya, tapi yang jelas adegan "kiss-kissan" dan
romantisnya pasti ada lah. Pas
adegan itu, aku melirik ke
sebelah melihat reaksi dia,
sepertinya sih dia agak risih.
Mungkin karena nontonnya bareng aku kali. Aku agak
ngeri juga mau 'gerilya' soalnya
kalau dia nggak suka
urusannya bisa berabe nanti. Akhirnya dengan sedikit nekat
kurangkulkan tanganku ke
bahunya. Awalnya dia terkejut,
tapi dia diam saja. Lampu hijau
nih pikirku, tapi pelan-pelan
aja lah. Selang beberapa lama, bahunya kutarik supaya
merapat padaku, dan dia diam
aja. Kuberanikan untuk
memegang tangannya, mencium
rambutnya, kubelai-belai
dengan lembut, sambil sesekali kucium dahinya. Dia ternyata
juga memberi reaksi dengan
meremas lembut tanganku. Kupanggil namanya, "Minah..,"
dia melihat ke arahku.
"Abang sayang sama Minah."
Dia tersenyum malu,
menundukkan muka tanpa
bilang apa-apa. Lalu kuangkat dagunya, dan dengan lembut
kukecup bibirnya. Dia pun
membalas dengan lembut.
Cukup lama kami berpagutan,
tanganku mulai bekerja
langsung meraba payudaranya. Dia tersentak kaget, karena
mungkin baru pertama kali
payudaranya disentuh laki-laki.
"Jangan, Bang.." katanya
sedikit memohon.
Aku hanya tersenyum dan berkata, "Sorry deh, Abang
kelepasan."
Dia pun mengangguk mengerti.
Dalam hati aku berkata susah
juga nih cewek, butuh
perlakuan khusus nih. Lalu kurangkul dia kembali
sambil kubelai lembut lengan
dan bahunya. Sesekali kucium
rambutnya yang agak panjang
tergerai hingga mendekati
daerah leher dan telinganya. Ia sedikit bergerak karena geli,
namun aku tahu semakin lama
ia akan semakin terangsang.
Dengan sedikit kesabaran dia
terus kuperlakukan dengan
lembut, menunggu saat yang tepat. Hingga akhirnya
kukecup lagi bibirnya dan
seperti dugaanku ia membalas
dengan sedikit agresif
dibanding kecupan yang
pertama. Tanganku mulai naik dari arah
pinggang merambat perlahan
hingga ke payudaranya tanpa
ada reaksi penolakan. Kuusap
lembut payudaranya yang
masih kencang sambil terus mengecupnya. Nafasnya mulai
memburu menikmati permainan
tanganku. Lalu bergantian
kedua payudaranya kuremas
dengan lembut.Setelah puas
merambah kedua gunung yang masih perawan, tanganku mulai
turun ke arah paha dan
mengelusnya dengan lembut.
Secara perlahan rabaanku
mulai naik ke daerah
selangkangannya. Ia sedikit merapatkan pahanya, namun
aku tidak peduli karena
kesempatan seperti ini sulit
didapat. Dengan sedikit
memaksa, kusentuh kelaminnya.
Karena saat itu ia memakai celana panjang dari bahan
kain, lekuk vaginanya masih
terasa kuraba. Dengan
mengira-ngira kuelus bagian
sekitar klitorisnya hingga ia
sedikit mengerang karena nikmat. Terkadang jari
tengahku sedikit kutekan pada
lubang vaginanya dan saat itu
pula pantatnya ikut menekan
maju. Sebenarnya ingin kuhentikan
rabaanku karena keinginanku
sudah tercapai, lagipula aku
juga merasa nggak enak kalau
ada orang lain yang melihat,
maklumlah di kampung orang. Namun karena dia sudah
menikmati rangsanganku aku
pun merasa tidak tega.
Sudahlah kepalang tanggung,
biar sekalian kuselesaikan.
Kugesek lebih cepat jariku pada bagian vaginanya
terutama daerah klitoris,
ditambah dengan ciuman pada
daerah leher dan telinga. Dia
pun semakin terangsang
hingga tak lama kemudian ia mengerang dan kurasakan
badannya mengejang dengan
kedua kakinya sedikit
mengangkat. Lalu ia
menundukkan kepalanya ke
dadaku. Kukecup dahinya dan kurangkul dia dengan erat. Sebelum film selesai, kuajak dia
keluar mencari udara segar,
karena kami sama-sama
kegerahan karena kejadian
tadi. Sikapnya sangat berbeda
sekarang. Tadinya kami hanya berjalan beriringan sebelum
menonton bioskop, tapi
sekarang kami saling
berangkulan hingga
payudaranya yang kencang
terasa di tubuhku. Kuantarkan dia pulang ke rumahnya lalu
aku sendiri pulang ke rumah
pamanku. Aku langsung masuk ke kamar
dan masturbasi sambil
menghayalkan kejadian tadi.
