watch sexy videos at nza-vids!
click ads 30s we paid $1

Resepsionis

Aku sekarang berumur 37 tahun
dan berprofesi sebagai direktur
di sebuah perusahaan swasta.
Ayahku adalah pendiri dari grup
perusahaan ini yang terdiri dari
beberapa perusahaan ini. Sebagai “putera mahkota”, aku
sangat disegani oleh para
karyawan di kantor, termasuk
para direktur dan manager
professional lainnya. Mereka,
para professional itulah yang sebenarnya banyak memberikan
kontribusi pada perusahaan,
sedangkan aku hanya santai-
santai saja dan sekedar
memberi instruksi sana-sini. Di kantor, aku terkenal sebagai
seorang playboy. Sebenarnya
bukan di kantor saja tetapi
sejak SMA dulu. Ditunjang
dengan perawakan yang
ganteng (kata orang-orang nih) dan berbadan atletis (aku masih
keturunan indo dari pihak ibu),
juga dukungan financial yang
melimpah, tak sulit untuk
mendapatkan wanita cantik
untuk aku ajak tidur. Seperti kemarin dulu, ketika aku sedang
jalan-jalan di mall saat waktu
kerja (maklum boss he.. He..) aku
menjumpai dua cewek ABG.
Mereka baru duduk di bangku
SMA, terlihat dari seragam yang mereka kenakan. Setelah aku ajak makan dan
shopping, tak lama mereka
sudah melenguh-lenguh aku
setubuhi di hotel yang
berdampingan letaknya dengan
mall itu. Aku sangat puas menikmati tubuh muda dua ABG
itu. Mereka masih agak lugu
dalam melayaniku, tampak dari
cara mereka mengulum
kemaluanku yang masih ragu-
ragu. Mereka beralasan karena ukurannya terlalu besar
sehingga tidak muat di mulut
mereka yang mungil, tetapi
setelah aku paksa mereka
melakukannya juga. Kemudian
dari jeritan dan erangan saat aku penetrasi vagina mereka
yang sempit, aku berkesimpulan
mereka masih jarang melakukan
hal ini. Sedangkan di kantor, aku sering
mengajak sekretarisku untuk
sekedar bobo siang sehabis
makan siang. Lia, sekretarisku
itu adalah lulusan D3 dari
akademi sekretaris terkenal di Jakarta. Berbody sexy, dengan
kulit putih dan berwajah cantik.
Dia sudah bertunangan dengan
temannya sejak SMA (cinta
pertama katanya). Aku kadang
kasihan dengan tunangannya itu, yang setiap hari menjemput
saat pulang kantor, karena aku
telah sering mereguk
kenikmatan birahi dari
kekasihnya. Bahkan pernah saat
dia sedang menunggu di lobby, aku sedang asyik menikmati Lia
di dalam kantorku. Hari ini aku pergi ke kantorku
yang terletak di kawasan
Kuningan agak siang, karena
habis nonton pertandingan piala
eropa tadi pagi. Dengan mata
yang masih agak mengantuk, aku memasuki lobby kantorku
yang terletak di lantai 25. “Selamat pagi Pak Robert”
“Pagi” Aku lihat ke arah si penyapa,
ternyata dia adalah Noni,
receptionist yang sedang
tersenyum manis. Noni ini sudah
lama aku incar sejak lama, dan
berbeda dengan gadis lain yang gampang jatuh ke dalam
pelukanku, dia dengan halus
selalu menolak jika aku ajak
bahkan sekedar makan siang
berdua saja. Memang tampaknya
dia adalah gadis baik-baik. Berumur masih 18 tahun, baru
lulus SMA dan sedang
mengumpulkan biaya untuk
kuliah, dia tampak begitu
menggemaskan. Gairah gadis
muda dengan wajah yang manis, dan tubuh yang proporsional,
meskipun masih kalah sexy dari
Lia, tapi wajahnya yang imut-
imut itu yang mengusik hasrat
kelelakianku. Memang aku
sangat suka menikmati gadis ABG seperti dia, terutama yang
masih belum banyak pengalaman
sexnya. Sampai di ruanganku, Pak Johan
tak lama menemuiku untuk
membicarakan mengenai
proposal proyek yang sedang ia
siapkan. Aku tak bisa
konsentrasi dalam mendengarkan uraiannya,
karena aku masih memikirkan si
Noni ABG cantik resepsionisku
itu. “Pak Johan, bagaimana kalau
kita bicarakan besok saja, saya
sedang agak nggak enak badan
nih”
“Oh.. Baik Pak.. Maaf kalau saya
mengganggu bapak..” Beres sudah. Si Johan sudah
aku singkirkan. Dalam hatiku aku
berpikir yach atur sajalah
proposalnya.. Pokoknya kalau
nggak gol.. Tinggal aku pecat
saja dia he.. He.. Kembali lagi entah mengapa
pikiranku kembali ke Noni. Aku
harus mengatur rencana agar
aku bisa menikmatinya nanti.
