watch sexy videos at nza-vids!
Free mobile hosting

Kompor Pembawa Berkah


Tamat

[ back ][ home ]


Cerita terbaru & Video Terheboh

Web Site Hit Counter
Kejadian yang aku ceritakan ini
merupakan kisah nyata yang
aku alami beberapa bulan yang
lalu tepatnya bulan Desember
2001. Aku sendiri seorang pria
yang sudah beristri dan isteriku bekerja di salah satu kantor
pemerintah di kotaku, serta
sudah mempunyai dua anak
berumur 10 tahun dan 7 tahun
semuanya cewek.
Dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan memang
dirasakan sangat memberatkan
bagi kelompok masyarakat kelas
menengah kebawah, begitu juga
yang menimpa masyarakat di
perumahan Mr tempat aku tinggal. Sehingga ibu-ibu rumah
tangga harus pandai benar
untuk mengelola/mengatur
pembelanjaan uangnya agar bisa
mencukupi kebutuhan hidup
sehari-harinya selama satu bulan. Salah satu bentuk
efisiensi yang dilakukan isteriku
yaitu yang biasanya setiap
harinya memakai kompor elpiji,
maka untuk lebih menghemat
akhirnya membeli kompor dengan bahan bakar minyak
tanah. Dan kompor minyak
tanah itu merupakan temuan
baru dari salah satu mahasiswa
tehnik PTN di Surabaya yang
sudah dipatenkan. Pada suatu hari di bulan
Desember, Distributor kompor
yang aku ceritakan tadi
mengirim salah satu
karyawannya untuk mengantar
barang yang aku pesan serta melakukan demo cara-cara
pemasangan dan operasional
kompor tersebut. Saat dilakukan
demo, salah satu tetanggaku
yang kebetulan kontrak rumah
di depanku, janda berusia 40 tahun dengan dua anak yang
satu sudah kuliah dan satunya
masih SMA, ikut nimbrung untuk
melihat demo kompor. Biasanya
aku memanggil dia dengan
sebutan Tacik, karena memang dia warga keturunan. Acara demo-mendemo kompor
selesai dan akhirnya Tacik ikut
memesan satu kompor untuk
keperluan rumah tangganya,
kejadian demo kompor sudah
satu minggu berlalu, hingga berlanjut dengan kisahku ini. Pagi itu setelah mengantar
isteriku kerja, aku tidak
langsung berangkat kekantor,
tetapi pulang dulu kerumah,
karena ada kerjaan yang harus
aku selesaikan di meja komputerku. Setelah pekerjaan
selesai, aku duduk-duduk di
teras minum kopi sambil
menikmati sebatang rokok
Gudang Garam Surya
kesukaanku. Saat enak-enaknya aku menikmati sebatang rokok
karena pekerjaan kantor udah
beres, tiba-tiba dari depan
rumahku terdengar teriakan
Tacik. “Om.. om Hr.. aku minta tolong
bisa khan”?
“Minta tolong apa dulu, kalau
dimintai tolong untuk sarapan
pagi sih aku mau-mau aja”
Jawabku dengan sedikit becanda.
“Ini lho Om, kompor yang aku
beli kemarin nyalanya koq agak
merah, nggak seperti punya
isteri Om Hr..”
“Ohh.. gitu, mungkin sumbunya terlalu panjang waktu
memasangnya, coba tak lihatnya
dulu” kataku sambil beranjak
kerumahnya.
Sampai di rumah Tacik aku
langsung dipersilahkan ke dapur untuk mencoba cek nyala
kompor dan memang benar
nyalanya agak kemerah-
merahan.
“Om aku minta tolong dong,
dibetulin kompornya mau khan..?”, teriaknya agak manja
sambil mengucek-ucek cucian
bajunya.
“Beres, asal dikasih imbalan
yang enak-enak..”, godaku,
sambil mulai membongkar kompor.
“Achh.. Om Hr ini bisa aja, yang
enak-enak itu maksudnya apa
sih Om..?” tanyanya kayak
orang bloon.
