watch sexy videos at nza-vids!
mp3 site collection.. Visit now !!

Sahabatku

Nama saya Kartika, usia 25
tahun dengan tinggi 168 cm,
berat 53 kg, asli orang
Bandung, kulit putih bersih.
Ukuran payudara saya yang 34C
termasuk lumayan besar untuk gadis seusia saya. Pekerjaan
saya adalah sebagai manager
operasional di sebuah
perusahaan terkenal di daerah
saya. Saya ingin mengeluarkan
gelisah hati yang saya pendam selama ini, mudah-mudahan saya
bisa berbagi dengan pembaca
sekalian. Saya di kantor mempunyai
sahabat yang namanya Levana,
sering saya panggil Ana.
Orangya supel, dan mudah
bergaul, tingginya 172 cm/53 kg,
dengan kulit putih mulus, maklum orang Menado asli, 34B
ukuran payudaranya. Saya
mempunyai kelainan ini sejak
masih gadis pada saat tinggal
bersama kakak saya, Mbak Erni
namanya. Kapan-kapan saya ceritakan
sejarah lesbian saya, tapi saya
juga suka cowok lho sama
seperti gadis-gadis lain. Hanya
saja hampir tujuh puluh persen
saya menyenangi cewek, saya tidak mengerti mengapa saya
begini, mungkin suatu saat saya
bisa sembuh total ya?! Saya
sering jalan bersama Ana kalau
ada undangan karena saya
belum ada pasangan, banyak sih cowok yang naksir, cuma saya
masih enggan saja untuk
berpacaran. Saya ingat betul
awalnya yaitu pada saat bulan
Agustus 2004, sehabis pulang
kantor. ***** “Ka, sini sebentar” panggil Ana
pada saya sambil mendekatkan
Mercynya.
“Ada apa Na?” tanya saya
heran pada Ana.
“Boleh nggak minta tolong?” “Tolong apa?”
“Itu lho, rumah saya khan
sedang direnovasi..”
“Terus?”
“Mmh, boleh numpang nginep
nggak di rumahmu?” tanya Ana ragu-ragu.
“Alaa, gitu saja nanya, boleh
dong, sekarang?”
“Iya, boleh khan?” tanya Ana
sekali lagi meyakinkan dirinya
sendiri. “Udah, nggak usah banyak
omong, ayo jalan” perintah
saya sambil tersenyum.
“Okey, trim’s ya” Maka setelah Ana mengambil
baju sekedarnya, kami berdua
meluncur ke rumah saya yang
memang agak jauh dari kantor.
Rumah saya mempunyai empat
kamar, satu kamar untuk tamu dan kamar saya di tengah, saya
tinggal sendiri karena orang tua
saya tinggal di Surabaya. “Na, ini kamarmu ya” kata
saya sambil menunjukkan sebuah
kamar padanya di ujung depan.
“Trim’s ya” jawabnya sambil
masuk melihat-lihat kamar.
“Kutinggal dulu” “Ya..” jawabnya sambil lalu. Saya kemudian menuju kamar
untuk mandi dan berganti baju,
soalnya gerah sejak tadi.
Sedang asyik-asyiknya saya
memilih BH, tiba-tiba Ana masuk
ke kamar. “Eh.. Maaf ka, lagi pake baju
ya?” katanya kaget melihatku
masih memakai celana dalam
berwarna merah dan belum
mengenakan BH sama sekali.
“Oh Ana, masuk Na, nggak apa- apa kok” jawab saya sambil
tersenyum melihatnya yang
masih memandangi payudara
saya yang termasuk besar dan
montok.
“Wah, badanmu seksi juga ya?” ujarnya.
“Tentu saja, habis saya rajin
senam sich”
“Oh ya, ada film bagus nich,
nonton yuk” ajak Ana sambil
menggandeng saya untuk menonton TV di ruang tengah.
“Bentar Na, kuganti baju dulu
ya” jawabku sambil memakai BH
dan kaos longgar serta celana
pendek.