Segera aku panggil Lia
sekretarisku untuk membawa file Noni dari HRD. “Ini Pak.. Filenya” Lia
menyerahkan file yang kuminta.
“Ada lagi yang diperlukan
Pak?”
“Kamu suruh Noni menghadap
nanti setelah jam kantor selesai” jawabku. Lia tampak cemburu karena
dalam hati dia sudah tahu apa
yang akan terjadi nanti. Well,
too bad Lia.., walaupun kamu
cantik, tapi hari ini aku sedang
ingin yang lain. Mungkin besok giliran kamu lagi, kataku dalam
hati. Tak sabar aku menunggu
jam kantor selesai. Sekitar jan
17.30, terdengar ketukan di
pintuku. “Masuk”
“Selamat sore Pak..” Noni
menyapaku dengan penuh
hormat.
“Oh.. Noni ayo masuk.. Silakan
duduk” Nonipun duduk di depanku.
Tampak dia agak ketakutan aku
panggil. Tapi itu tidak
mengurangi kecantikannya,
dengan blazer coklat yang
menutupi baju dalamnya yang tidak bisa menutupi sembulan
dadanya yang segar. Roknyapun
agak mini sehingga pahanya
yang putih tampak menanti
untuk aku jamah. “Ada apa Pakk..” tanyanya
agak gugup. Ha.. Ha.. Dia sudah
agak terintimidasi nih, pikirku.
“Begini Noni.., karena
performance perusahan kita
kurang memuaskan akhir-akhir ini, sehingga kita perlu
melakukan rasionalisasi
karyawan” aku berkata sambil
menatap matanya yang mulai
tampak kemerahan menahan air
mata. Dia sudah merasa akan bahwa dia termasuk yang akan
di PHK.
“Kamu termasuk yang harus
kita PHK. Jadi kamu bisa
mengurus pesangon kamu di HRD
besok pagi. Maaf ya Noni..” kataku sambil berharap siasatku
ini akan berhasil.
“Tapi Pak..” jawab Noni sambil
mulai terisak-isak.
“Saya kan tidak berbuat salah
apa-apa. ” Dalam hatiku aku tertawa
mendengarnya. Tidak punya
salah? Setelah menggoda
kelelakianku begitu lama dan
selalu menolak rayuanku? Ha..
Ha.. Salah besar kamu Noni.. “Saya juga harus membantu ibu
saya yang sedang sakit Pakk..
Tolong saya Pak Robert.. Saya
perlu uang untuk operasi Ibu..”,
dia sudah semakin terisak-isak
di depanku. Melihat gadis cantik tak
berdaya seperti ini, nafsuku
semakin bergolak.. Aku ambil tisu
di meja kerjaku dan aku pindah
duduk di sebelahnya sambil
memberikan tisu itu padanya. “Sudahlah jangan menangis..”
kataku sambil mengelus-elus
pundaknya.
“Tapi Pak.. Saya tolong jangan
dipecat Pak.. Tolong..” katanya
sambil menyeka air matanya. “Yach.. Noni saya bisa saja
membantu kamu, tapi kamu juga
harus membantu saya”
“Bantu apa Pak.. ” Wah ini sih pertanyaan retoris
pikirku. Aku yang duduk
disebelahnya langsung meraba
pahanya sambil menciumi pipinya
yang masih agak basah karena
air mata itu. “Jangan Pak..” katanya sambil
menghindar.
“Ya sudah kalau tidak mau
dibantu” jawabku agak kesal
karena menahan nafsuku yang
sudah tak tertahankan. Noni masih duduk diam terpaku
sambil meremas-remas kertas
tisu.
“Ya sudah Noni.. Pergi sana”
aku mengusir dia. Semoga saja
Lia belum pulang sehingga aku bisa menyalurkan hasratku ini.
