watch sexy videos at nza-vids!
Best free mobile site builders

Kisah Seorang Pramugari

Malam telah larut dimana
jarum jam menunjukkan pukul
23.15. Suasana sepi menyelimuti
sebuah kost-kostan yang
terletak beberapa kilometer
dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.. Kost-kostan
tersebut lokasinya agak jauh
dari keramaian sehingga
menjadi tempat favorit bagi
siapa saja yang menginginkan
suasana tenang dan sepi. Kost-kostan yang memiliki
jumlah kamar mencapai 30
kamar itu terasa sepi karena
memang baru saja dibuka
untuk disewakan,hanya
beberapa kamar saja yang sudah ditempati, sehingga
suasananya dikala siang atau
malam cukup lengang. Saat itu
hujan turun lumayan deras,
akan tetapi nampak sesuatu
telah terjadi disalah satu kamar dikost-kostan itu. Seiring dengan turunnya air
hujan, air mata Dinda juga
mulai turun berlinang disaat
lelaki itu mulai menyentuh
tubuhnya yang sudah tidak
berdaya itu. Saat ini tubuhnya sudah dalam kekuasaan para
lelaki itu, rasa keputus asaan
dan takut datang menyelimuti
dirinya. Beberapa menit yang
lalu secara tiba- tiba dirinya
diseregap oleh seseorang lelaki disaat dia masuk kedalam
kamar kostnya setibanya dari
sebuah tugas penerbangan.
Kedua tangannya langsung
diikat kebelakang dengan
seutas tali, mulutnya disumpal dengan kain dan setelah itu
tubuhnya dicampakkan oleh
lelaki itu keatas tempat
tidurnya. Ingin rasanya dia
berteriak meminta pertolongan
kepada teman-temannya akan tetapi kendaraan antar jemput
yang tadi mengantarkannya
sepertinya sudah jauh pergi
meninggalkan kost-kostan ini,
padahal didalam
kendaraan tersebut banyak teman-temannya sesama
karyawan. Dinda Fitria Septiani adalah
seorang Pramugari pada
sebuah penerbangan swasta,
usianya baru menginjak 19
tahun, wajahnya cantik imut-
imut, postur tubuhnya tinggi dan langsing proporsional.
Dengan dianugerahi penampilan
yang cantik ini sangat
memudahkan baginya untuk
diterima bekerja sebagai
seorang pramugari. Demikian pula dengan karirnya dalam
waktu yang singkat karena
kecantikannya itulah dia telah
menjadi sosok primadona di
perusahaan penerbangan itu.
Banyak lelaki yang berusaha merebut hatinya, baik itu
sesama karyawan ditempatnya
bekerja atau kawan-kawan
lainya. Namun karena alasan
masih ingin berkarir maka
dengan secara halus maksud- maksud dari para lelaki itu
ditolaknya. Akan tetapi tidak semua lelaki
memahami atas sikap dari
Dinda itu. Paul adalah salah
satu dari orang yang tidak
bisa menerima sikap Dinda
terhadap dirinya. Kini dirinya bersama dengan seorang
temannya telah melakukan
seuatu perhitungan terhadap
Dinda. Rencana busuk
dilakukannya terhadap Dinda.
Malam ini mereka telah menyergap Dinda dikamar
kostnya. Paul adalah satu dari
sekian banyaknya lelaki yang
menaruh hati kepada dirinya,
akan tetapi Paul bukanlah
seseorang yang dikenalnya dengan baik karena
kedudukannya bukanlah
seorang karyawan
penerbangan ditempatnya
bekerja atau kawan-kawannya
yang lain, melainkan dia adalah seorang tukang batu yang
bekerja dibelakang kost-
kostan ini. Ironisnya, Paul yang
berusia setengah abad lebih
dan melebihi usia ayah Dinda
itu lebih sering menghalalkan segala cara dalam
mendapatkan sesuatu,
maklumlah dia bukan seseorang
yang terdidik. Segala tingkah
laku dan perbuatannyapun
cenderung kasar, karena memang dia hidup dilingkungan
orang-orang yang bertabiat
kasar. “Huh rasakan kau gadis
sombong !”, bentaknya kepada
Dinda yang tengah tergolek
dikasurnya.