“Kutunggu ya..” “Ya”. Kemudian Levana sudah
duduk di depan TV sambil makan
camilan, sedang saya masih
sibuk membereskan baju yang
berserakan. Malam itu Ana mengenakan
daster kuning hingga kelihatan
kulit lengannya yang putih
mulus, kadang-kadang karena
duduk kami yang mepet, Ana
dengan tak sengaja menyenggol payudara saya hingga perasaan
saya jadi bertambah aneh.
Mungkin karena acara TV yang
membosankan, saya jadi tak
tertarik lagi, saya lebih tertarik
memperhatikan Ana saja. Ternyata Ana yang memakai
daster itu, sudah tidak memakai
BH lagi hingga tonjolan
payudaranya kelihatan mencuat
ke atas, mungkin karena kami
sama-sama perempuan, jadi Ana tidak malu-malu lagi, bahkan
kadang-kadang kakinya
dinaikkan ke meja hingga
bawahan dasternya jadi
tersingkap dan memperlihatkan
celana dalamnya yang berwarna putih. Perasaan saya jadi lain hingga
saya memutuskan untuk ke
kamar dan berganti baju
dengan daster tanpa memakai
BH dan celana dalam juga,
supaya bertambah nyaman kalau berdekatan dengan
Levana. Sungguh Levana itu
gadis yang cantik seperti artis
mandarin. Saya kembali ke
ruang tamu dan membawa
kaset DVD untuk saya tonton bersama Ana, siapa tahu saja
Levana tertarik dengan filmnya
dan ingin mmh.. “Na, ganti ama DVD ya?”
“Film apaan tuch?”
“Ini, film romantis dari Jepang,
pengin liat nggak?”
“Ya, bolehlah, abis acaranya
nggak ada yang menarik sich” “Okey, duduk dekat sini” pinta
saya pada Ana untuk duduk di
sofa agar nyaman menonton film
itu. Sebetulnya sich, itu film triple X
dari jepang mengenai seorang
gadis yang mencintai guru
wanitanya lalu mereka
bersetubuh dan bercinta dengan
gaya yang romantis dengan berbagai macam gaya. Volume
TV dan AC saya perbesar hingga
Ana mendekat dan mepet
dengan saya. Untung rumah
sudah sepi karena pembantu
sudah pulang semua dan lagi rumah saya besar, jadi volume
suara TV yang besar itu tidak
kedengaran lagi dari luar. “Film BF ya?” tanya Ana tanpa
menoleh pada saya.
“Tapi bagus lho, untuk
pelajaran sex”
“Bagus, sich bagus, tapi saya
jadi pengin nich” gumam Ana tak jelas karena napasnya yang
makin berat dan diselingi suara
orang bercinta dari TV yang
makin kencang.
“Gimana kalau kupegang
payudaramu” usulku. “Hush, ngaco kamu Tika, kita ini
sama-sama cewek tau”
jawabnya sambil monyong,
namun itu justru menambah
gairah saya semakin tinggi.
“Daripada kamu megang sendiri, hayoo” jawab saya tak mau
kalah sambil meraba
payudaranya.
“Jangan, Tika.. Jangan..”
teriaknya keras karena kaget
payudaranya saya pegang. Namun teriakannya tak
membuat saya jera, bahkan
telinganya yang sensitif saya
cium dengan lembut.
“Kurang ajar kamu, sst..”
tolaknya lemah dengan mendesis.
“Mmh..” Pergumulan saya dengan Ana
berlangsung seru, hingga
beberapa menit Levana masih
memberontak, tetapi karena
gairahnya sudah naik dan
ditambah lagi dengan ciuman dan remasan saya pada daerah
sensitifnya, akhirnya Ana
menyerah juga. Bahkan dengan
sigap membalas mencium bibir
saya dengan ganas sambil
meraba vagina saya yang sudah mulai basah sejak tadi. “Sst.. Mmh.. Tunggu..” potong
saya menghentikan ciuman dan
serangannya Ana.
“Hahh, ada apa Ka?”
