watch sexy videos at nza-vids!
want to be milyuner? Join here... Free !

Negasiator Ulung (part 3)

Lalu dilanjutkannya jilatannya
ke paha bagian dalamku,
lututku dihisapnya, lalu makin
turun ke betis. Posisi yang
membalik demikian membuat
pemandangan yang indah bagiku, vagina dan anusnya
tampak jelas di pandangan
mataku. Kupakai jariku untuk
meraba anusnya, kembali Nini
menepiskan tanganku. Kini
lidahnya tiba menjilati permukaan kakiku lalu jari-jari
kakiku mulai dikulum dan
dihisapnya. "Nini.. Oocchh.. Gellii.. Nii.."
desahku. Setelah seluruh jari kakiku
mendapat giliran, kembali Nini
naik ke atas sampai di sekitar
selangkanganku. Nini meminta
aku mengangkat pantatku,
diselipkannya sebuah bantal yang dilipat lalu kakiku
diangkatnya ke atas sehingga
pantatku terbuka menantang.
Lidahnya mulai terasa di
anusku, dijilati dan ditusuk-
tusukkannya ke dalam anusku sementara tangannya
mengocok penisku yang telah
berdiri tegak. Nini mengambil
posisi berlutut di
selangkanganku, ujung penisku
mulai dijilatinya dan lidahnya menusuk belahan ujung
penisku. Rasanya ngilu dan geli.
Penisku mulai masuk ke dalam
mulutnya perlahan sampai
akhirnya seluruhnya terbenam.
Kepalanya mulai digelengkan ke kiri dan ke kanan. Jari
tengahnya sudah tertanam di
anusku, dikocoknya perlahan
lahan. "Ni.. Agak cepet Ni.. Nggak
tahan nih.." kataku. Nini mempercepat kocokan jari
dan mulutnya keluar masuk.
Malahan melalui gerakan
jarinya aku mengetahui bahwa
Nini meminta aku mengerakkan
pantatku turun naik dengan kasar. Aku naik turunkan
mengikuti keianginannya.
Penisku masuk dan keluar
dengan cepatnya dan dengan
gerakan kasar aku pompa
mulutnya sampai bibirnya menyentuh dasar penisku.
Terasa ujung penisku
membentur ujung
tenggorokannya lalu masuk ke
dalam tenggorokannya yang
sempit. Terasa nikmat sekali hingga gerakan itu makin
mempercepat orgasmeku. "Nini.. Ennaak sekalii.., aku mau
keluuarr Nii.." teriakku. Akhirnya spermaku menyembur
di dalam mulut Nini lalu
ditelannya. Setelah
membersihkan penisku dengan
lidahnya, Nini bangkit
memandang aku, rona yang memancarkan kepuasan
terlihat di wajahnya sambil
tersenyum. "Apakah dessertnya sesuai
pesanan?" tanyanya.
"Lebih dari pesanan, dapat
extra ya. Sekarang aku kirim
dessert untuk kamu ya"
jawabku sambil kuraba buah dadanya yang indah terjaga
bentuknya walaupun Nini sudah
berusia hampir di awal kepala
3. Sementara di luar hari
sudah mulai terang.
"Dessert buatku nanti malam saja, biar aku penasaran
seharian menanti, sekarang
kita mandi, aku balik ke
Mandarin dulu. Kamu datang
jam 10 kan?" tanyanya. Itulah Nini yang selalu penuh
dengan kejutan dan hal-hal
baru dalam teknik permainan
sex serta caranya menggoda
aku sungguh memperlihatkan
ciri seseorang yang sangat matang dalam bercinta. Sampai
dengan saat ini, belum pernah
aku temui wanita yang dapat
secara overall menyaingi Nini
dalam bercinta. Walaupun agak kecewa karena
mulutku belum "bekerja", aku
iyakan saja usulnya. Kami
mandi bersama sambil
mendiskusikan rencanaku di
kamar mandi. Setelah selesai, Nini meninggalkanku kembali ke
Mandarin jam 8:30. Pada jam
10 saat aku tiba di Mandarin,
Anthony meminta agar meeting
dilakukan pada jam 2 siang
karena masih harus meminta keputusan dari US untuk
finalisasi harga dan Anthony
bilang bahwa Nini akan datang
untuk menemani aku sekedar
melewatkan waktu. Aku
menolak kendaraan yang disediakan Anthony. Aku pergi
dengan Nini menuju Sommerset
MRT, kembali ke Westin. 3 Jam
kami lewati hanya dengan
mengobrol di kamar diselingi
dengan lunch yang dipesan melalui room service. Sengaja
kami agak terlambat.