“Aku dapatkan kau
sekarang….!”, lanjutnya. Sejak perjumpaannya pertama
dengan Dinda beberapa bulan
yang lalu, Paul langsung jatuh
hati kepada Dinda. Dimata Paul,
Dinda bagaikan bidadari yang
turun dari khayangan sehingga selalu hadir didalam
lamunnanya. Diapun berniat
untuk menjadikannya sebagai
istri yang ke-4. Bak bukit
merindukan bulan, Paul tidak
berdaya untuk mewujudkan impiannya itu. Predikatnya
sebagai tukang batu, duda
dari 3 kali perkawinan, berusia
51 tahun, lusuh dan miskin
menghanyutkan impiannya
untuk dapat mendekati sang bidadari itu.
Terlebih-lebih ada beberapa
kali kejadian yang sangat
menyakitkan hatinya terkait
dengan Dinda
sang bidadari bayangannya itu. Sering tegur sapanya
diacuhkan oleh Dinda,tatapan
mata Dindapun selalu sinis
terhadap dirinya. Lama
kelamaan didalam diri Paul
tumbuh subur rasa benci terhadap Dinda, penilaian
terhadapnyapun berubah, rasa
kagumnya telah berubah
menjadi benci namun gairah
nafsu sex terhadap Dinda
tetap bersemi didalam dirinya tumbuh subur menghantui
dirinya selama ini. Akhirnya
dipilihlah sebuah jalan pintas
untuk melampiaskan nafsunya
itu, kalaupun cintanya tidak
dapat setidaknya dia dapat menikmati tubuh Dinda pikirnya.
Jadilah malam ini Paul
melakukan aksi nekat, diapun
membulatkan hatinya untuk
memberi pelajaran kepada
Dinda sekaligus melampiaskan nafsunya yang selama ini mulai
tumbuh secara subur didalam
dirinya. Kini sang bidadari itu telah
tergeletak dihadapannya, air
matanyapun telah membasahi
wajahnya yang putih bersih
itu. “Lihat aku, cewek
*******…..!”, hardiknya seraya memegang kepala Dinda dan
menghadapkan kewajahnya.
“Hmmmphh….!!”, jeritnya yang
tertahan oleh kain yang
menyumpal dimulutnya, mata
Dinda pun melotot ketika menyadari bahwa saat ini dia
telah berhadapan dengan Paul
seseorang yang dibencinya.
Hatinyapun langsung ciut dan
tergetar tatkala Paul yang
berada dihadapannya tertawa penuh dengan kemenangan,
“Hahaha….malam ini kamu jadi
pemuasku, gadis cantik”.
Keringatpun langsung
mengucur deras membasahi
tubuh Dinda, wajahnya nampak tersirat rasa takut yang
dalam, dia menyadari betul
akan apa-apa yang bakal
terjadi terhadap dirinya. Disaat
seperti inilah dia menyadari
betul akan ketidak berdayaan dirinya, rasa sesal mulai hadir
didalam hatinya, akan sikap-
sikapnya yang tidak berhati-
hati terhadap Paul. Kini dihadapan Dinda, Paul mulai
melepaskan baju kumalnya
satu persatu hingga akhirnya
telanjang bulat. Walaupun telah
berusia setengah abad lebih,
namun karena pekerjaannya sebagai buruh kasar maka Paul
memiliki tubuh yang atletis,
badannya hitam legam dan
kekar, beberapa buah tatto
menghiasi dadanya yang bidang
itu. Isak tangis mulai keluar dari mulut Dinda, disaat paul
mulai mendekat ketubuhnya.
Tangan kanannya memegang
batang kemaluannya yang
telah tegak berdiri itu dan
diarahkannya kewajah Dinda. Melihat ini Dinda berusaha
memalingkan wajahnya, namun
tangan kiri Paul secepat kilat
mencengkram erat kepala
Dinda dan mengalihkannya lagi
persis menghadap ke batang kemaluannya.. Dan setelah itu
dioles-oleskannya batang
kemaluannya itu diwajah Dinda,
dengan tubuh yang bergetar
Dinda hanya bisa memejamkan
matanya dengan erat karena merasa ngeri dan jijik
diperlakukan seperti itu.
Sementara kepala tidak bisa
bergerak-gerak karena
dicengkraman erat oleh tangan
Paul. “Ahhh….perkenalkan rudal gue ini sayang…..akhhh….”
ujarnya sambil terus mengoles-
oleskan batang kemaluannya
diwajah Dinda, memutar-mutar
dibagian pipi, dibagian mata,
dahi dan hidungnya. Melalui batang kemaluannya itu Paul
tengah menikmati kehalusan
wajah Dinda. “Hai cantik !