“Buka dastermu..” pinta saya
untuknya agar membuka daster, sementara saya juga telah
membuka dasterku sendiri
hingga bugil.
“Wah, susumu besar juga ya?”
kata Levana kagum melihat
payudara saya yang sudah tegak, sambil juga melepaskan
dasternya, bahkan celana
dalamnya pun ikut dilepaskan
juga hingga kami menjadi sama-
sama bugil. Dan kami pun kembali saling
berciuman di sofa tanpa
mempedulikan film jepang itu.
Saya mengambil inisiatif untuk
memulai mencium payudaranya. “Sst.. Sst..”
“Mmh.. gantian..” rintih Ana
karena tidak dapat menahan
ciuman dan jilatan lidah saya
pada payudaranya. Maka saya pun berganti posisi
dengan Ana yang menjilat
payudara saya dengan
semangat hingga vagina saya
juga ikut dibelai, bahkan jari-
jarinya yang lentik keluar masuk ke dalam lubang vagina saya
dengan cepat hingga saya
mengalami orgasme yang
pertama. “Mmh.. Enak.. Na, cepetan..
Sst..” rintih saya karena tak
tahan lagi dengan permainan
Ana yang begitu hebat, bahkan
Ana sekarang menjilat vagina
saya dengan liar hingga beberapa menit, saya semakin
mendorong vagina saya ke arah
mulutnya yang sedang
menghisap bagian dalam.
“Sstss.. pinggirnya.. ssts.. Ya..
yang i.. tu..” rintih saya terpatah-patah. Tiba-tiba Levana menghentikan
permainannya.. “Ada apa Na?”
“Kita coba yang seperti di film,
mau khan?” usulnya.
“Boleh saja..” jawab saya
senang karena memang senang
dengan gaya enam sembilan. Gaya enam sembilan itu
maksudnya saya yang berada di
posisi atas menghadap Levana
yang berada di posisi bawah
dengan saling menjilat vagina
masing-masing, bahkan saking enaknya hingga kepala saya
terjepit oleh Levana yang
rupanya juga telah mengalami
orgasme yang pertama. Kami
melakukan pergumulan itu di
sofa hingga dua jam dan rupanya Levana pun puas atas
permainan itu. “Hahh, lega rasanya..”
“Gimana, enak nggak?”
“Enak juga ya”
“Mau lagi nggak?”
“Mau dong kalau caranya gitu”
jawab Ana manja sambil mencium bibir saya gemas. Malam itu saya dan Levana
menghabiskan permainan yang
seru itu di kamar, bahkan Ana
tak henti-hentinya meremas
payudara saya dengan gemas,
kadang-kadang saya puaskan Levana dengan alat kelamin pria
plastik, tentu saja alatnya yang
bisa bergetar hingga itu
menambah nikmat percintaan
saya dengan Ana. Beberapa
ronde kami lalui hingga pagi, juga di kamar mandi. ***** Keesokannya, seperti biasa saya
sudah bersiap ke kantor dengan
Levana. “Ayo Na, udah siap belum?”
“Udah boss, ayo” gandeng Ana
mesra sambil mencium bibir saya
lembut.
“Hush, nanti dilihat orang lho”
“Iya ya..” Maka sejak itu, saya dan
Levana sering bercinta di
rumahnya atau rumah saya,
bahkan pernah beberapa kali
kami bercinta di dalam mobil.
Pada saat hari libur, Levana mengajak saya dan beberapa
temannya ikut berdarmawisata
ke pulau Bali dan Lombok. Salah
satu di antaranya bernama
Fifiani yang orang Malang. “Tika, kamu ikut tour besok
nggak?” tanya Levana.
“Tentu dong, yang ke Bali dan
Lombok khan?” jawabku.
“Iya dong, eh.. kenalin nich,
teman saya” ujar Levana memperkenalkan temannya.
“Fifiani” katanya
memperkenalkan diri.