Menjelang jam 2:30 sebelum
kami kembali ke Mandarin, kami
kembali membicarakan masalah
proyek ini dan strategi yang akan aku pasang bersama Nini. Akhirnya pada jam 15
pertemuan dimulai. Pembicaraan
cukup alot, terlihat beberapa
kali Nini keluar masuk ruangan
bersama Anthony. Pada jam
18:00 Nini masuk dengan kancing depan blousenya
bertambah satu yang terbuka.
Itu adalah kode yang telah
disepakati. Kesepakatan harga
dicapai pada Jam 18:10 dan
aku menandatangani MOU bersama Anthony dan sang VP
dari US. Anthony mengundang
makan malam, tapi aku tolak
dengan alasan ada rencana
pertemuan selanjutnya. Aku
kembali ke Westin. Nini mohon pamit untuk kembali ke
Jakarta dengan pesawat SQ
terakhir jam 9 malam. 30 menit kemudian, pintu
kamarku terbuka. Kusambut
Nini masuk membawa travel
bagnya sambil kukecup pipinya.
Memang pada paginya aku
minta dibuatkan kartu kunci satu lagi untuk Nini. Lalu Nini
mengeluarkan selembar kertas
ber-kop perusahaan Anthony,
di bawahnya ditandatanganinya
di atas sebuah meterai. Kubaca
isinya.., ternyata angkanya melebihi strategi yang telah
kami pasang, rupanya Nini
telah melakukan negosiasi
tersendiri dengan manis hingga
membuat Anthony mau tidak
mau mengikutinya. Kami berpelukan berciuman
dengan gembiranya. Aku ajak
Nini mandi sama-sama, lalu
kami makan malam di puncak
gedung hotel Westin ini,
sebuah revolving restoran. Dari situ kami menikmati
pemandangan kota Singapore
waktu malam dan melihat ke
semua arah karena restoran
itu berputar 360 derajat
perlahan-lahan. Nini sangat cantik malam itu, mengenakan
gaun malam, rok lebar panjang
hitam sampai lutut. Atasnya
warna hitam juga dengan
belahan bentuk V di depan dan
belakang sampai mendekati pusarnya memperlihatkan
bagian dada dan punggungnya
yang tidak ada lapisan apa
pun lagi di dalamnya Kami duduk berhadapan
ditemani sebuah lilin terpasang
di meja kami dengan diiringi
sajian musik live hingga
menambah suasana romantis
yang tercipta sambil menikmati makanan yang kami pesan.
Saat kami selesai dengan
makanan kami, seorang
waitress mendatangi kami. "Sir, Maam, what would you
like for dessert, coffee or
maybe ice cream for you
maam" katanya.
"A cup of coffee for me
please, and you.. Ni" jawabku sekalian aku tanya Nini.
"Just a cup of tea for me, I
will have another great
dessert after this.." kata Nini
sambil mengerlingkan matanya
padaku. Waktu waitress itu pergi.. "Is that right darling?" lanjut
Nini dengan memandangku
penuh gairah.
"You'll got it, no question
about that, don't worry
honey, but for my appetizer, do you mind, to take off your
panty" pintaku.
"I dont have it now" jawabnya
santai.