….sekarang sudah kenal kan
dengan ****** gue ini,
seberapa mahal sih wajah cantik elo itu hah ? sekarang
kena deh ama ****** gue
ini….”, sambungnya. Setelah puas dengan itu, kini
Paul mendorong tubuh Dinda
hingga kembali terjatuh
kekasurnya.
Sejenak dikaguminya tubuh
Dinda yang tergolek tak berdaya ditempat tidurnya itu.
Baju seragam
pramugarinya masih melekat
rapi dibadannya. Baju dalaman
putih dengan dasi kupu-kupu
berwarna biru ditutup oleh blazer yang berwarna kuning
tua serta rok pendeknya yang
berwarna biru seolah semakin
membangkitkan birahi Paul,
apalagi roknya agak
tersingkap hingga pahanya yang putih mulus itu terlihat.
Rambutnya yang panjang
sebahu masih digelung
sementara itu topi
pramugarinya telah tergeletak
jatuh disaat penyergapan lagi. “Hmmpphhh…mmhhh…”,
sepertinya Dinda ingin
mengucapkan sesuatu
kepadanya, tapi apa perdulinya
paling-paling cuma
permintaan ampun dan belas kasihan. Tanpa membuang
waktu lagi kini diputarnya
tubuh Dinda menjadi
tengkurap, kedua tangannya
yang terikat kebelakang
menempel dipunggung sementara dada dan wajahnya
menyentuh kasur. Kedua
tangan kasar Paul itu kini
mengusap-usap bagian pantat
Dinda, dirasakan olehnya
pantat Dinda yang sekal. Sesekali tangannya menyabet
bagian itu bagai seorang ibu
yang tengah menyabet pantat
anaknya yang nakal “Plak…
Plak…”. “Wah sekal sekali
pantatmu…”, ujar Paul sambil terus mengusap-usap dan
memijit- mijit pantat Dinda.
Dinda hanya diam pasrah,
sementara tangisannya terus
terdengar. Tangisnya
terdengar semakin keras ketika tangan kanan
Paul secara perlahan-lahan
mengusap kaki Dinda mulai dari
betis naik terus kebagian paha
dan akhirnya menyusup masuk
kedalam roknya hingga menyentuh kebagian
selangkangannya. Sesampainya dibagian itu, salah
satu jari tangan kanan Paul,
yaitu jari tengahnya menyusup
masuk kecelana dalamnya dan
langsung menyentuh
kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan Dinda agak
menggeliat, dia mulai sedikit
meronta-ronta, namun jari
tengah Paul tadi langsung
menusuk lobang kemaluan
Dinda. “Egghhmmmmm…….”, Dinda menjerit badannya
mengejang tatkala jari telunjuk
Paul masuk kedalam liang
kewanitaannya itu. Badan
Dindapun langsung menggeliat-
geliat seperti cacing kepanasan, ketika Paul
memainkan jarinya itu didalam
lobang kemaluan Dinda. Dengan
tersenyum terus dikorek-
koreknyalah lobang kemaluan
Dinda, sementara itu badan Dinda menggeliat-geliat jadinya,
matanya merem-melek,
mulutnya mengeluarkan
rintihan- rintihan yang
teredam oleh kain yang
menyumpal mulutnya itu “Ehhmmmppphhh….mmpphhhh…..”.
Setelah beberapa menit
lamanya, kemaluan Dindapun
menjadi basah oleh cairan
kewanitaannya, Paul kemudian
mencabut jarinya. Tubuh Dindapun dibalik
sehingga posisinya terlentang.
Setelah itu roknya
disingkapkan keatas hingga
rok itu melingkar dipinggulnya
dan celana dalamnya yang berwarna putih itu ditariknya
hingga bagian bawah Dinda kini
telanjang. Terlihat oleh Paul,
kemaluan Dinda yang indah,
sedikit bulu-bulu tipis yang
tumbuh mengitari lobang kemaluannya yang telah
membengkak itu.
Dengan bernafsunya
direntangkan kedua kaki Dinda
hingga mengangkang setelah
itu ditekuknya hingga kedua pahanya menyentuh ke bagian
dada. Wajah Dinda semakin
tegang, tubuhnya gentar,
seragam pramugarinyapun
telah basah oleh keringat yang
deras membanjiri tubuhnya, Paul bersiap-siap melakukan
penetrasi ketubuh Dinda.