“Kartika Sari” jawab saya
sambil menjabat tangannya yang
kuning langsat itu. “Ayo Na, sampai besok ya”
jawab Levana menggandeng
Fifiani. Hari yang ditunggu-tunggu
akhirnya tiba, saya dengan
beberapa teman kantor jadi
berwisata ke pulau Bali dan
Lombok, juga ada Fifiani dan
Levana. Dari obrolan kami, saya ketahui bahwa Fifiani itu
umurnya baru 23 tahun, 172
cm/53 cm, dengan payudara
34C, orangnya cukup ramah dan
sopan. Levana pernah bercerita
pada saya bahwa Fifiani adalah seorang lesbian sejati, sudah
pernah beberapa kali pacaran,
namun kandas di jalan hingga
hatinya hancur lebur. “Ana, sini bentar Na” panggil
saya pada Ana.
“Ada apa Tik”
“Tukeran duduk ya, Fifiani di
sini dan tas ini di tempatmu,
gimana?” usulku. “Enak saja, kapan lagi
kesempatan gini datang”
“Please dong, khan kamu udah
lama kenal ama Fifiani”
“Iya dech, cuman aku boleh liat
dong di sebelah..” canda Ana sambil mencolek payudara saya
dengan gemas. Akhirnya dalam bis itu, saya
yang mulanya duduk di belakang
dengan tas besar entah siapa
yang punya, dapat kesempatan
duduk dengan Fifiani yang
cantik. Levana tak ketinggalan duduk di sebelah dengan tas
besar yang sudah saya
pindahkan. Fifiani dalam
perjalanan itu memakai rok jins
hitam dengan kaos merah
mudanya, sungguh serasi dengan bentuk tubuhnya yang
proporsional. Rupanya Fifiani atau yang biasa
saya panggil dengan Fifi senang
curhat dengan saya, bahkan
beberapa kali matanya
mengarah pada payudara dan
bawah rok jins biru saya yang agak naik ke atas, mungkin
celana dalam saya yang
berwarna putih polos kelihatan,
tapi saya cuek saja. Bahkan
saya sengaja beberapa kali
menyingkap rok saya hingga paha saya yang putih kelihatan
dengan jelas hingga Fifi salah
tingkah memperhatikan rok
saya. Malam itu kami sudah melewati
kota Probolinggo, saya lihat
teman-teman sudah pada tidur
karena kelelahan, sementara
Levana memperhatikan saya
sambil mengedipkan matanya beberapa kali. Di bis wisata itu
yang duduk di belakang cuma
saya, Levana, seorang teman
lain dan beberapa barang
bawaan yang menumpuk,
sementara yang lain duduk di depan, tentu saja ada yang
berpasangan. Sementara itu Fifi rupanya
sudah tertidur pulas dengan
kepalanya bersandar pada bahu
kanan saya hingga perasaan
saya jadi tak enak karena
napasnya yang harum dan lembut tercium oleh saya, di
samping itu posisi duduknya
yang sungguh membuat dada
saya berdebar-debar karena
kakinya menopang pada paha
saya. Dengan perlahan saya menyelimutinya hingga kami
berdua tertutup oleh selimut
hingga cuma tinggal kepala saja
yang kelihatan. Tangan kanan
Fifi saya pegang dan saya di
tempatkan payudara saya. tiba- tiba Fifi membuka matanya dan
menatap saya tajam. “Eh.. Eh.. Fi.. Belum tidur ya?”
tanya saya tergagap-gagap
karena kaget melihatnya
bangun tiba-tiba.
“Iya Mbak, belum ngantuk nich”
jawabnya tersenyum ramah dan tidak melepaskan tangannya
dari payudara saya, padahal
saya sudah horny.
“Jangan panggil Mbak dong,
panggil Tika saja ya”
“Iya dech, Tika udah punya pacar belum?” tanyanya.
“Belum, emangnya kenapa?”
“Masak, cewek secantik kamu
belum punya pacar!”
“Emang belum, kamu sendiri?”
“Udah pernah sich, cuma sering putus, lebih suka sahabatan
ama cewek”
“Oh gitu ya..”
