watch sexy videos at nza-vids!
edit foto kamu menjadi poster

Iryanti

Namaku Rio, seorang dokter di
sebuah rumah sakit di Jakarta
Selatan, kisah yang akan
kuceritakan ini terjadi saat
aku
masih bertunangan dengan istriku sekarang ini, dan
terjadi berawal dari hal yang
sama
sekali tidak terduga sedikitpun
olehku. Bulan February 2001
lalu aku mengantarkan kawanku Rudy
ke
bengkel Toyota di jalan ***
(edited) Jakarta. Saat tiba di
bengkel, sudah banyak mobil
yang antri menunggu giliran. Rudy tersenyum kepadaku dan
bilang, “Sorry Yo.., kayaknya
loe musti nungguin lama juga
nih..”
Brengsek juga nih pikirku, biar
tidak bosan, aku pergi ke warnet di dekat situ,
persisnya
di sebelah Soto Kudus, persis
depan Danar Hadi. Aku masuk,
disambut oleh
seorang cewek yang ternyata adalah yang bertugas menjaga
warnet tersebut. Mulanya aku
tidak begitu
memperhatikannya,
berhubung hatiku lagi kesal
sekali sama ulah si Rudy tadi. Tapi ketika aku mulai meng-
klik
mouse dan sedang menunggu
connect-nya internet, baru
aku
perhatikan bahwa cewek penjaga ini punya wajah cukup
lumayan dan body yang oke
juga. Terus terang, saat itu
juga aku terpikat oleh
penampilannya, aku jatuh hati
pada “the way she look”. Aku sibuk berpikir dalam hati,
bagaimana cara aku
berkenalan
dengannya? Tapi mungkin
memang takdir cara itu datang
dengan sendirinya, cewek itu tidak lama kemudian membuka
juga internet dan dia duduk
persis di belakangku, jadi posisi
kami saling memunggungi satu
sama lain. Aku sempat menoleh
ke belakang, dan kulihat dia membuka situs “mIRC”.
“Kayaknya dia mau chatting
nih..,” pikirku.
Ternyata benar, dia mau
chatting, dan aku sempat
melihat kalau dia pake “nick” yanthie. Langsung saja aku
masuk ke “mIRC” juga, aku
call
dia, eeh dia nge-reply. Kami
berkenalan, dan selama
chatting itu dia sama sekali tidak sadar kalau Rio yang
sedang ngobrol dengannya
adalah cowok yang duduk
tepat
di belakangnya, hihihihi. Pas
sejam aku selesai, aku bayar, aku pancing obrolan
dengannya,
aku tahu sekarang namanya
“Yanti”, tepatnya “Iryanti”.
Tampangnya benar-benar
membuat aku bergairah. Aku lalu keluar, pergi ke
bengkel menemui si Rudy,
mobilnya sedang dikerjakan.
Aku
pergi ke telepon kartu di
bengkel itu, kutelepon penerangan “108″.
Kutanyakan nomer telepon
warnet itu,
setelah kudapat langsung
kutelepon, dan aku minta
bicara dengan Yanti. “Siapa nih..?”
suara Yanti di
seberang sana.
“Ini Rio, boleh saya kenal
kamu..?” jawabku.
“Boleh aja, tapi kamu dapat nomer ini darimana..?” tanya
Yanti lagi.
“Saya yang pernah main di
warnet kamu..,” jawabku.
Dan Oh My God..! Tahu tidak
Yanti bilang apa..? “Kamu yang tadi chatting di
belakang saya khan..?”
katanya.
Mati aku, dia sudah tahu
rupanya. Terlanjur malu aku
mengaku saja, kalau itu benar aku, dan aku terpesona oleh
penampilan dia, tapi aku malu
untuk menegur disana, jadi
aku
pakai cara ini saja. Yanti
tertawa, enak deh suaranya, kuberanikan saja