“Yeach.. semua aja yang special dan kita anggap enak” jawabku
sambil membuang putung rokok
ke bak sampah dapur. Sambil mulai bongkar-bongkar
kompor, aku sempat melirik
Tacik yang lagi cuci pakaian,
“Busyet.. Ckk.. ck.. ckk!”
rutukku dalam hati.
Aku merasa seperti terbangun dari mimpi buruk, ternyata
sedari tadi tanpa kusadari,
Tacik cuma memakai pakaian
tidur warna putih yang sangat
tipis sekali dan bagian atas
cuma memakai tali kecil yang tersampir dipundak, sehingga Bh
dan Cd yang dipakainya
kelihatan jelas bentuk maupun
warnanya. Saat aku meliriknya, Tacik lagi
berdiri agak nungging
membelakangiku untuk membilas
cucian bajunya, sehingga
pantatnya yang gempal bulat,
berisi daging padat dan kenyal itu kelihatan menggoda untuk
dibelai dan disentuh.. Apalagi Cd warna merah jambu
yang dipakainya kelihatan
tercetak jelas di bongkahan
pantat gempalnya dan serasi
benar dengan warna putih
mulus kulitnya, dan berdirinya agak ngangkang lagi.., pahanya
terlihat tegar, kokoh dan bulat
berisi bagai bulir padi raksasa..
Entah disegaja atau tidak, yang
jelas pantatnya sesekali
digoyang kekanan dan kekiri seiring tangannya yang sedang
membilas pakaian yang dicucinya. Dan sambil melakukan
aktivitasnya, sesekali juga Tacik
bertanya, “Om Hr.. hari ini koq
kelihatan fress benar apa
semalam mendapat pelayanan
yang sangat istimewa dari isteri.. he.. he.. he.., keramas lagi..
hi.. hi.. hi..” kata Tacik sambil
ketawa cekikikan. “Cerita donk.., biar aku juga
ikut tahu, biar nggak hanya
menduga-duga saja..” timpalnya
lagi sambil menoleh dan
mengedipkan sebelah matanya,
kayak Jaja Miharja dalam Kuis Dangdut di TPI.
“Ah Tacik koq mau tahu aja,
kalau aku ceritain, nanti Tacik
jadi grenk terus gimana.. hayoo..
apa nggak malah berabe, coba
dipikir.. heh.. he.. he..” jawabku setengah menggoda sambil
memancing reaksinya.
Dan ternyata, rasa ingin
tahunya semakin menjadi-jadi,
terbukti dia menghentikan
aktivitasnya dan sambil memercikkan air dari kesepuluh
jarinya berkata “Sesekali boleh
khan, tahu rahasia tetangga
kita.. heh.. he.. he..” katanya
sambil menoleh kearahku
sehingga buah dadanya yang ranum dan berukuran 39 c itu
kelihatan menggelantung berat
seakan-akan melambai untuk
minta dibelai dan dihisap habis
puting-putingnya.
“Boleh-boleh aja asal kalau nanti agak berbau porno.. nggak
nyalahin kita, apalagi menuntut
kenapa semalam koq nggak
diajak ikut nimbrung.. heh.. he..
he..” kataku mulai berani
terang-terangan sambil melempar batang korek ke arah
dadanya, dan tepat mengenai
tengah belahan buah dadanya.
“Edian tenan.. Om.. tembakan
korekmu tepat sasaran, pas di
tengah-tengah susuku yang montok, aku jadi geli.. hi.. hi..
hi..” Katanya sambil merogoh
batang korek yang masuk
kebelahan buah dadanya,
sehingga saat merogoh batang
korek tersebullah buah dadanya yang putih mulus, mengkal dan
ranum itu di hadapanku. Walau omong-omong kami sudah
mulai mengarah hal-hal yang
bersifat rangsangan birahi,
namun aku belum berani memulai
tindakan fisik, karena aku
kuatir kalau semua yang dilakukan Tacik hanya upaya
untuk memancing dan atau
untuk mengetahui kecerobohan
diriku, mengingat Tacik amat
dekat sekali dengan isteriku.