“Ka, boleh nggak Fifi peluk?”
pintanya.
“Boleh saja, terserah Fifi dech” gumam saya pelan karena Fifi
dengan pelan meremas
payudara saya dengan gemas,
bahkan sudah masuk dalam BH
saya dan meremasnya dengan
lembut. “Sstss.. Fi..” desisku.
“Gimana Ka?” tanya Fifi yang
berusaha membuka BH saya.
“Enak Fi.. Sstss.. Saya boleh..”
belum sempat Fifi menjawab,
tangan saya sudah masuk ke dalam roknya dan membelai
vaginanya yang masih memakai
celana dalam.
“Sst.. Ka.. Ayo dong..” ajak Fifi
menuntun tangan saya untuk
masuk lebih dalam dan menyentuh vaginanya. Akhirnya saya dan Fifi saling
meremas payudara dan
menyentuh vagina hingga Fifi
duluan orgasme karena tak
tahan dengan jari-jari saya
yang keluar masuk vaginanya dengan cepat. Levana yang dari
tadi memperhatikan saya, juga
ikut-ikutan merogoh
payudaranya sendiri. Belum
sempat saya orgasme, bis itu
sampai Denpasar, dan kami memesan kamar masing-masing
untuk esok paginya kami
lanjutkan dengan pesiar keliling
pulau Bali. “Gimana nich Fi, saya khan
belum..”
“Tenang saja Ka, gimana kalau
kita tidur berdua?” jawab Fifi
santai karena tahu bahwa saya
belum puas. “Iya dech”
“Saya boleh ikut nggak, boleh
ya..” rengek Levana tiba-tiba
mendekati kami.
“Boleh saja, gimana Fi, Ana
boleh ikut nggak!?” tanya saya pada Fifi.
“Okey, pasti tambah asyik ya”
jawabnya sambil mengedipkan
mata pada saya. Jadilah saya memesan kamar
bertiga dan setelah kami diberi
pengarahan dari pemandu
wisata agar bangun jam 08.00,
maka saya langsung masuk
kamar. Setibanya di kamar dan menaruh tas, saya peluk Fifi dan
menghimpitnya ke tembok
hingga payudara saya yang
montok menempel ketat pada
payudaranya. “Udah nggak sabar nich yee..”
goda Ana sambil memeluk saya
juga dari belakang dan langsung
mencium leher saya dengan
ganas.
“Fi.. Kamu..” “Udah ka, ayo kita terusin
yang tadi” jawab Fifi sambil
melumat bibir saya dengan
ganas.
“Mmh..” Fifi yang mencium saya dengan
ganas itu juga tak kalah
gesitnya mencoba kembali
membuka BH saya yang
akhirnya terlepas juga ke
bawah, tangannya dengan terampil kembali meremas-remas
payudara saya, di samping itu
Ana berusaha melepas rok jins
dan celana dalam saya hingga
saya yang pertama-tama bugil
duluan. Entah siapa yang memulai duluan, tahu-tahu saya
sudah berada di tempat tidur
dengan payudara saya yang
dijilati Fifi dengan lincah, bahkan
Ana pun juga sudah bugil dan
sekarang sedang menjilati vagina saya dengan lahap. “Sst.. Uuh.. Mmh..” rintih saya
keras karena tak tahan
diperlakukan oleh dua orang
wanita cantik yang menjilati
bagian sensitif saya. Beberapa menit kemudian saya
pun tak tahan dan mengalami
orgasme yang pertama. Fifi juga
minta ganti posisi di bawah
untuk kami kerjai yang saya
bagi tugas dengan Ana, saya bagian menjilat vaginanya dan
Ana bagian payudara dan
bibirnya. Beberapa menit
permainan itu kami lanjutkan
dengan cara saling berganti
posisi. “Ka.. Sstss.. Geli.. Ahh.. Ssts”
“Ssts.. Mmh.. Jilat yang itu..
Ya..” rintih Fifi yang sedang
berjongkok karena vaginanya
dijilat oleh Ana.
