watch sexy videos at nza-vids!
Easy mobile site building

Negasiator Ulung (part 2)

Makin lama gerakanku makin
cepat hingga maksimal. Deasy
kembali berteriak keenakan
sambil tangannya meremas apa
saja yang dapat dipengangnya.
Gerakanku makin cepat, kudorong sedalam-dalamnya
hingga keringat bercucuran di
punggung Deasy. Akhirnya
kucapai orgasmeku di
vaginanya. Kutekan penisku
sedalam-dalamnya dan kudiamkan sambil kusemburkan
spermaku beberapa kali, setiap
kali menyembur, penisku makin
keras dan membesar, sehingga
Deasy pun merintih.. "Gila viir.. Oocchh.. Viirr.. Aacchh..
Gua keluar lagi nichh.." Jam 4 pagi kami tertidur dalam
keadaan telanjang bulat. Saat
terbangun jam 10 pagi, sekali
lagi kami menumpahkan nafsu
birahi di kamar itu sebelum
Deasy kembali ke Hyatt dan aku beristirahat untuk
pertemuan sorenya. Sorenya saat aku harus
menghadiri pertemuan dalam
rangka negosiasi harga untuk
barang telekomunikasi yang
akan dibeli oleh perusahaanku
dari salah satu supplier dari Amerika. Pertemuan diadakan
di ruang meeting di hotel
Mandarin dan dihadiri oleh
suatu perusahaan Indonesia
sebagai distributornya. Aku
tiba pukul 16:55, masih 5 menit lebih awal bersama manager
perencanaan yang baru
datang siangnya dari Jakarta. Saat aku masuk, di dalam
ruangan sudah ada VP Sales
dari perusahaan Amerika itu
dengan Sales Managernya,
Anthony, Direktur perusahaan
distributor mereka di Indonesia beserta Account Managernya.
Aku telah mengenal mereka
semua. Aku mengambil tempat
duduk menghadap ke pintu
bersebelahan dengan
managerku. Setelah berjabatan tangan dan mengobrol basa
basi, negosiasi segera dimulai. Pada saat aku sedang
membacakan dokumen, pintu
terbuka, aku mengangkat
wajahku. Di depan pintu berdiri
seorang wanita yang kalau
tidak dalam suasana formal dapat membuatku meloncat
dari kursi yang aku duduki. Nini
berdiri di sana juga dengan
wajah kaget melihatku, tapi
segera situasi dapat kami
kuasai. Dengan cepat Nini memasang
telunjuknya di depan bibirnya,
aku mengerti. Nini menghampiri
sang direktur sambil
memberikan sebundel dokumen.
Lalu Nini diperkenalkan sebagai PR di perusahaan distributor
itu. Tempat duduk di meja
berbentuk bundar itu tinggal
satu yang kosong dan Nini
duduk di sana, di sebelah
kiriku. Penampilannya sangat menarik dengan blazer warna
cerah dengan kemeja warna
gelap di dalamnya dan rok
ketat di atas lutut sedikit. Dimulai dengan penjelasanku
mengenai final design dari
system yang dibutuhkan, lalu
pihak Amerika menerangkan
kelebihan kelebihan produknya.
Lalu si distributor mulai membahas aspek komersial,
tampak Nini mengambil bagian
pembicaraan dalam aspek ini.
Selama mendengarkan, aku
mencatat di kertas notes kecil
yang aku bawa dari kamar hotel, tercetak hotel Westin
Plaza di kertas itu. Tak terasa
sudah jam 7, kami break untuk
dinner dan dilanjutkan jam 8:30
malam di tempat yang sama,
bersama-sama kami pergi ke sebuah restoran chineese food
dekat dengan Mandarin lalu
kembali ke ruang meeting. Saat makan, Nini mengajakku
mengobrol santai dan dengan
anggunnya bersikap sangat
profesional dan dapat
menyembunyikan bahwa dia
telah mengenal aku luar dalam. Tak ada tanda-tanda dan
kode-kode bahwa Nini ingin
bertemu berdua atau rindu
atau yang lainnya seperti
halnya Deasy kemarin. Padahal
aku sudah membayangkan bahwa Nini akan menemani aku
malam ini di kamar yang besar
itu Setelah aku dapat
memperlihatkan bahwa produk
mereka bukan yang terbaik
karena ada produk saingan
yang lebih baik dari segi
feature, walaupun feature tersebut tidak aku butuhkan,
tapi sebagai kartu truf
negosiasi kusampaikan hal itu.
