watch sexy videos at nza-vids!
100% Free hot video 3gp

Hutang Uang Dibayar Istri

Aku sebenarnya tidak tega
menagih utang pada kawanku
yang satu ini. Namun, karena
keadaanku juga sangat
mendesak, aku memberanikan
diri dengan harapan temanku bisa membayar; minimal
separuhnya dulu. Sayang sekali,
Darta, kawanku yang baru
menikah enam bulan yang lalu
ini, tak bisa membayar barang
sedikit pun. Memang aku mengerti keadaannya. Ia
menikah pun karena desakan
orang tua Mila, yang kini jadi
istrinya. Darta sendiri, sampai
saat ini belum punya pekerjaan. Karena hari sudah larut, aku
tahu diri, segera permisi pada
Darta. “Gua jadi enggak enak nih..”
“Sudahlah Ta. Gua gak apa-apa
koq. Gua cuma nyoba aja,
barangkali ada,” aku
menukasnya, takut membuatnya
jadi beban pikiran. “Ma, gua mau bisikin sesuatu..’
tiba-tiba Darta mendekatkan
mulutnya ke arah telingaku. Dan
aku benar-benar terkejut,
ketika Darta menawarkan
istrinya untuk kutiduri. “Gila lu.. Sialan..” ucapku.
“Sstt.. Jangan berisik. Gua juga
kan ingin balas budi sama elu.
Soalnya eu udah banyak
berbuat baik sama gua. Gak ada
salahnya kan, kalau kita saling berbagi kesenangan..” begitulah
ucap Darta dengan serius. Memang diam-diam sudah sejak
lama aku selalu memperhatikan
Mila. Bahkan aku pun memuji
Darta, bisa mendapatkan gadis
secantik Mila. Selain posturnya
yang tinggi, Mila memiliki kulitnya yang putih dan mulus. Tubuhnya
menggairahkan. Memang selalu
terbungkus rapat, dengan baju
yang longgar. Namun aku dapat
membayangkan, betapa
kenyalnya tubuh Mila. Baru melihat wajah dan jemari
tangannya pun, aku memang
suka langsung berpantasi;
membayangkan Mila jika berada
di hadapanku tanpa busana. Lalu
Mila kugumuli dengan sesuka hati. Namun untuk berbuat
macam-macam, rasanya kubuang
jauh-jauh. Karena aku sangat
tahu, Mila itu orang baik-baik,
dan keturunan orang baik-baik
pula. Lihat saja penampilannya, yang selalu terbungkus sopan
dan rapi. “Lu serius, Ta? Bagaimana
dengan Mila? Apa dia mau?”
aku pun akhirnya mulai terbuka.
“Kita pasang strategi, donk!
Kalau secara langsung, jelas istri
gua kagak bakalan mau,” jawabnya.
“Gimana caranya?” aku
penasaran. Darta kembali membisikan lagi
rencana gilanya. Aku memang
sangat menginginkan hal itu
terjadi. Sudah kubayangkan,
betapa nikmatnya bersetubuh
dengan perempuan aduhai seperti Mila. “Mila..! Mila..! Milaa..!” Darta
memanggil istrinya. Dan tanpa selang waktu lama,
Mila ke luar dari dalam
kamarnya dengan dandanan
yang tetap rapat. “Ada apa, Bang?” tanya Mila.
“Tolong belikan rokok ke
warung..!” kata Darta sambil
merogoh uang ribuan ke dalam
sakunya.
“Baik, Bang,” Mila menerima uang itu, lalu ke luar. Darta segera menyuruhku
masuk ke dalam kamarnya,
seraya masuk ke kolong
ranjang. Aku mau saja,
berbaring di tembok dingin, di
bawah ranjang. Lalu Darta ke luar lagi. Pintu kamar, tampak
masih terbuka. Tidak lama kemudian, terdengar
suara Mila yang datang. Mereka
bercakap-cakap di ruang tamu.
Dan Darta mengatakan kalau
aku sudah pulang, karena ada
ditelepon sama bos-ku. Mila kedengarannya tidak banyak
tanya. Dia tak terlalu
mempedulikan kehadiranku.
Hingga suara pintu yang dikunci
pun, bisa terdengar dengan
jelas. Kulihat dua pasang kaki
memasuki kamar. Pintu ditutup.
Dikunci pula. Bahkan termasuk
lampu pun dimatikan, sehingga
mataku tak melihat apa-apa
lagi. Yang kudengar hanya suara ranjang yang berderit dan
suara kecupan bibir, entah siapa
yang mengecup. Lalu ada juga
yang terdengar suara seleting
celana, dan nafas Mila yang
mulai tak beraturan. Pluk, pluk, pluk.. Sepertinya pakaian
mereka mulai dilemparkan ke
lantai, satu persatu. “Emh.. Ah.. Uh.. Oh..” Jelas, itu
suara milik Mila.
“Euh.. He.. Euh..” nah kalau itu,
suara Darta. Tampaknya mereka sudah mulai
bercumbu dengam hebatnya.
Ranjang pun sampai bergoyang-
goyang begitu dahsyat. “Emh.. Akh.. Ayo Bang.. Aduuh
ss..” suara Mila membuat
nafasku bergerak lebih kencang
dari biasanya. Aku bisa merasakan, Mila sedang
ada dalam puncak nafsunya. Aku
sudah tidak tahan mendengar
suara dengusan nafas kedua
insan yang tengah memadu
berahi ini. Hingga aku mulai membuka celanaku, bajuku dan
celana dalamku. Aku sudah
telanjang bulat. Lalu aku