“Sstss.. Go.. Yang.. Na.. Sstss..” desis saya meminta Ana yang
vaginanya sedang saya gesek-
gesekkan dengan vagina saya
untuk menggoyang pinggulnya
lebih keras. Permainan demi permainan kami
lewati hingga akhirnya saya
meminta Fifi memasang penis
plastik yang bisa bergetar itu
pada vaginanya. Bentuknya
seperti celana dalam yang di tengahnya ada penis plastik. “Sstss.. Pelan.. Fi.. Argh..” jerit
saya karena Fifi memasukkan
penis buatan itu terlalu cepat
pada vagina saya.
“Mmh.. Gimana Ka, enak..?”
“Ssts.. Ya, ayo..” perintah saya setelah Fifi memasukkan penis
plastik itu dan mendorongnya
keluar masuk hingga saya
merasa nikmat dan menjepit
penis plastik itu dengan keras
hingga dinding vagina saya berdenyut-denyut.
“Sstt.. Ayo.. Fi.. Lebih cepat
lagi..” pintaku.
“Sstss.. Mmh.. Sstss.. Argkk..”
jerit saya melengking karena
cepatnya Fifi memasukkan penis plastik itu hingga saya orgasme
berulang-ulang yang ditambah
lagi rangsangan pada payudara
saya yang dijilat dan dikulum
oleh Levana sambil tangannya
tak henti-hentinya juga meremas payudara Fifi. Vagina
saya mengeluarkan lendir
berwarna putih, sungguh
banyak sekali.
“Lega rasanya, nikmat juga
pake penis buatan..” “Enak nggak rasanya Ka?”
tanya Levana pada saya dengan
mimik heran.
“Lho, kamu belum pernah toh
An?” tanyaku.
“Belum tuch, biasanya sich cuma ama cewek saja”
“Nikmat kok rasanya, saya
sering pake kalau lagi nggak
ada pasangan” jawab Fifi sambil
membersihkan penis plastik itu
untuk kami gunakan lagi. “Gimana An, kamu coba dech,
sini biar kucobain buat kamu..”
bujukku pada Levana yang
kelihatan masih ingin mencoba
penis buatan ini selain gaya
enam sembilan favorit Levana dan saya. Malam itu kami bertiga
menguras habis energi untuk
bercinta hingga ke kamar mandi,
bahkan dengan senangnya saya
bisa memandikan Fifi yang paling
muda di antara kami bertiga. “Pelan-pelan ya masukinnya”
pinta Levana cemas.
“Tenang saja, nggak sakit kok”
kata saya meyakinkan Levana
yang melihat saya sudah
memasang kan celana dalam berpenis itu di kemaluan saya. Permukaan penis plastik itu ada
bintik-bintiknya yang tidak
beraturan dan saya juga tidak
begitu mengerti apa
manfaatnya, mungkin saja untuk
menambah rasa nikmat jika bersentuhan dengan dinding
vagina. “Sst.. Mmh.. Sstss.. Aduh..” jerit
Ana pelan karena penis itu
terpeleset keluar bibir
vaginanya. Akhirnya seluruh penis plastik
itu masuk ke dalam vagina Ana
yang masih sempit itu, mungkin
Levana masih perawan karena
beberapa saat kemudian sedikit
keluar darah. Memang selama saya bersahabat dengan
Levana, Ana jarang bergaul
dengan teman pria, kebanyakan
teman wanita seperti saya dan
yang lainnya. Sedangkan Fifi
pergaulannya luas termasuk dengan pria hingga vagina Fifi
sudah agak melebar
dibandingkan dengan vagina
saya dan Levana. “Na, kamu masih perawan ya?”
tanya saya serius pada Levana.
“Eh.. Iya.. Berarti kamu yang
pertama melakukannya,
Sayang” jawabnya mesra sambil
mencium saya dengan lembut. “Mmh..” Saya berusaha maju mundur
mengikuti aksi seperti yang di
film BF, para pria
memajumundurkan penisnya ke
dalam vagina si wanita. Sambil
memasukkan penis buatan, saya meremas-remas payudara Ana. “Sstss.. Ter.. Us.. Sstss..”