“Hmmmmpphhh……….hhhhhmmmmppp…. ..”,
Dinda menjerit dengan
tubuhnya yang mengejang
ketika Paul mulai menanamkan batang kemaluannya didalam
lobang kemaluan Dinda.
Matanya terbelalak menahan
rasa sakit dikemaluannya,
tubuhnya menggeliat-geliat
sementara Paul terus berusaha menancapkan seluruh
batang kemaluannya. Memang
agak sulit selain Dinda masih
perawan, usianyapun masih
tergolong muda sehingga
kemaluannya masih sangat sempit. Akhirnya dengan
sekuat tenaganya, Paul
berhasil menanamkan seluruh
batang kemaluannya didalam
vagina Dinda. Tubuh Dinda
berguncang-guncang disaat itu karena dia menangis
merasakan sakit dan pedih tak
terkirakan dikemaluannya itu.
Diapun menyadari bahwa malam
itu keperawanannya akhirnya
terenggut oleh Paul. “Ahh….kena kau sekarang !!!
akhirnya Gue berhasil
mendapatkan perawan elo !”,
bisiknya ketelinga Dinda. Hujanpun semakin deras, suara
guntur membahana
memiawakkan telinga. Karena
ingin mendengar suara rintihan
gadis yang telah
ditaklukkannya itu, dibukannya kain yang sejak tadi
menyumpal mulut Dinda.
“Oouuhhh…..baang….saakiitt…
banngg….amp uunn …”, rintih
Dinda dengan suara yang
megap- megap. Jelas Paul tidak perduli. Dia malahan
langsung menggenjot tubuhnya
memopakan batang
kemaluannya keluar masuk
lobang kemaluan Dinda.
“Aakkhh….ooohhhh….oouuhhhh….ooohhhggh… .”, Dinda merintih-rintih, disaat
tubuhnya digenjot oleh Paul,
badannyapun semakin
menggeliat-geliat. Tidak
disadarinya justru badannya
yang menggeliat-geliat itu malah memancing nafsu Paul,
karena dengan begitu otot-
otot dinding vaginanya malah
semakin ikut mengurut-urut
batang kemaluan Paul yang
tertanam didalamnya, karenanya Paul merasa
semakin nikmat. Menit-
menitpun berlalu dengan cepat,
masih dengan sekuat tenaga
Paul terus menggenjot tubuh
Dinda, Dindapun nampak semakin kepayahan karena
sekian lamanya Paul
menggenjot tubuhnya. Rasa
pedih dan sakitnya seolah
telah hilang, erangan dan
rintihanpun kini melemah, matanya mulai setengah
tertutup dan hanya bagian
putihnya saja yang terlihat,
sementara itu bibirnya
menganga mengeluarkan
alunan-alunan rintihan lemah, “Ahhh…..ahhhh…oouuhhhh…”.
Dan akhirnya Paulpun
berejakulasi di lobang kemaluan
Dinda, kemaluannya
menyemburkan cairan kental
yang luar biasa banyaknya memenuhi rahim Dinda.
“A..aakkhhh…..”, sambil
mengejan Paul melolong
panjang bak srigala, tubuhnya
mengeras dengan kepala
menengadah keatas. Puas sudah dia menyetubuhi Dinda,
rasa puasnya berlipat-lipat
baik itu puas karena telah
mencapai klimaks dalam
seksnya, puas dalam
menaklukan Dinda, puas dalam merobek keperawanan Dinda
dan puas dalam memberi
pelajaran kepada gadis cantik
itu. Dinda menyambutnya
dengan mata yang secara
tiba-tiba terbelalak, dia sadar bahwa pasangannya telah
berejakulasi karena disakannya
ada cairan-cairan hangat yang
menyembur membanjiri
vaginanya. Cairan kental
hangat yang bercampur darah itu
memenuhi lobang kemaluan
Dinda sampai sampai meluber
keluar membasahi paha dan
sprei kasur. Dinda yang
menyadari itu semua, mulai menangis namun kini tubuhnya
sudah lemah sekali. Dengan mendesah puas Paul
merebahkan tubuhnya diatas
tubuh Dinda, kini kedua tubuh
itu jatuh lunglai bagai tak
bertulang. Tubuh Paul nampak
terguncang-guncang sebagai akibat dari isak tangis dari
Dinda yang tubuhnya tertindih
tubuh Paul. Setelah beberapa
menit membiarkan batang
kemaluannya tertanam
dilobang kemaluan Dinda, kini Paul mencabutnya seraya
bangkit dari tubuh Dinda.