Bahkan aku berpikir ” Jangan- jangan ulah Tacik memancing-
mancing reaksi birahiku itu,
semua dilakukan atas suruhan
atau permintaan isteriku “.
Kataku dalam hati.
Sambil memasang sumbu-sumbu kompor yang sudah dapat
separo, aku terus ngomong-
ngomong hal-hal yang agak
lebih hot lagi, dan kelihatan
Tacik sudah mulai terpengaruh
atas semua obrolan birahi, terbukti sesekali dia sering
membetulkan letak BH yang
membungkus buah dadanya
yang super besar itu.
Saat aku pandang, ternyata
kerjaan cuciannya sudah selesai, sambil menyambar handuk
putihnya dia berucap “Om.. aku
mandi dulu ya, awas jangan
ngintip lho..?” ujarnya sambil
melenggak-lenggokkan patatnya
yang besar dan gempal itu sebelum masuk kekamar mandi. Saat masuk kamar mandi,
ternyata pintunya tidak dikunci,
namun aku tidak ambil pusing
walau pintu kamar mandinya
tidak dikunci. Karena aku masih
beranggapan kalau tindakan yang dilakukan Tacik dalam
percakapan yang sudah
mengarah hal-hal bersifat birahi
tadi merupakan usaha Tacik
untuk mencoba ngetest atas
kesetiaanku terhadap isteri. Oleh karena itu, meskipun
penisku terasa besar
membengkak dan panas
berdenyut-denyut, karena
terpengaruh atas percakapanku
dengan Tacik yang sangat membangkitkan birahiku, aku
tetap mencoba untuk
mengalihkan pikiran tersebut
dengan menyelesaikan
pembenahan sumbu-sumbu
kompor yang diminta Tacik barusan.
Namun saat aku mulai bisa
mengusir pikiran jorokku untuk
bisa membelai, mengelus dan
meraba inci demi inci atas tubuh
putih mulus Tacik yang sedang mandi tersebut, tiba-tiba dari
kamar mandi terdengar
panggilan agak halus dari Tacik,
“Om.. sorry ya, tadi aku lupa
kalau sabun mandiku udah habis,
tolong ambilkan sabun mandi dibungkusan belanjaan yang aku
taruh diatas meja barusan
ya..”? Pintanya dengan suara
yang agak manja.
“Diambil sendiri chan bisa sih
Cik, tanganku belepotan minyak tanah nich..” Jawabku sambil
melihat kearah meja yang
dimaksud dan memang benar
diatas meja dapur terdapat
bungkusan belanjaan yang
terbungkus tas kresek hitam. “Tolong dong Om.. aku udah
telanjur telanjang bulat nich..
malu khan kalau keluar dalam
keadaan bugil..”? Pintanya lagi
dengan suara yang lebih manja.
Sesaat, mendengar suaranya yang manja itu, aku jadi lupa
atas anggapanku kalau Tacik
lagi melaksanakan tugas reserse
dari isteriku. Maka seketika, pikiran jorokku
terhadap Tacik menjadi bangkit
dan menggelora bagai air bah
yang datang dengan tiba-tiba.
Kemudian aku bangkit berdiri
untuk cuci tangan, dan melangkah kemeja dapur untuk
mengambil bungkusan belanja
yang berisi sabun mandi
tersebut.