Bahkan hingga dua kali
berturut-turut. Dua malam
kemudian ada suatu acara resepsi pernikahan di daerah
itu, kebetulan orang yang
mengadakan resepsi cukup
terpandang di daerah itu.
Setelah resepsi masih ada
hiburan layar tancap sampai pagi. Kalau tidak salah malam
itu malam Minggu. Ingin juga
merasakan enaknya nonton
layar tancap, soalnya seumur-
umur nggak pernah sih. Saat makan malam berbagai
hidangan disajikan dan
sebagian besar masakan
padang. Aku duduk berdua
dengan Aminah mulai awal
pesta. Saat makan, karena tersenggol orang, Aminah
menumpahkan sirop yang
dipegangnya ke bajuku hingga
membasahi celanaku. Kemeja
putihku sebagian berwarna
merah ketumpahan sirop. "Nggak pa-pa kok, aku ganti
baju aja dulu sebentar,"
kataku karena melihat rasa
menyesal di wajahnya.
"Saya temenin ya, Bang. Tidak
enak hati saya jadinya," katanya.
"Ngga pa-pa, Minah. Kamu
makan aja dulu, biar Abang
pulang sebentar. Nggak usah
ditemani," jawabku.
Tapi karena terus memaksa, aku pun membiarkannya. Sesampai di rumah pamanku,
saat itu tidak ada ornag, aku
langsung melepaskan kemejaku
dan melemparnya ke ember
cucian, lalu naik ke kamarku
untuk berganti baju. Tidak lama kemudian aku pun turun,
dan kulihat Aminah sedang
mencuci noda di bajuku.
"Sudah biar saja, Minah. Besok
saja dicuci," kataku.
"Tak pa-pa Bang, Cuma sebentar," jawabnya.
Akhirnya kubiarkan karena
dilarangpun tetap saja
dikerjakannya. Sambil
menunggu, aku mengambil air
es dan kuminum. Lalu aku kembali ke kamar mandi.
Sesampainya di sana kulihat
Aminah dengan menunduk
membelakangiku, sedikit
menungging, sedang membilas
bajuku. Walupun ia saat itu memakai sarung berenda khas
sumsel, namun lekuk pinggul
dan pantatnya sangat indah,
membuatku terangsang dan
tanpa terasa penisku mulai
bangkit. Apalagi posisi ini posisi favoritku dan Nita di Jakarta
bila sedang making love. Goddaan setan melintas di
pikiranku, apalagi sekarang
rumah lagi kosong, namun
tetap kutahan.Setelah selesai
membilas, dan merendam
pakaianku ia pun membalikkan badannya dan sesaat terhenti
karena melihat aku
menatapnya tak berkedip.
Kulihat wajahnya yang manis
dengan senyumnya yang
menawan, ada sedikit butiran keringat di dahinya yang
seakan menambah daya tarik.
"Kenapa, Bang?" katanya.
Aku tak menjawab, lalu
kudekati dia dan langsung
kukecup bibirnya. Awalnya ia membalas dengan lembut.
Kubelai seluruh tubuhnya, dan
kupeluk dia dengan erat sambil
terus mengecup bibirnya. Entah
kenapa rasanya berbeda sekali
dibanding bila kulakukan ini dengan Nita. Kulepaskan
kecupanku sesaat, kupandang
sekali lagi wajahnya dan ia
balas menatapku. Lalu kami
saling berpagutan kembali, kali
ini lebih menggelora. Tanganku pun mulai bergerilya ke seluruh
tubuhnya, mengelus dan
meremas tanpa henti. Kemudian kugendong dia dan
kubaringkan di atas kursi
panjang, sambil aku berlutut,
kami kembali saling berpagutan.