"Whaat?" kataku sambil
tersenyum. Lalu aku pindah duduk ke
sebelahnya, kupeluk
punggungnya. Nini tahu
maksudku, digesernya
duduknya sedikit ke depan
memberi ruang pada tanganku untuk mengelus punggungnya,
lalu tanganku menyusuri
pinggangnya sampai ke bulatan
pantatnya. Tidak ada tali atau
batas CD di sana. Aku masih
penasaran, kutaruh tanganku di pahanya. Nini menarik
tanganku mendaki ke arah
vaginanya dari balik roknya
yang lebar. Jariku menyentuh
bulu-bulu halusnya. Ternyata
benar bahwa Nini tidak memakai CD. "Honey, gairahku yang sudah
di puncak sudah aku tahan
seharian sampai sekarang ini,
jadi kalau patung singa itu
terlihat lagi dan kita masih
duduk di sini, aku akan minta dessert yang kamu janjikan di
kursi ini saja. Berani nggak?"
tantangnya sambil menunjuk
ke arah patung singa jauh di
bawah yang menjadi lambang
kota Singapura. "OK, kita lihat saja nanti"
jawabku. Kopi dan teh telah diantar,
kami masih santai dan
mendengarkan musik jazz yang
dialunkan oleh kelompok musik
lokal, tetapi tangan Nini
menjalar di paha dan penisku. Untung saja posisinya di bawah
meja jadi tidak banyak orang
yang melihat. Akhirnya aku
minta bon untuk aku tanda
tangani dan mengajak Nini
keluar dari restoran itu. "Patung singa belum terlihat
lho" bisik Nini sambil
menggandeng lenganku, buah
dadanya yang kenyal menekan
lenganku.
"Mumpung habis minum kopi panas-panas, jadi lidahku
bertambah panjang he he.."
gurauku.
"Asyiik dong" katanya riang. Kami kembali kekamar jam
23:30, lalu aku memasang radio
di kamar dengan musik slow.
Seperti kemarin, lampu aku
matikan, gorden aku buka
semua, tapi pintu ke balkon masih aku tutup. Aku ajak Nini
berdansa, kutaruh kedua
tanganku di pinggangnya, Nini
mengalungkan tangannya di
leherku, dengan gemulai Nini
mengikuti gerak langkahku berdansa di ruangan itu.
Kepalanya disandarkan di
dadaku, terasa kedua bukit
buah dadanya menekan
dadaku. Penisku bergerak menegang,
Nini merasakan itu karena
bawah perutnya menekan
penisku, sebelah kakinya
diselipkan di antara kakiku dan
menekan penisku. Nini menegadahkan kepalanya. Aku
cium lembut bibirnya, Nini
membalas ciumanku dengan
lembut pula. Kuelus
punggungnya, kususupkan
tanganku ke balik bajunya di bagian punggung dan
menyentuh pangkal buah
dadanya. Nini menggelinjang
pelan. Lalu kubawa Nini mendekati
pintu keluar balkon, perlahan
kubuka pintunya dan kami
melangkah keluar berpelukan
di luar balkon. Kuangkat
tanganku ke bahunya dan kugeser kain yang tergantung
di bahunya ke pinggir hingga
menyebabkan baju atasnya
jatuh menggantung di
pinggang. Nini diam saja, malah
ciumannya semakin menggairahkan, lidahnya mulai
memasuki mulutku mencari
lidahku. Kuraba dadanya yang
kenyal, kuremas remas dan
putingnya kupencet perlahan. "Oocch Vir.. Cumbu aku viirr..
Aku kehausan viirr.." desahnya
dari bibir sexynya. Tanganku mendapatkan kaitan
rok dan ritznya di pinggir,
perlahan kubuka dan roknya
jatuh ke lantai, lalu kuangkat
baju atasnya melewati kepala,
tinggallah Nini telanjang bulat di balkon berdua denganku
yang tinggal memakai CD
karena Nini pun sudah
membuka kemeja dan celanaku.
Kusandarkan Nini di balkon,
kepalaku mulai menunduk menjilati seluruh bagian leher
dan tengkuknya, kulanjutkan
bagian ketiaknya lalu hinggap
di buah dadanya dan kuhisap
putingnya agak kencang. "Viirr.. Terus Viirr.. Teruuss..