Lalu kusampaikan pula
perkiraan harga yang dapat
aku terima yang masih jauh dengan harga penawaran
mereka, berbeda sekitar 20%.
Aku kembali ke hotel jam
22:30, sangat lelah dan
langsung mandi serta tiduran
sambil menonton TV. Tiba tiba telepon berdering.. "Good Evening Mr. Mahendra, I
have a lady in front of me,
her name is Nini, would like to
met you" seorang resepsionis
wanita berkata di telepon.
Haah, aku kegirangan, tapi tak kuperlihatkan.
"Ok, thank you, can you ask
her if she willing to come up
or should I go down" kataku di
telepon. Terdengar si
resepsionis berbicara denan Nini.
"She said, if you don't mind,
she prefer to met you there"
katanya lagi.
"OK, can you ask somebody to
escort her to my room" "Definitely sir" katanya.
Terdengar dia memanggil
seseorang lalu terdengar dia
berkata pada Nini..
"You may follow him, madame"
sesaat kemudian dia berkata lagi..
"She is on her way. By the
way, she is very pretty sir,
good night and thank you"
katanya. Dua menit kemudian terdengar
pintu diketuk, terlihat Nini
diantar oleh petugas concierge.
Setelah pintu kututup, Nini
hanya mengecup pipiku lalu
berjalan dengan anggunnya menuju sofa dan duduk di sana
lalu menyalakan Marlboro
putihnya, pakaiannya sudah
berganti, celana panjang dan
kaus ditutupi jacket kulit. "Bagaimana kamu tahu aku
tinggal di sini?" tanyaku.
"Tadi kamu pakai kertas
catatan dari Westin, aku coba
tanya ke front office, lalu aku
datang ke sini" jawabnya. "Bagaimana kamu yakin bahwa
aku ada di kamar?" tanyaku
kembali.
"Aku tidak yakin, tapi aku
coba, ternyata kamu ada"
jawabnya lagi. "Aku sangat kaget melihatmu
di ruang meeting tadi, tak
kusangka bahwa negosiasi itu
dengan kamu Vir.., kalau aku
tahu bahwa kamu yang akan
aku temui, aku pasti tolak tawaran mereka" Nini membuka
topik.
"Aku mewakili perusahaan,
harusnya aku yang lebih kaget
kamu ada di sana tadi, jadi
tolong ceritakan yang sebenarnya" sahutku.
"Pak Anthony minta bantuan
aku untuk menggolkan proyek
ini, aku dapat 3%, terserah
caranya bagaimana" kata Nini
menjelaskan padaku. Hhmm, 3% cukup besar juga, nilai proyek
puluhan juta dollar, maklum
proyek infrastruktur
telekomunikasi yang sedang in
di Indonesia. Otakku berputar,
tidak terpikir rasanya untuk bercinta dengan Nini.
"Kita turun yuk, minum kopi
sambil berpikir dan ngobrol
sebentar, selintas aku ada
rencana lain" kataku, aku
ganti pakaian. Nini tahu bahwa kalau aku
sudah serius begitu, aku tidak
dapat diganggu maupun dirayu
untuk bercinta. Malahan Nini
selalu berusaha membantu aku
bertukar pikiran untuk memecahkan masalah bersama-
sama. Kami turun ke coffee
shop dan memesan 2 cangkir
kopi. "Apakah mereka tahu kamu
menemui aku sekarang ini?"
selidikku.
"Tidak, menurut rencana,
besok pagi meeting diundur ke
sore dan aku disuruh menemani kamu privately
sampai siang, dan
menyampaikan bahwa ada 2
persen untuk kamu" kata Nini.
"Seberapa dekat hubungan
kamu dengan Anthony?" aku bertanya.