Karena nafsuku yang sudah
memuncak, akibat "puasa" hingga dua minggu lebih
langsung saja kuraba
vaginanya. Ternyata di balik
sarungnya ia tidak memakai
penutup lagi selain celana
dalam. "Kebetulan nih," pikirku. Langsung saja kuulangi
peristiwa di bioskop kemarin,
dan ia pun pasrah saja
menikmati sentuhanku. Tidak
berapa lama, kuselipkan jariku
ke dalam celana dalamnya dan langsung bersentuhan dengan
vaginanya. Dengan
mengandalkan pengalaman
bersama Nita kurangsang dia
dengan mengusap klitorisnya,
memainkan jari pada lubang vagina tanpa memasukkannya,
membuat ia semakin bergairah
dan biasanya pada akhirnya
setiap wanita akan meminta
kita untuk memasukkannya.
Walaupun dia tidak meminta secara langsung namun secara
perlahan ia mulai
menggoyangkan pinggulnya
mengikuti gerakan jariku pada
vaginanya. Walaupun birahiku
semakin memuncak dan sulit untuk ditahan, namun aku
tetap sabar. Ada kepuasan
tersendiri di saat menaklukkan
seorang wanita hingga
memohon untuk dipuaskan. Tidak berapa lama kemudian
gerakan pinggulnya kurasakan
semakin cepat dan nafasnya
semakin memburu hingga jariku
kewalahan untuk
merangsangnya sambil menahan celana dalamnya.
Perlahan kulepaskan jariku dari
vaginanya dan kucoba untuk
melepaskan celana dalamnya.
Seakan mengerti, ia sedikit
mengangkat pantatnya hingga memudahkanku melepaskannya.
Kulanjutkan kembali kegiatanku
seperti tadi hingga ia kembali
terangsang dengan hebat,
sebab setelah celana dalamnya
terlepas, jariku semakin leluasa memainkan vaginanya. Dia tidak
pernah mengucapkan sepatah
katapun, hanya erangan
nikmat yang sesekali keluar
dari bibirnya. Padahal bila
dengan Nita, kami sering mengucapkan kata-kata kotor
untuk lebih merangsang
permainan. Tiba-tiba kutarik jariku dari
vaginanya sebelum ia mencapai
puncak kenikmatannya. Ia
sedikit terkejut menatapku.
Lalu aku mulai melepaskan ikat
pinggang dan resleting celanaku. "Ahh.." ucapnya sambil
memalingkan wajahnya ke arah
berlawanan. Namun aku tahu ia
tak akan sanggup lagi untuk
menolak hal ini. Setelah
kulepaskan semua celanaku, kupegang tangannya dan
kubimbing ke arah penisku.
Saat terpegang olehnya, ia
seperti sadar dan menarik
tangannya tapi kutahan dan
kutuntun tangannya untuk mengocok penisku. Ia pun
menurut dan tanganku kembali
bermain di vaginanya. Ia
kembali terangsang, dan mulai
memberanikan diri untuk
melihat penisku sambil terus mengocoknya. Kami menikmati permainan itu
hingga beberapa saat
kemudian badannya mengejang
mencapai puncak kenikmatan.
Vaginanya sungguh lembut dan
hangat dan sangat basah. Ingin sekali kumasukkan penisku
saat itu, tapi mengingat ia
masih perawan, aku harus
memperlakukannya dengan
lembut. Belum selesai ia
menikmati orgasmenya, aku langsung melebarkan kakinya
dan sambil berdiri dengan
posisi 69 kubenamkan wajahku
ke vaginanya. Aroma yang
sangat khas namun lebih
lembut dibanding aroma Nita tercium olehku. Kumainkan
lidahku di seluruh permukaan
vaginanya, terutama pada
bagian klitorisnya. Ia mulai
terangsang kembali dengan
cepat sambil tangannya terus mengocok penisku. Saat aku sedang asyik
menjelajahi vaginanya dengan
lidahku, kurasakan ia sedikit
menggerakkan badannya dan
sesaat kemudian penisku
terasa masuk ke dalam rongga yang hangat. Aku tersenyum
dalm hati, ternyata ia cepat
belajar. Namun karena pertama
kali dan karena posisi kami
yang kurang pas, terkadang
secara tak sengaja tergigit olehnya hingga aku harus
menarik pinggulku karena
terasa sakit. Untungnya ia
mengerti dan akhirnya hanya
memainkan lidahnya di sekujur
penisku tanpa dimasukkan ke dalam mulutnya. Cukup lama
kami berada di posisi ini.
Pinggul Aminah mulai bergerak
liar menekan ke arah lidahku.