” Oke.. oke.. tak ambilin dech..”,
Kataku agak parau, membayangkan ketelanjangan
Tacik yang punya body aduhai
dan semlohai itu. Setelah kudapat sabun mandi
yang diminta, aku langsung
menuju kamar mandi, dan
ternyata benar pintunya tidak
dikunci, sedikit terbuka, dan
dari dalam kamar mandi terdengar teriakan kecil Tacik
“Cepat dikit donk Om..,
kelamaan telanjang bisa-bisa
masuk angin nich..”. katanya
sangat manja dan begitu
menggoda nafsu birahiku Begitu sampai di pintu kamar
mandi, aku kuakkan sedikit
pintunya dan memang benar
apa yang dikatakan bahwa
Tacik bener-bener dalam
keadaan telanjang bulat berdiri agak mengangkang, sehingga
dari celah belahan bongkahan
pantatnya yang gempal
kelihatan memeknya yang merah
tebal berbulu menyembul agak
malu-malu dalam posisi membelakangiku sedang
tangannya dijulurkan untuk
menerima uluran tanganku yang
mau memberikan sabun mandi
yang diminta. Sesaat melihat tubuh telanjang
Tacik pikiranku sebagai seorang
laki-laki jadi bergemuruh,
meledak-ledak dan nafsu
birahiku bangkit begitu
menggelora dan penisku semakin terasa panas, meronta-ronta
dan denyutannya semakin
terasa mendetak-detak kayak
detak jarum jam layaknya,
saking tidak kuatnya menahan
gelora nafsu birahiku, rasanya aku seakan ingin langsung
menerkam dan menelan bulat-
bulat tubuh telanjang yang ada
dihadapanku itu. Namun sebagai seorang intelek,
aku langsung berpikir, bahwa
apa yang dilakukan Tacik
dengan telanjang
membelakangiku berarti bukan
merupakan perasaan malu yang dia tunjukkan karena
berhadapan denganku, karena
apabila dia malu karena terlihat
telanjang olehku, tentunya pintu
tetap ditutup atau dibuka
sedikit dan tanganya bisa dijulurkan keluar untuk
menerima sabun, akan tetapi
dengan tindakan yang dia
lakukan aku mengira bahwa
yang diperbuat Tacik merupakan
faktor kesengajaan yang memang ingin menggugah
kelelakianku agar aku
terangsang hebat dan bergairah
sehingga aku tidak tahan untuk
bertindak brutal
menyetubuhinya. Berdasarkan pemikiran itu, maka
secepat kilat celana pendek
yang aku kenakan aku buka,
maka tersembullah penisku yang
sudah membengkak besar dan
berdenyut-denyut, lalu aku sorongkan penisku kejuluran
tangan Tacik, sambil berkata
“Cik sabunnya nich..”. Dan
juluran tangan Tacik menggapai-
nggapai untuk meraih sabun
yang dimaksud, karena jorongan penisku lebih rendah maka
tangan dan jemari Tacik aku
bimbing untuk memegangnya. Dan Tacik kelihatan agak
terperanjat malu karena sabun
yang seharusnya digenggamnya
dingin tetapi terasa panas
berdenyut-denyut, sesaat dia
menoleh untuk melihat benda yang dipegangnya, respon yang
ditunjukkan demi melihat penisku
sudah ada dalam genggamannya
seakan-akan terkejut “Ahh, Om
nakal banget sih dan punyamu
bener-bener luar biasa, besar, keras dan kokoh sekali..”
katanya sambil tersenyum
melihat keberhasilan upayanya
untuk memancing birahiku. Kemudian tanpa perasaan
sungkan dan malu-malu lagi
maka kurengkuh dan kubalikkan
tubuh telanjang Tacik untuk
saling berhadapan dan aku
dekap erat-erat sambil tidak lupa aku lumat bibirnya yang
sensual, dan dengan rakus
sekali Tacik membalas lumatan
bibirku, “Ahh.. sshh.. eehhmm..
omm.. oohh..”. Bibirnya yang merah dan panas
terus melumat ganas sambil tak
lupa lidahnya dia julurkan masuk
kemulutku.. saling menghisap dan
memainkan lidah kami masing-
masing.. sshh.. mmckk.. sshh mmcckk.., tangan Tacik yang
satu menggenggam erat penisku
yang semakin keras
denyutannya sedang yang lain
membelai-belai punggungku. Badanku rasanya seperti dialiri
listrik yang bertegangan tinggi
ketika lidahku dia hisap kayak
ular sedang melahap mangsanya
dan pelukan tangannya semakin
erat saja rasanya seakan kuatir aku terlepas, sehingga buah
dadanya yang besar padat itu
terasa mengganjal empuk
didadaku menambah kenikmatan
adegan peluk cium dan hisap
menghisap lidah yang sedang berlangsung seru.