“Sst.. Fi.. Ayo..” ajak Ana sambil
mengajak Fifi untuk berciuman
dengan saya.
“Sstss.. Sstss.. Mmh..” Sambil berciuman dengan Fifi,
saya memasukkan penis plastik
itu keluar masuk dengan irama
yang teratur hingga pantat
Levana bergoyang pelan.
Rupanya Ana menikmati permainan penis plastik itu
hingga meminta saya agar cepat
menaikkan tempo keluar
masuknya penis plastik itu dalam
vaginanya. “Ayo fi, isap puting saya”
“Iya, Ka..”
“Sstss.. Mmh..” rintih saya agak
keras karena Fifi bukan saja
mengisap puting saya, bahkan
menggigit puting saya dengan gemas hingga saya merasa
nikmat dan mendorong penis
plastik itu semakin cepat saja.
“Sstss.. Sstss.. Sstss.. Bagi.. An..
Sstss.. Itu..” desis Ana
mengarahkan saya untuk menyodokkan penis itu pada
bagian lubang vaginanya. Permainan dengan Ana
membutuhkan waktu yang lama
karena ia menahan irama
birahinya hingga pinggul saya
pegal-pegal, kemudian setelah
saya lelah, saya menyuruh Fifi untuk ganti menindih Levana
dengan penis plastik itu. “Fi, gantian ya, saya capek
nich”
“Ya, ayo sini” jawab Fifi sambil
memasang penis itu dan
langsung memasukkannya dalam
vagina Levana dan mereka pun bermain dengan bernafsu hingga
Fifi melahap bibir Ana dengan
ganas. Saya pun menyelipkan tangan di
antara payudara mereka dan
meremas-remasnya supaya Ana
cepat orgasme. Dan akhirnya
Levana melepaskan ciuman Fifi
dan memintanya agar lebih cepat. “Sstss.. Sstss.. Sstss.. Ayo.. Fi..
Cepetan..”
“Saya.. Sstss.. Mau.. Keluar..
Sstss..” rintih Levana hingga Fifi
semakin mendorong dengan
cepat penis plastik itu hingga Ana bergerak-gerak liar dan
menjepit Fifi dengan kuat.
“Sstss.. Arghh..” jerit Levana
melengking karena cairan
putihnya akhirnya keluar juga
untuk terakhir kalinya. ***** Pada jam empat pagi baru kami
tidur bersama, tentu saja
dengan keadaan bugil dan
kepuasan yang tiada tara. Dan
kembali tour kami lanjutkan
untuk wisata ke pantai Sanur dan pantai Kuta. Terima kasih pada Bapak
Hartono atas tournya, juga
sahabatku Fifi dan Levana atas
pengalamannya bersama saya,
kasih komentar ya atas cerita
saya ini, kalau ada yang kurang, konfirmasikan saja ke email
saya. Pembaca cowok dan cewek bisa
curhat atau kenalan pada saya
melalui email saya atau
memberikan tanggapannya
mengenai kelainan saya ini,
asalkan disertai foto, terutama bagi cewek-cewek baik yang
seksi maupun tidak seksi hi.. hi..
hi.., pasti kubalas dengan foto
bugil saya, eh maksud saya foto
seksi saya dan kalau ada yang
mengajak jalan bersama, saya ingin ikut dong. Jika tanpa foto, maaf saja, saya
tidak bisa membalas surat Anda.
Dan buat sohib saya Fifi, Vita,
Samantha, Aulia, Febri, dan
Levana, salam sayang selalu dan
kangen, jangan lupa ya baca cerita saya ini dan kapan nih
kita mandi bareng lagi, pasti
asyik deh. Sekarang saya lagi
fitness untuk mengencangkan
payudara lho


Tamat

[ back ][ home ]

Watch TV on Computer

Web Site Hit Counter