Aacchh.." desah Nini. Kulanjutkan perjalanan lidahku
menuju pusatnya melewati
pusarnya. Aku temukan
clitorisnya yang telah
membesar, kujilat clitorisnya,
kujepit dengan bibirku dan kutekan-tekan dengan lidahku. "Viirr, ennaakk, terruss Viirr..
Tekaann.." Nini menekankan
kepalaku ke clitorisnya. Kuangkat sebelah kakinya lalu
kuletakkan di pundakku,
vaginanya terlihat basah
menantang. Kujilat ringan bibir
vaginanya lalu kucari
belahannya dan kumasukkan lidahku dalam-dalam, kuputar
lidahku menyapu dinding
vaginanya. "Oocchh.. Lidahmu ennaakkch
Viirr.., lebih dalam lagi Viirr.."
desahnya. Aku semakin bersemangat,
kujulurkan lidahku sebisanya
ke dalam vaginanya, jariku
merayap di anusnya dan
kudorong memasuki anusnya.
Kusedot agak kuat vaginanya sambil tetap lidahku mengorek
di dalam vaginanya. "Viirr.. Aach.. Aku hampir
keluar.." teriaknya. Kupercepat
kocokan jariku di anusnya
hingga Nini berteriak kuat.
"Akuu keelluar.. Kelluarr..
Aacchh.. Eennaakk.." teriak Nini sekencang-kencangnya di
udara terbuka seperti itu. Langsung aku hisap vagina Nini
kuat-kuat sambil mendorong
jariku di anusnya dalam-dalam
lalu aku diamkan. Badan Nini
bergetar kencang menikmati
orgasmenya di lantai 66 tersebut. Lalu aku tuntun Nini
masuk dan berbaring di
ranjang. "Uucch.. it's the best 'dessert' i
ever have" katanya sambil
tetap matanya terpejam.
"Is that a dessert or an
orgasm" kataku.
"That is a dessert as I asked you before" jawabnya. Malam itu kami melanjutkan
penumpahan nafsu birahi yang
meledak-ledak dari dalam
tubuh kami seakan tiada
habisnya sampai pagi. Kami
baru bangun tidur pada jam 12 siang, lalu sorenya pulang
ke Jakarta. Sebelum kamar
kutinggal, kutengok balkon
kamar itu sambil tersenyum.
Hhmm, 2 wanita telah kubuat
terkapar orgasme di sana dalam 3 malam, mengapa tidak
genap 3 sekalian saja ya? Nini berangkat lebih dulu, baru
1 jam kemudian aku menyusul
dengan pesawat SQ yang jam
keberangkatannya berbeda.
Sesampai di Jakarta aku
langsung ke rumah Nini dan baru pulang esoknya hari
Sabtu. Dan sampai sekarang
aku lupa memberitahunya
bahwa aku telah bertemu
Deasy sehari sebelum bertemu
dengannya di Singapore. Beberapa minggu kemudian,
perusahaan tempatku bekerja
menandatangani kontrak
pembelian itu dan membayar
uang muka. Bulan depannya
Nini menanyakan nomor rekening bankku karena dia
akan mentransfer bagianku
yang merupakan bagian dari
uang muka. Sebetulnya aku
ingin menolak, tapi aku kan
harus setor juga ke beberapa atasanku. Begitulah memang
Indonesia. Akhirnya Anthony
menepati keseluruhan deal dari
yang telah ditandatanganinya
saat seluruh pembayaran dari
kantorku selesai setahun kemudian dan saat itu
bertepatan dengan awal krisis
ekonomi dimana nilai tukar
dollar melambung tinggi. Hubunganku dengan Nini
semakin erat saja. Beberapa
bulan setelah kejadian di
Singapore, Nini memenuhi
tekadnya untuk berhenti dari
sebagian pekerjaan yang digelutinya selama itu. Memang,
business is business, sex is
sex, bagiku itu adalah dua hal
yang berbeda dan
bertentangan kutubnya.


Tamat

[ back ][ home ]

Watch TV on Computer

Web Site Hit Counter