Noni masih diam. Aku kembali
merengkuh pundaknya sambil
menciumi pipinya. Kali ini dia
tidak menghindar. Berhasil.. Aku
bersorak kegirangan dalam hati. “Tapi jangan bilang siapa-siapa
ya Pak.. Soalnya saya sudah
punya pacar”
“Tentu saja sayang..” kataku
sambil meremas rambutnya, dan
menariknya sehingga wajahnya tepat berada di depan wajahku. Langsung aku cium dan kulum
bibirnya yang tipis merekah itu..
Sementara tanganku telah
membuka blazernya sehingga
pundaknya yang mulus telah
terpampang didepanku. Aku ciumi pundaknya yang mulus dan
tali BHnya pun aku gigiti gemas.
Sementara tanganku sibuk
meraba dan meremas pahanya
yang putih bersih itu. Tak tahan
aku untuk tidak menikmati buah dadanya yang membusung itu.
Aku ciumi dadanya yang masih
terbungkus baju dalamnya. “Emmhh.. Emhh” Noni mulai
mengerang menahan nikmat
yang mulai dia rasakan. Tangankupun dengan terampil
membuka baju dalamnya
sehingga dia tinggal mengenakan
BH yang kelihatannya terlalu
kecil untuk menampung buah
dadanya yang besar itu. Aku ciumi dadanya kemudian aku
turunkan cup BHnya sehingga
buah dadanya mencuat keluar.
Oh.. My god.. Indah sekali buah
dada Noni ini. Putingnya kecil
berwarna merah muda, yang sudah mengeras. Buah
dadanyapun kencang dan kenyal
seperti halnya buah dada gadis
muda belia seperti dirinya.
Langsung aku kulum dan jilat
putingnya, sambil tanganku meraba pahanya sampai ke
celana dalamnya. “Ohh.. Pak.. Jangan Pak..” Noni
mengerang.. Jangan? Dalam hatiku aku
tertawa geli. Mulutnya berkata
jangan tapi reaksi tubuhnya
berkata lain. Mungkin jangan
berhenti maksudnya? Tanganku
sudah mengelus-elus kemaluannya yang sudah basah
oleh cairan nikmatnya. “Ayo sayang kita pindah ke
sofa” ajakku.
“Jangan Pak..”
“Ayo..!!” perintahku sambil
menarik tangannya. Sebelum dia duduk, aku cium
dahulu dia sambil melepas baju
dalam dan rok mininya. Tampak
dia cantik sekali dengan hanya
berpakian dalam begitu. Apalagi
buah dadanya sudah mencuat keluar dari BH hitam yang
dikenakannya. “Ayo duduk” perintahku. Dia duduk di depanku sehingga
wajahnya tepat berada di
depan kemaluanku. Dengan
cepat aku membuka semua
pakaianku sehingga tinggal
mengenakan celana dalam saja. “Cepat cium” kataku sambil
menyorongkan kemaluanku yang
masih terbungkus celana dalam
itu padanya. Nonipun sudah tampak pasrah
dan dia mulai menciumi
kemaluanku. Tak tahan, aku
suruh dia membuka celana
dalamku itu sehingga
kemaluanku yang sepanjang 20cm dan seukuran hampir sama
dengan pergelangan tangannya
melonjak keluar. Noni tampak
kaget sehingga agak menjerit
tertahan melihat ukuranku itu. “Kenapa sayang”
“Ihh Pak.. Besar sekali.. Noni
takut Pak..”
“Nggak apa.. Ayo diisap”
perintahku.
“Ampun Pak.. Jangan Pak.. Nggak muat Pak..”
“Ayo cepat” kataku sambil
meremas rambutnya dan
mendorong kemaluanku sehingga
menyentuh bibirnya. Aku memang paling kesal dengan
karyawanku yang belum apa-
apa sudah bilang nggak bisa
padahal belum mencoba. Entah
dalam pekerjaan kantor sehari-
hari atau dalam hal Noni ini untuk memuaskan kejantananku.