Badannya berlutut
mengangkangi tubuh lunglai
Dinda yang terlentang,
kemaluannya yang nampak sudah melemas itu kembali
sedikit- demi sedikit menegang
disaat merapat kewajah Dinda.
Dikala sudah benar-benar
menegang, tangan kanan Paul
sekonyong-konyong meraih kepala Dinda. Dinda yang masih
meringis-ringis dan menangis
tersedu-sedu itu, terkejut
dengan tindakan Paul.
Terlebih-lebih melihat batang
kemaluan Paul yang telah menegang itu berkedudukan
persis dihadapan wajahnya.
Belum lagi sempat menjerit,
Paul sudah mencekoki mulutnya
dengan batang kemaluannya.
Walau Dinda berusaha berontak namun akhirnya Paul
berhasil menanamkan penisnya
itu kemulut Dinda. Nampak
Dinda seperti akan muntah,
karena mulutnya merasakan
batang kemaluan Paul yang masih basah oleh cairan
sperma itu. Setelah itu Paul
kembali memopakan batang
kemaluannya didalam rongga
mulut Dinda, wajah Dinda
memerah jadinya, matanya melotot, sesekali dia terbatuk-
batuk dan akan muntah.
Namun Paul dengan santainya
terus memompakan keluar
masuk didalam mulut Dinda,
sesekali juga dengan gerakan memutar-mutar. “Aahhhh….”,
sambil memejamkan mata Paul
merasakan kembali kenikmatan
di batang kemaluannya itu
mengalir kesekujur tubuhnya.
Rasa dingin, basah dan geli dirasakannya dibatang
kemaluannya. Dan akhirnya,
“Oouuuuhhhh…Dinndaaaa…
sayanggg… ..”, Paul mendesah
panjang ketika kembali batang
kemaluannya berejakulasi yang kini dimulut Dinda. Dengan
terbatuk-batuk Dinda
menerimanya, walau sperma
yang dimuntahkan oleh Paul
jumlahnya tidak banyak namun
cukup memenuhi rongga mulut Dinda hingga meluber
membasahi pipinya. Setelah
memuntahkan spermanya Paul
mencabut batang kemaluannya
dari mulut Dinda, dan Dindapun
langsung muntah-muntah dan batuk-batuk dia nampak
berusaha untuk mengeluarkan
cairan-cairan itu namun
sebagian besar sperma Paul
tadi telah mengalir masuk
ketenggorokannya. Saat ini wajah Dinda sudah
acak- acakan akan tetapi
kecantikannya masih terlihat,
karena memang kecantikan
dirinya adalah kecantikan yang
alami sehingga dalam kondisi apapun selalu cantik adanya.
Dengan wajah puas sambil
menyadarkan tubuhnya
didinding kasur, Paulpun
menyeringai melihat Dinda yang
masih terbatuk-batuk. Paul memutuskan untuk beristirahat
sejenak, mengumpulkan kembali
tenaganya. Sementara itu
tubuh Dinda meringkuk dikasur
sambil terisak-isak. Waktupun
berlalu, jam didinding kamar Dinda telah menunjukkan pukul
1 dinihari. Sambil santai
Paulpun menyempatkan diri
mengorek-ngorek isi laci lemari
Dinda yang terletak disamping
tempat tidur. Dilihatnya album foto- foto pribadi milik Dinda,
nampak wajah-wajah cantik
Dinda menghiasi isi album itu,
Dinda yang anggun dalam
pakaian seragam
pramugarinya, nampak cantik juga dengan baju muslimnya
lengkap dengan ****** ketika
foto bersama keluarganya
saat lebaran kemarin dikota
asalnya yaitu Bandung. Kini
gadis cantik itu tergolek lemah dihadapannya, setengah
badannya telanjang,
kemaluannya nampak
membengkak. Selain itu,
ditemukan pula beberapa
lembar uang yang berjumlah 2 jutaan lebih serta perhiasan
emas didalam laci itu, dengan
tersenyum Paul memasukkan
itu semua kedalam kantung
celana lusuhnya, “Sambil
menyelam minum air”, batinnya. Setelah setengah jam lamanya
Paul bersitirahat,kini dia
bangkit mendekati tubuh Dinda.
Diambilnya sebuah gunting
besar yang dia temukan tadi
didalam laci. Dan setelah itu dengan gunting itu, dia
melucuti baju seragam
pramugari Dinda satu persatu.