ingin
menjemput dia, mau atau
tidak.
Katanya dia sore ini tidak bisa,
karena cowoknya (yang akhirnya kuketahui namanya
Joe) menjemput dia.
“Gimana kalau besok lusa
aja..?” katanya.
“Oke aja..” kataku. Jadilah
lusanya aku tidak praktek, jam 17.00 tepat aku
sudah sampai di warnet Yanti.
Kami terus jalan deh. Di jalan,
dasar pikiran nakalku sudah di
ubun-ubun, aku tanya sudah
berapa lama Yanti pacaran sama
Joe, berapa kali pacaran,
terakhir aku juga mengaku
sudah punya cewek, terus aku
tanya mau tidak Yanti jadi
cewekku? Yanti kaget. “Jadi Yanti ngeduain Joe donk
Yo..?” tanyanya.
“Iya sama Rio juga ngeduain
cewek Rio..” jawabku
sekenanya.
“Nakal kamu Yo..” kata Yanti sambil mencubit lenganku.
“Naaah.., kena nih cewek..!”
pikirku. Kutangkap tangannya,
kupegang
kuat, kuhentikan mobilku di
depan sebuah bangunan sepi dekat Pasaraya Manggarai,
kutarik Yanti ke arahku,
kucium
bibirnya, Yanti mendorong
tubuhku.
“Hhhmmmhh malu-malu kucing nih..” pikirku.
Terus kutarik tubuhnya sambil
mengeluarkan kata-kata
gombalku. Lama kelamaan Yanti
tidak menolak lagi, dibalasnya
ciumanku, dijulurkannya lidahnya,
digigitnya bibirku, kusedot
lidahnya, nikmat sekali, urat
syarafku terangsang. Kuraba
pahanya, terus ke
selangkangannya, Yanti mendesah. “Jangan Rio..”
desahnya.
Aku berhenti, kuhidupkan
mesin
mobil, kuarahkan mobil ke
hotel ***(edited) di jalan ***(edited)
Jakarta Pusat, aku langsung
parkir. “Mau ngapain kita
kesini Yo..?”
tanya Yanti.
Aku tidak menjawab, kusuruh dia menunggu di mobil, aku
masuk ke dalam, aku check in
di
kamar 104. Setelah diantar ke
kamar,
kuhidupkan AC, lalu aku ke mobil.
“Yan, turun yuuk..!” kataku.
“Nggak tau ah, mau ngapain
sih
Rio..?” kata Yanti. Lagi-lagi
kukeluarkan jurus mautku, sampai akhirnya Yanti
mau juga ikut masuk ke
kamar.
Di dalam kamar kubuka celana
panjangku. Dengan hanya pakai
handuk aku ke kamar mandi, saat aku keluar kulihat Yanti
sedang nonton TV. “Film apa
sih Yan..?” tanyaku
sambil duduk di sebelahnya.
“Sinetron..,” jawab Yanti
pendek. Kupandangi wajahnya, Yanti
jengah juga dan bilang,
“Ngapain sih ngeliatin gitu
Yo..?”
“Kamu cantik..” rayuku.
“Rio pengen ciuman kayak tadi deh..” kataku.
Kutarik tubuhnya, Yanti diam
saja, kuangkat dagunya,
kupandangi lekat-lekat
matanya, kucium lembut
bibirnya, Yanti memejamkan matanya. Dibalasnya ciumanku,
kujulurkan lidahku, Yanti
membalasnya, kuhisap, Yanti
membalasnya. Pikiranku benar-
benar sudah dikuasai gairah
memuncak, kuciumi lehernya, kujilati sepuasku.
“Aaacchh.., Riooo…” desahan
Yanti membuatku tambah
bernafsu.
Aku berdiri di samping tempat
tidur sambil tidak lepas memandang wajahnya
sedikitpun. Kubuka bajuku,
handuk, terakhir
celana dalamku, sengaja tidak
kupadamkan lampu, penisku
langsung “tegak-melompat” keluar “sarangnya”. Kulihat
Yanti terkesima, kuhampiri dia,
kuraih tangannya, kuletakkan
di
atas penisku, kusuruh dia
melakukan gerakan “mengocok”.