Nonipun membuka bibirnya dan
mulai menjilati kepala
kemaluanku. Tangannyapun mulai
mengocok kemaluanku sambil
kadang-kadang membelai buah zakarku. Rupanya dia sudah
merasa percuma saja menolak
sehingga lebih baik menikmati
saja aktivitas kita ini. Kemudian dia sudah mengulum
kemaluanku. Akupun berdiri
berkacak pinggang didepannya,
sementara dia sibuk memberikan
kehangatan mulutnya pada bos
besarnya ini. Kadang-kadang aku meremas rambutnya yang
berjepit rambut berbentuk hati
berwarna merah muda sehingga
menambah kecantikan
kemudaannya. “Ayo lebih dalam”, kataku
sambil berkacak pinggang
memberi perintah. Tampak Noni bersusah payah
mengulum kemaluanku walaupun
tampaknya baru setengah yang
bisa dia masukkan kemulutnya
yang mungil. Akupun tak sabar,
lalu aku dekap kepalanya dengan kedua tanganku, dan
aku maju mundurkan
kemaluanku di mulutnya. Terasa
sesak tapi sangat nikmat
menjalar tubuhku. “Hmmhh.. Mulutmu enak Noni..
Yach ayo terus hisap.. Pintar..
Good girl..”, erangku menahan
nikmat duniawi. Setelah kurang lebih 15 menit
menikmati hisapan dan kuluman
Noni si gadis lugu ini, aku duduk
di sofa dan memerintahkan dia
untuk menaiki tubuhku. Aku
sibakkan celana dalam hitamnya sehingga vaginanya yang sempit
itu telah siap untuk menelan
kemaluanku. “Ahh.. Ampun Pak.. Sakit..”,
erangnya ketika kemaluanku
mulai menerobos bibir vaginanya. Aku tak mempedulikan erangan
minta ampunya dan langsung
menyodokkan kemaluanku sambil
menggoyang-goyangkannya ke
kanan dan kekiri. Masuknya
agak susah sehingga setelah sedikit aku sodokkan aku
goyangkan dulu, baru bisa aku
sodokkan sedikit lagi ke dalam.
Sementara itu mulutku sibuk
menikmati buah dada belianya. “Pak.. Ampun Pak.. Ahh..”
erangannya terdengar makin
keras. Kemaluanku kini sudah 3/4 yang
masuk dalam vaginanya.
Kemudian aku pegang pantatnya
yang sexy itu dan aku kocok
keluar masuk kemaluanku dalam
lubang surgawinya. “Pak.. Sudah Pak.. Ampun Pak..
Noni hampir sampai..” Aku semakin cepat menggenjot
Noni, sampai akhirnya dia
menjerit tertahan karena
mulutnya menggigit tangannya
sendiri. Mungkin dia malu untuk
menjerit terlalu keras saat orgasme. Memang dia pada
dasarnya adalah gadis yang
sopan dan baik. Aku belum puas
menikmatinya, lalu aku suruh dia
menungging di sofa dan aku
setubuhi dia dari belakang. “Pak.. Pak.. Jangan Pak.. Noni
sudah capai Pak..” katanya
sambil merintih. Aku terus genjot dilakang sambil
sesekali aku jambak rambutnya
sehingga kepalanya terdongak
kebelakang, sehingga aku bisa
menciumi wajahnya yang imut
itu. Tanganku pun tidak ketinggalan meremas buah
dadanya yang besar dan
bergoyang saat aku setubuhi
kemaluannya dengan gaya
doggy-style itu. Saat aku sedang asyik
menggenjot Noni.., tiba-tiba Lia
masuk ruanganku. Rupanya aku
lupa mengunci ruanganku tadi. “Ada apa Lia..?” tanyaku sambil
tersenyum sambil terus
menyetubuhi Noni. Nonipun sudah kembali
terangsang dan tidak
memperdulikan kehadiran Lia. Dia
tetap mengerang tertahan
sehingga menambah suasana
mesum di ruangan itu. “Ini Pak.. Saya perlu tanda
tangan Bapak” jawab Lia sambil
merengut cemburu. Tampak dia memang sengaja
ingin melihat aku mengerjai Noni,
sehingga bekerja lembur. “Maaf.. Pak kalau
mengganggu..” katanya masih
dengan nada cemburu. Aku ambil surat dari tangannya
dan langsung aku tandatangani
sambil terus menggenjot Noni. “Nih.. Udah jangan ganggu saya
lagi.. Kamu nggak liat saya
sedang sibuk?” kataku dengan
suara agak marah.
“Kamu liat khan saya sedang
beri training si Noni ini supaya pintar..” kataku sambil menarik
rambut Noni sehingga wajahnya
menghadap ke Lia.
“Udah pergi sana.. Nanti kalau
giliranmu ditraining saya akan
panggil OK” kataku sambil tersenyum padanya. Tampak wajah Lia memerah
menahan nafsu melihat adegan
persetubuhanku dengan Noni. “Baik Pak..” jawabnya sambil
keluar ruangan. Tetapi setelah keluar ruangan
dia tampak mengintip dari balik
vertical blind jendela ruanganku.