Posisi yang kurang enak
membuat badanku lelah dan akhirnya kuhentikan jilatanku
pada vaginanya. Langsung saja
aku mengambil posisi standard
sambil mengangkat salah satu
kakinya dengan tanganku dan
bertumpu pada tanganku yang lainnya. "Kamu tuntun ya, Minah.."
kubisikkan kepadanya dan ia
mengangguk pelan.
Ia pegang penisku dan
menuntunya ke lubang
vaginanya. Setelah posisinya pas aku mulai mendorong
secara perlahan.
"Sakit Bang. Ahh.. pelan-pelan,"
bisiknya ditengah-tengah
erangan nikmat.
"Ya, pelan-pelan saja. Minah saja yang tuntun, kalo sakit
jangan dipaksa," jawabku.
Aku pun menyesuaikan
goyangan pinggulku dengan
tuntunan tangannya. Secara
perlahan namun pasti penisku mulai masuk sedikit demi
sedikit. Walaupun terasa sakit,
rasa nikmat dari sanggama
membuatnya terus mencoba
memasukkan penisku. Setelah
kurasakan bibir vaginanya mulai mengembang, aku
mengambil alih gerakan.
Pinggulku mulai kupercepat
menghunjam vaginanya. Nafsu
yang sudah tertahan-tahan
akhirnya dapat kulepaskan hingga di suatu saat kudorong
penisku cukup keras ke dalam
vaginanya. "Ouch.." hampir berbarengan
kami mengerang.
Setengah penisku masuk ke
dalam vagina yang sempit dan
hangat. Lalu mulai kudorong
lagi perlahan-lahan dan secara bertahap temponya
kupercepat hingga otot
vaginanya bisa menyesuaikan
penisku. Hingga akhirnya
penisku bisa masuk seluruhnya
ke dalam liang vagina yang jauh lebih nikmat dari milik
Nita, karena memang saat aku
bersanggama dengan Nita ia
sudah tidak perawan lagi.
Kulepaskan peganganku pada
kakinya, lalu kuangkat sedikit pantatnya dengan tanganku
yang bebas agar penetrasi
menjadi lebih mudah. "Ooh..
aah.." hanya desahan dan
rintihan yang bisa keluar dari
bibir kami. Nikmat yang kurasa sangat menakjubkan hingga
aku yang biasa bisa menahan
orgasme, sangat sulit untuk
melakukannya. Beberapa menit kemudian
gairah kami mulai memuncak
dan aku pun tidak bisa lagi
menahannya lebih lama. Aminah
pun mulai menggoyangkan
pinggulnya dengan liar, hingga akhirnya aku bertumpu pada
kedua tangan dan
berkonsentrasi pada goyangan
pinggulku. Beberapa saat
kemudian, saat kupercepat
goyanganku Aminah menaikkan pantatnya dan mengejang
nikmat. Ia mencapai
orgasmenya. Dalam hitungan
detik pun kurasakan denyutan
yang familiar pada pinggangku.
Seketika itu juga kucabut penisku dari vaginanya dan
mulai mengocoknya dengan
keras. Kutumpahkan semua
maniku ke lantai, sambil terus
mengocok penisku hingga
badanku lemas dan serasa tak bertenaga. Saat kulakukan itu
Aminah bangun dari kursi dan
menghampiriku serta
membantuku menyelesaikan
orgasme. Kami lalu berpelukan dan
berpagutan beberapa saat
hingga kusadari ia menitikkan
air mata.
"Jangan takut Minah, ini
rahasia kita berdua. Kalau Abang selesai kuliah di Jakarta,
Abang akan jemput Minah ke
sini," kataku untuk
menghiburnya.
Ia menatapku sambil tersenyum
lalu kami berciuman lagi untuk beberapa saat. Lalu merapikan
diri untuk kembali ke resepsi,
dengan tak lupa membersihkan
bekas-bekas pertempuran di
ruang tamu.Kami melakukannya
sekali lagi di sebuah motel di luar Palembang saat kami
sedang berjalan-jalan ke luar
kota, hingga seminggu
kemudian aku kembali ke
Jakarta untuk kuliah. Kami
masih saling berkirim surat hingga sekarang, namun
sayangnya liburan ini aku tidak
bisa pulang ke kampung
karena masalah akademis.
Walaupun aku masih
berhubungan dengan Nita, itu hanyalah sebagai pelampiasan
nafsu belaka, namun hatiku
masih tertambat di kampung
halamanku.


Tamat

[ back ][ home ]

Watch TV on Computer

Web Site Hit Counter