"Tidak dekat, aku dikenalkan
oleh sepupuku Deasy, katanya
ada boss yang perlu PR untuk
menggolkan proyek besar"
jawabnya. Wah, Deasy baru meninggalkan kamar ini tadi
siang, pikirku.
"Hmm.. Sebenarnya aku tahu
harga mereka bisa turun
sekitar 14 persen lagi, tapi
Anthony mau untung terlalu besar, padahal untuk proyek
besar begini, 5 persen
cukuplah, toh dia juga nggak
kerja, cuma ngurus admin saja,
banyakan aku yang kerja
nantinya. Mustinya kita dapat 10 persen Ni.., aku juga kan
musti setor ke atas.." kataku.
"Dapet 3% aja lebih dari cukup
Viir.. Aku bisa berhenti dari
sebagian pekerjaanku yang
sekarang sementara cari lagi yang lebih bernilai.." kata Nini
perlahan.
"OK, besok aku atur dan kamu
akan dapat poin bahwa kamu
yang berhasil menggolkan
proyek ini, sekarang balik yuk, kamu mau pulang atau tidur di
atas? Tidur di atas aja deh,
temenin aku ya" ajakku. Nini dan aku tidur tanpa
pakaian saling berpelukan di
dalam selimut, tanpa ada yang
mencoba untuk menggoda dan
merangsang satu sama lain
walaupun kulit kami saling bersentuhan dan buah dada
Nini terasa menekan lengan
dan dadaku. Agak penat juga
aku berpikir, lalu aku tertidur.
Saat aku bangun, sebagaimana
normalnya laki-laki, saat bangun pagi terkadang penis
sudah dalam keadaan berdiri
keras. Pagi saat itu, di luar
masih gelap, kurasakan penisku
sudah berdiri dan keras sekali
seperti batang kayu ditambah kehangatan terasa mengalir
dari tubuh telanjang Nini yang
menempel di tubuhku.
Kurasakan Nini masih tidur,
kukecup keningnya mesra,
matanya terbuka dan tersenyum, kepalanya
menengadah mengecup pipiku
mesra sekali. "Good morning darling, sleep
well?" dia bertanya. Aku tak menjawab, tapi
kudorong sedikit tubuhnya
sampai telentang, lalu aku
berlutut merebahkan kepalaku
di dadanya sambil memeluknya.
Nini melingkarkan satu tangannya di leherku. Mesra
sekali kami berdua. Perlahan
aku kecup keningnya,
matanya, hidung, pipi lalu
bibirnya. Saat bibir kami
bertemu, rupanya dorongan birahi yang telah terpendam
sejak kemarin terasa mau
meledak, seketika itu pula Nini
menyambar bibirku dam
menciumku dengan permainan
bibir, lidah dan mulut yang luar biasa nikmatnya. Nini memang
seorang ahli dalam bercinta.
Tangannya yang lain meraba
penisku yang sangat keras lalu
dikocoknya perlahan. "Hmm.. Penis kamu sangat
keras Vir. Lebih keras daripada
biasanya, cepat masukin Viirr,
aku ingin merasakan kerasnya
di dalam vaginaku" desahnya.
"Hmm.. Nggak mau 'appetizer' dulu?" bisikku.
"Aku pengen sekarang viir..
Nanti aja 'dessert'" desahnya
lagi. Aku naik ke tubuhnya,
pahanya dibuka lebar,
kutempelkan penisku ke
vaginanya, kugoyang kiri
kanan perlahan agar kepala
penisku dapat membuka bibir lipatan vaginanya. Agak sulit.