bergerak perlahan, ke luar dari
tempat persembunyian, kolong
tempat tidur. Meski keadaan sangat gelap,
namun aku masih bisa melihat
dua tubuh yang bergumul.
Terutama tubuh Mila, yang putih
mulus. Darta sudah memasukan
penisnya, dan sedang memompanya turun naik, diiringi
desahan nafas yang tersengal-
sengal. Konvensional. Mila
sepertinya lebih menikmati
berada di posisi bawah, sambil
kedua tangannya memeluk erat tubuh Darta, dan kakinya
menjepit pantat Darta. Aku
mulai tidak tahan. Tiba-tiba Darta semakin
mempercepat pompaannya.
Ranjang bergoyang lebih ganas
lagi. Dan suara erangan
tertahan Mila semakin menjadi-
jadi. “Emh, emh, emh, emh.. Ah.. Oh..”
Hanya itu yang keluar dari
mulut Mila, karena mulutnya
disumpal oleh mulut Darta. Dan
akhirnya.
“Agh.. Agh..!” suara Darta mengakhiri pendakian itu. Namun tampaknya Mila belum
selesai. Terbukti, kakinya masih
menyilang erat, mengunci paha
Darta, agar tak segera
mencabut penisnya. Tetapi apa
hendak dikata, Darta sudah lemas. Ia tergolek dengan nafas
yang lemah-lunglai. Kesempatan inilah, saatnya aku
harus masuk. Demikian yang
direncanakan Darta tadi. Maka
tanpa ragu lagi, aku segera
melompat ke atas ranjang.
Meraih tubuh Mila dan langsung menindihnya. Tentu saja Mila
terpekik kaget. “Siapa Kau..! Kurang ajar..!
Pergi..! Ke luar..! jangan..!
setaan..!” Mila berontak. Ia
sangat marah tampaknya.
“Mila, aku punya hutang pada
kawanku. Berilah ia sedikit kesempatan..” Darta yang
menjawab, sambil mengelus
rambutnya.
“Biadab..! Aku tidak mau..!
Lepaskan..! bangsat..!” Mila
mendorong tubuhku. Namun karena nafsuku sudah
memuncak, aku tak mungkin
menyerah. Kutekan lebih keras
tubuhnya, sambil tanganku
berusaha menuntun agar
penisku segera masuk. Mila tetap meronta. Mila berkali-kali
meludahi mukaku. Tetapi aku
diam-diam menikmatinya. Bahkan
ludahnya malah kusedot dari
bibirnya, dan kutelan. Meskipun liang vagina Mila sudah
licin, namun penisku tetap agak
seret untuk segera
menembusnya. Mila terpekik,
ketika aku menekan dan
memaksakannya sekaligus. Bles..! Akhirnya masuk juga. Kudiamkan
beberapa saat, karena aku ingin
mencumbu dulu bibirnya. Mila
tetap berontak, sampai
akhirnya kehabisan tenaga.
Akhirnya ia hanya diam. Kurasakan ada air mata yang
mengalr dari kedua kelopak
matanya. Tetapi aku semakin
bernafsu. Kuremas-remas payu
daranya yang ternyata memang
cukup besar dan begitu kenyal. Lalu aku mulai memompa
penisku. Mila terpekik kembali.
Kasihan juga, aku melihatnya.
Sehingga aku bergerak
perlahan-lahan, sampai akhirnya
vagina Mila bisa beradaptasi dengan penisku. Mila tidak
bereaksi. Ia diam saja. Namun
aku sangat menikmatinya. Walaupun Mila diam, tentunya
jauh lebih nikmat dari pada
melakukannya dengan patung.
Aku terus memompanya, sampai
napasku mulai ngos-ngosan.
Kucoba menyalurkan nafasku ke arah telinga Mila. Dan hasilnya
cukup bagus. Lama kelamaan, di
sela isakan tangisnya, diam-diam
kurasakan vaginanya diangkat,
seakan Mila ingin menerima
hunjaman penisku lebih dalam. Tentu saja aku semakin
bersemangat. Kupompa lebih
cepat lagi. Tiba-tiba isakan
tangisnya berhenti, diganti
dengan nafasnya yang kian
memburu. Dan yang lebih mengagetkan lagi, kakinya tiba-
tiba mengunci pantatku. Aku
tersenyum, sambil mencumbui
telinganya. “Kau menikmatinya, sayang?”
bisikku.
“Diam..!” dia membentakku.
Namun aku yakin, Mila hanya
tidak mau mengakui kekalahan
dirinya. Buktinya, ketika penisku kucabut, Mila menekan
pantatku. Tangannya pun
memeluk tubuhku, agar aku
merapatkannya kembali. Lalu ada suara erangan dari
bibirnya yang tertahan.
Bersamaan erangan itu, kedua
kakinya semakin erat menekan
pantatku. Dan vaginanya
ditekan pula ke atas. Aku pun sangat terangsang. Hingga
detik-detik akhir pun akan
segera tiba. Kupeluk erat pula
tubuh Mila. Kugenjot lebih cepat
dan lebih keras. Sampai akhirnya
tiba pada genjotan yang terakhir. Aku tekan sangat
kuat. Kugigit pelan lehernya. “Agh.. Agh.. Agh..” Maniku keluar
di dalam vaginanya. Begitupun
Mila.
“Akh.. Akh.. Akh.. Ss..” begitulah
yang keluar dari mulut Mila. Lalu kemudian Mila mendorong
tubuhku dan seakan menyesali
dan tak mau lagi bersentuhan
denganku.


Tamat

[ back ][ home ]


Ngintip Ayu Ting Ting

Web Site Hit Counter