Sesaat setelah adegan melumat
dan menghisap lidah
bersangsung aku perhatikan
ada perubahan dalam tubuh
Tacik, mukanya kelihatan lebih memerah dan matanya sayu
sekali, dia kelihatan pasrah dan
gejolak birahinya seperti sudah
tidak tertahankan untuk
diperlakukan lebih lanjut. “Omm.. berbuatlah sesuka
hatimu.. aku pasrah.. puaskan
aku.. ahh.. sshh.. desahnya sambil
menengadahkan mukanya agak
keatas” Lalu tanpa disuruh lagi
aku jilati lehernya yang jenjang itu dengan pelan dan penuh
kemesraan, ” Ahh..sshh aahh ..
sshh.. erangnya sambil sedikit
menggeliat, dan aku teruskan
jilatan-jilatan leher itu ke
bagian bawah, pada saat jilatan mengenai puting buah dadanya
yang besar dan kenyal, Tacik
tersentak bagai tersengat
listrik.. ahh.. ooh.. Omm.. terus..
om.. hisap terus Om.. dan
putingnya aku permainkan dengan lidahku, bergantian
antara aku jilat dan hisap,
kadang aku gigit kecil dan
akibatnya Tacik menjadi samkin
liar antara menggeliat,
mendongak dan mengerang..eehhmm.. sshh..
aayyoo.. Omm.. lakukan
semaumu.. hhmm.. uueennaak
Omm.., erangnya sambil
membelai-belai kepalaku disertai
remasan tanganya yang agak liar. Setelah puas dengan isapan dan
gigitan pada puting buah
dadanya, lalu aku telusuri
bagian tubuhnya inci demi inci
kebagian bawah, dan aku
berhenti saat jilatan lidahku sampai pada tali pusarnya yang
agak berlobang kedalam, dan
lidahku aku julurkan untuk
mengorek-orek lubang tali
pusarnya, akibatnya gerakan
menggeliat dan meliuk tubuh Tacik semakin menjadi-jadi.
Mungkin ini juga merupakan
daerah sensitive Tacik, terbukti
dia menikmati sambil merem
melek matanya, dan akhirnya
kakinya sedikit demi sedikit mulai mengangkang akibat
kegelian dan rangsangan yang
dia rasakan atas jilatan-
jilatanku. “Ayo Om.. lebih kebawah lagi..
sshh.. hhmm..” erangnya seperti
habis makan sambal yang terlalu
pedas rasanya. Aku sengaja
tidak menuruti permintaannya,
dan aku ingin tahu sejauh mana pertahanan Tacik dalam
mengendalikan emosi birahinya,
malahan aku kembali berdiri dan
mulai menghisap lagi puting buah
dadanya. Dan dia mendesah-
desah. “Ahh.. Omm.. aku tak tahan lagi..
setubuhi aku sepuasmu.. oohh..