Terasa bibir vaginanya terbuka
sedikit, kudorong perlahan lalu
terasa kehangatan dari dalam
vaginanya menyelimuti ujung
kepala penisku, kudorong terus dengan mantap sambil
tetap kugoyang pantatku. Nini
mulai memutarkan pantatnya
searah jarum jam beberapa
kali, lalu putarannya dibalik
menjadi berlawanan arah jarum jam. Putarannya perlahan-
lahan seirama dengan
goyanganku. Dengan begitu
aku dapat merasakan
pegangan kuat mencengkeram
dari vagina Nini di penisku dan Nini pun merasakan sesak dan
penuhnya lubang vaginanya
saat diisi oleh penisku. Tidak
ada rangsangan untuk
mencapai orgasme. Nini menghentikan putaran
pantatnya, aku pun berhenti
tapi kudorong penisku
sedalam-dalamnya di vagina
Nini sampai ujung kepala
penisku terkena sesuatu. Nini mulai menggerakkan vaginanya
seakan memijit seluruh batang
penisku. Sungguh kuat otot
bawah perut Nini meremas
penisku. Setiap kali Nini
melepas pijitan vaginanya, kukedut otot keggelku
perlahan hingga terasa penisku
makin mengeras di dalam
vagina Nini. "Oohh.. Viirr.., ini yang aku cari..
Enaak sekali Viirr.." Nini
menggelengkan kepalanya.
"Vagina kamu juga tiada
duanya Ni.. Oocch pijitan
vaginamu.. Ennaakk.." bisikku pula. Makin lama pijitan Nini dan
kedutanku makin cepat dan
kami mulai menggoyangkan
pinggul lagi, makin cepat,
pinggul Nini terangkat untuk
lebih leluasa berputar semakin cepat seperti gasing. Aku pun
tak kalah bersemangat
mengocok vagina Nini,
mendorong sedalam-dalamnya
hingga Nini berteriak setiap
kali kusodokkan penisku dalam-dalam. Bibir kami
berciuman dengan liarnya, lidah
mencari lidah, bibir saling
menjepit diiringi desahan-
desahan menggairahkan.
Seakan tiada lelahnya, posisi ini kami pertahankan cukup lama. "Nini.. Aku hampir keluar.." aku
menjerit.
"Keluarin aja Viirr, kita sama
sama.." Nini balas menjerit. Tak
lama kemudian..
"Oocchh.. Ni.. Aku keluaarr.." teriakku, terasa seluruh
tenaga tubuhku mengalir
menuju penisku dan terpusat
di sana, kutahan sebentar
spermaku sampai terkumpul di
ujung, lalu kusemburkan yang pertama kuat-kuat sampai
terasa aliran sperma melewati
saluran kencingku dengan
deras.
"Aachh.. Viirr.. Kenceng banget..
Lagi Viirr.. Sembur.. Viirr.. Aku juga keeluuar" Kusemburkan dengan kuat
yang kedua, ketiga, keempat..
Semuanya ada 8 semburan
yang makin lama makin lemah.
Setiap semburan yang aku
lakukan, Nini mengerang sambil mengencangkan pelukannya di
leherku sekaligus melakukan
pijitan pada vaginanya
sehingga penisku seakan
diperas agar spermaku habis di
vaginanya. Akhirnya aku ambruk di badan Nini lalu
kucium seluruh wajahnya yang
berakhir di bibirnya. Penisku
masih agak keras, kugeser
tubuhku hingga penisku
terlepas. Lalu aku telentang di atas ranjang dan Nini berbalik
memelukku, menciumku dan
meletakkan kepalanya di
dadaku. Tangannya mengelus-
ngelus penisku. "Dessertnya" bisik Nini. Lalu Nini mulai mencium bibirku
dengan hangat, disusurinya
bagian dalam bibirku dengan
lidahnya, lalu mencari lidahku
dan kami saling berciuman
kembali dengan panasnya, sementara tangannya meraba
dan meremas penisku. Nini
mulai menjilati seluruh daerah
leherku lalu ke dada, kedua
putingku dihisapnya dan diberi
gigitan kecil. Tubuhnya yang berada di atas tubuhku
membuat cairan yang ada di
dalam vaginanya terasa
meleleh membasahi sekitar
perutku. Nini memutar
tubuhnya sehingga posisi kami menjadi 69. Penisku yang belum
sepenuhnya berdiri lagi, dijilati
mulai dari ujung sampai
zakarnya. Aku tarik pantatnya
ingin menjilati vaginanya, tapi
Nini menolak sehingga aku hanya dapat memegang
bulatan pantatnya saja. "Ini dessert buat kamu,
sayang, nikmatilah" katanya.


Bersambung....

[ back ][ home ]

Watch TV on Computer

Web Site Hit Counter