Singkatnya kini tubuh Dinda
telah telanjang bulat,
rambutnyapun yang hitam lurus dan panjang sebahu yang
tadi digelung rapi kini digerai
oleh Paul sehingga menambah
keindahan menghiasi punggung
Dinda. Sejenak Paul mengagumi
keindahan tubuh Dinda, kulitnya putih bersih,
pinggangnya ramping,
payudaranya yang tidak
terlalu besar, kemaluannya
yang walau nampak bengkak
namun masih terlihat indah menghias selangkangan Dinda.
Tubuh Dinda nampak penuh
dengan kepasrahan, badannya
kembali tergetar menantikan
akan apa-apa yang akan
terjadi terhadap dirinya. Sementara itu hujan diluar
masih turun dengan derasnya,
udara dingin mulai masuk
kedalam kamar yang tidak
terlalu besar itu. Udara dingin
itulah yang kembali membangkitkan nafsu birahi
Paul. Setelah hampir sejam
lamanya memberi istirahat
kepada batang kemaluannya
kini batang kemaluannya
kembali menegang. Dihampirinya tubuh telanjang Dinda, “Yaa…
ampuunnn bangg…udah
dong….Dinda minta ampunn
bangg…oohhh….”, Dinda
nampak memelas memohon-
mohon kepada Paul. Paul hanya tersenyum saja mendengar itu
semua, dia mulai meraih badan
Dinda. Kini dibaliknya tubuh
telanjang Dinda itu hingga
dalam posisi tengkurap. Setelah
itu ditariknya tubuh itu hingga ditepi tempat tidur, sehingga
kedua lutut Dinda menyentuh
lantai sementara dadanya
masih menempel kasur
dipinggiran tempat tidur,
Paulpun berada dibelakang Dinda dengan posisi menghadap
punggung Dinda. Setelah itu
kembali direntangkannya kedua
kaki Dinda selebar bahu, dan….
“Aaaaaaaaakkkkhh………”,
Dinda melolong panjang, badannya mengejang dan
terangkat dari tempat tidur
disaat Paul menanamkan
batang kemaluannya didalam
lobang anus Dinda. Rasa sakit tiada tara kembali
dirasakan didaerah
selangkangannya, dengan agak
susah payah kembali Paul
berhasil menanamkan batang
kemaluannya didalam lobang anus Dinda. Setelah itu tubuh
Dindapun kembali disodok-
sodok, kedua tangan Paul
meraih payudara Dinda serta
meremas-remasnya. Setengah
jam lamnya Paul menyodomi Dinda, waktu yang lama bagi
Dinda yang semakin tersiksa
itu.
“Eegghhh….aakkhhh….oohhh…”,
dengan mata merem-melek
serta tubuh tersodok- sodok Dinda merintih-rintih,
sementara itu kedua
payudaranya diremas-remas
oleh kedua tangan Paul. Paul
kembali merasakan akan
mendapatkan klimaks, dengan gerakan secepat kilat
dicabutnya batang kemaluan
itu dari lobang anus Dinda dan
dibaliklah tubuh Dinda itu
hingga kini posisinya
terlentang. Secepat kilatpula dia yang kini berada diatas
tubuh Dinda menghujamkan
batang kemaluannya kembali
didalam vagina Dinda.
“Oouuffffhhh……”, Dinda
merintih dikala paul menanamkan batang
kemaluannya itu. Tidak lama
setelah Paul memompakan
kemaluannya didalam liang
vagina Dinda
“CCREETT….CCRROOOT… CROOTT…”, kembali penis Paul
memuntahkan sperma
membasahi rongga vagina
Dinda, dan Dindapun terjatuh
tak sadarkan diri. Fajar telah menjelang, Paul
nampak meninggalkan kamar
kost Dinda dengan tersenyum
penuh dengan kemenangan,
sebatang rokok menemaninya
dalam perjalanannya kesebuah stasiun bus antar kota,
sementara itu sakunya penuh
dengan lembaran uang dan
perhiasan emas. Entah apa
yang akan terjadi dengan
Dinda sang pramugari cantik imut-imut itu, apakah dia
masih menjual mahal dirinya.
Entahlah, yang jelas setelah
dia berhasil menikmati gadis
cantik itu, hal itu bukan
urusannya lagi.


Tamat

[ back ][ home ]

Discover the Best Mobile Websites now!

Web Site Hit Counter