“Aaahhh nikmat sekali..”
desahku. 15 menit Yanti
melakukan itu,
kulepaskan tangannya dari
penisku, kutarik wajahnya, kuarahkan ke penisku. Mula-
mula Yanti menolak, dengan
sedikit paksaan mau juga dia.
Masuklah penisku dalam mulut
mungilnya. Digerakkannya
maju- mundur berulang kali sampai
basah kuyup penisku oleh
ludahnya, kurasakan spermaku
mau keluar, kutarik
rambutnya. “Stop Yanti..!”
kataku. Kini kubaringkan dia, kutelanjangi Yanti sampai
sehelai
benang pun tidak ada lagi di
tubuhnya. Kupandangi
tubuhnya,
tampak di perut kirinya ada tahi lalat cukup besar. Kucium
bibirnya, dagunya, turun ke
lehernya, dadanya, perutnya,
kuhisap pusar dan tahi
lalatnya,
Yanti menggelinjang geli. Kuteruskan ke
selangkangannya,
kumasukkan jari tengahku
sambil aku terus mencium
selangkangannya. “Aaaccchhh
Riiiooo niiikkkmaaatnyaaa
sayaaanggg…” desah Yanti.
Yanti mengangkat pantatnya
setinggi-tingginya, kurasakan
basah vaginanya. Yanti telah
orgasme rupanya. Kini aku menaiki tubuh Yanti, penisku
pun sudah amat berdenyut
mendambakan pelampiasan
pula.
Kuarahkan penisku ke vagina
Yanti, kuturunkan perlahan pinggulku, tidak sedetikpun
kulepaskan pandanganku dari
mata Yanti. Kulihat Yanti
menggigit bibirnya.
“Sakiiittt Riiiooo…” desahnya.
Kuhentikan sejenak, lalu kuteruskan lagi, Yanti mendesis
lagi. Kulihat butiran air mata di
sisi matanya. “Sakit
saayyyaangg..?”
tanyaku.
“Iyyaaa Riiiooo, punya kamu besar sekali..” jawab Yanti
meracau.
“Mana besar sama punya
Joe..?” tanyaku.
“Besar punya kamu Riooo…
sakit saaayyyaangghhh, perrriiihhh, tapiii niiikmaaatthh
sekaliii..” rintih Yanti.
Akhirnya masuk semua penisku
ke dalam vaginanya. Kutarik
maju mundur, akibatnya
sungguh luar biasa, Yanti menggeram, kedua kakinya
menjepit pinggangku
sekuatnya,
giginya ditanamkan di bahuku,
kurasakan pedih. Waaaahhh
berdarah nih… Yanti orgasme kedua kalinya. Kini kuganti
posisiku, Yanti
kusuruh menungging, dan
dengan nafsu memuncak
kutusukkan penisku ke
anusnya, kurasakan otot “spchincter
ani”-nya mencengkram erat
penisku. Kugerakkan masuk-
keluar penisku, kugenggam
payudaranya, Yanti
menggenggam tepi tempat tidur.
“Riiooo… saaayyyaanngghh…
ciiintaaa… eeennnaaakkhhh…
Riioooo.. Rioooo… nikmaaatthh
sayaaaanggghh…
terrruuussshhh cinnntaaaa…” erang Yanti
terus
menerus.
Aku benar-benar nikmat,
“Yaaanntiii kuhamili kamuuuu…
badan kamuuu enak bangeeettthh..” erangku juga.
10 menit kemudian aku tidak
tahan lagi, penisku berdenyut
kuat, kucengkram erat pinggul
Yanti, kusemburkan sperma
hangatku dalam vagina Yanti. “Aaacchhh nikmat sekali…”
desahku di telinganya.
Kami pun terkulai lemas.
Setelah itu beberapa kali kami
mengulanginya di hotel “xxx”
dekat kantor Yanti. Sekarang Yanti telah menikah dengan
Joe.
Kami masih berhubungan lewat
telepon. Semoga kamu baca
kisah kita ini Yanti. Rio sayang
kamu selalu.


Tamat

[ back ][ home ]

Temani Tante-Tante Kesepian... Butuh belaian kamu..

Web Site Hit Counter