Ha.. Ha mungkin dia penasaran
dan bernafsu sekali melihatku
mengerjai Noni. Sementara itu aku balikkan tubuh Noni di sofa
dan langsung aku genjot lagi
dari depan. “Aahh.. Pak.. Ampun Pak.. Noni
hampir sampai lagi..” erangnya. Aku cium dia saat dia mencapai
orgasmenya yang kedua.
Sementara itu akupun sudah
merasa akan mencapai puncak.
Kucabut kemaluanku dari vagina
Noni, dan aku suruh dia kulum dan isap lagi. Aku lirik ke
vertical blind dan ternyata
masih ada bayangan Lia di sana.
Aku ingin dia melihat aku
ejakulasi di mulut dan wajah
Noni resepsionis yang cantik ini. “Ayo isap terus Noni.. Kamu luar
biasa.. Pintar sekali..” kataku
memuji kerja kerasnya. Aku melihat ke vertical blind
sambil tersenyum, tak lupa
menyibakkan rambut Noni
sehingga Lia dapat melihat
dengan jelas saat aku ejakulasi
nanti. “Ahh.. Ohh.. Ohh.. You little
slut..” erangku saat cairan
ejakulasiku keluar membasahi
wajah dan mulut Noni.
“Ayo bersihkan.. Isap sampai
bersih..” perintahku. Nonipun terpaksa menjilati bekas
cairan sperma dari kemaluanku.
Setelah bersih, kamipun masing-
masing mengenakan pakaian
kami kembali, dan Noni
mengambil tisu untuk menyeka bekas sperma dari wajahnya. “Maaf Pak.. Terus bagaimana
dengan nasib saya..” tanyanya
memelas.
“Yach.. Kamu bisa terus bekerja
di sini asalkan kamu mau
memuaskan saya seperti tadi.. OK?” jawabku.
“Baik Pak.. Terimakasih Pak..” Ha.. Ha.. Memang enak menjadi
bos besar.. Sudah habis-habisan
menggenjot gadis muda, masih
diberi ucapan terimakasih lagi.. “Ya sudah kamu bisa pulang
sekarang” kataku sambil
mengemasi barang-barangku
juga. Kamipun keluar dari ruanganku,
dan aku lihat meja Lia sudah
kosong mungkin sudah pulang
tidak tahan melihat adegan live-
show aku dan Noni. Sampai di
lobby aku bertemu dengan pacar Noni yang ternyata sudah
menunggunya untuk mengantar
pulang. “Selamat sore Pak” sapanya
penuh hormat.
“Ini Budiman Pak.. Pacar saya”
Noni mengenalkanku pada
pacarnya.
“Dan ini Pak Robert.. Direktur perusahaan ini”
“Oh ya.. Sori ya lama nunggu
tadi?” tanyaku sambil
tersenyum. Noni tampak
menunduk malu.
“Nggak apa kok Pak” kata Budiman.
“Yach tadi saya harus
memberikan sedikit training
pada Noni untuk meningkatkan
produktivitasnya di perusahaan
ini” kataku menjelaskan. “Ternyata dia pintar.. Kamu
beruntung lho punya pacar
cantik dan pintar seperti dia”
kataku.
“Oh iya Pak terimakasih Pak..”
Budiman berkata senang dan penuh hormat. Ha.. Ha.. Aku tertawa dalam hati..
Noni terdiam saja tersipu
mendengar pujianku di depan
pacarnya tersayang itu. Akupun
menaiki lift untuk menuju
gedung parkir. Setelah itu aku langsung tancap gas Mercy
silver metalikku untuk segera
sampai di rumah untuk tidur
karena badanku sudah pegal-
pegal habis menyetubuhi Noni
tadi. Kusetel lagu Al Jarreau, sambil berdesah puas. Sukses
rencanaku hari ini. Noni sudah
takluk di tanganku. Sekeluar dari komplek gedung
perkantoranku, tiba di lampu
merah, aku melihat Budiman
sedang menggonceng Noni
dengan motor bututnya. Noni
melihat ke arahku sambil tersenyum malu. Akupun
tersenyum padanya sambil
berharap semoga aku tidak
cepat bosan menikmati
tubuhnya, sehingga dia tak
perlu aku pecat untuk aku ganti dengan yang baru.


Tamat

[ back ][ home ]

Watch TV on Computer

Web Site Hit Counter