sshh.. ahh” erangnya sambil
mendesis-desis seperti ular yang
sedang mengincar mangsanya. Mendengar erangan dan
desisannya aku akhirnya juga
jadi tidak tahan lagi, pelan-
pelan pahanya yang putih mulus
itu aku renggangkan dengan
sebelah kakiku, pahaku aku gesek-gesekkan kememeknya
yang tebal empuk dan berbulu
lebat, dan ternyata didaerah
memeknya sudah terasa licin
berlendir, mungkin akibat
rangsangan yang aku lakukan membuatnya hampir bobol
pertahanannya. Saat pahaku aku gesek-gesek
dimemeknya yang udah basah
berlendir itu, reflek yang dia
tunjukkan merem melek
keenakan, “Ohh.. sshh.. uuenak
sekali Om..” Erangnya sambil kemudian mendekapku erat-
erat dan buah dadanya yang
besar, padat dan kenyal itu
semakin terasa mengganjal
empuk didadaku, seakan ingin
menambah dan mengobarkan gemuruh birahiku, dan rasanya
tubuh kami seakan menyatu
yang tak mungkin terpisahkan
lagi. Penisku sendiri rasanya sudah
nggak tahan untuk segera
bersarang kememeknya yang
sudah licin berlendir itu, tetapi
saat ini yang ada dalam
pikiranku bagaimana caranya untuk bisa membuat Tacik
begitu terkesan untuk
menikmati kejadian ini, toh
cepat atau lambat tubuh
telanjang yang ada didekapanku
telah pasrah untuk disetubuhi dengan sepuas-puasnya. Maka untuk melaksanakan
pemikiranku itu, aku dengan
sedikit kesabaranku berusaha
untuk membuat Tacik begitu
terkesan, dan akhirnya tubuh
telanjang Tacik aku angkat keatas bak mandi, dan
kelihatannya Tacik udah bener-
bener pasrah atau mungkin
sudah tidak kuasa lagi
membendung gejolak birahinya
saat kedua kakinya aku buka lebar-lebar, sehingga kelihatan
mengangkang, dan pada belahan
pahanya terpampang memeknya
yang menggunduk dan kelihatan
merekah seperti bunga matahari
yang lagi mekar-mekarnya, sedang disekeliling memek
ditumbuhi bulu-bulu rambut
yang begitu lebatnya, belahan
memeknya telah basah, licin
berlendir dan diantara belahan
memek terlihat daging sebesar biji kacang berwarna merah
mencuat dengan lancipnya,
seakan menantangku untuk
bertarung mengadu
keperkasaan. Dan aku mulai membelai pahanya
dengan halus dan perlahan
mendekati seputar memeknya,
dan tubuh Tacik mulai
menggeliat-geliat merasakan
sentuhan tanganku, setelah aku puas memainkan tanganku
disekitar memek, lalu aku mulai
menjilati bibir memeknya dengan
bibir dan lidahku, akibatnya
Tubuh telanjang Tacik tersentak
tatkala jilatan lidahku menyentuh klitorisnya.
“sshh.. sshh Om.. sshh uueenak..
sshh .. teruss Oomm.. sshh..
uuhh..” erangnya dengan mata
yang membeliak penuh
kenikmatan. “Tenang Cik.. nikmati
aja..”jawabku sekenanya.
“Sshh.. ayoo.. Oomm.. masukkan
kontolmu Omm.. aku udah nggak
tahann..” Pintanya sambil
mencengkeram kran bak mandi. “Ssshh.. eehh.. sshh.. oouuhh..”
erangnya lagi sambil
mengangkangkan kedua
pahanya lebar-lebar.
“Aaauuhh..”
“Ssrrtt.. ssrruup.. srrup..” jilatan lidahku makin dalam
menjelajahi dan mengorek-
ngorek rongga-rongga
memeknya yang membusung
tebal penuh bulu-bulu yang
lebat. “Aauuhh.. aahh..”
Lendir-lendir yang keluar dari
rongga memeknya semakin
banyak mengalir dan terasa asin
sekali, apalagi bercampur
dengan air ludahku, sehingga seperti busa sabun layaknya. Begitu erangan, lenguhan dan
gerakan tubuh bugil Tacik
semakin liar tak terkendali,
maka ritme jilatanku semakin
kupercepat dan aku selingi
dengan hisapan pada bagian klitorisnya.
Akibatnya, “Aaauuhh.. aauuhh..
oouuhh.. Omm.. sshh.. eehh..
hheekk.. ss.. aahh.. hh” sambil
mengerang dan melenguh
histeris tubuh telanjang Tacik mengejang dan keduanya
pahanya menjepit kepalaku
dengan keras sedang tangannya
mencengkeram dan
membenamkan kepalaku dalam-
dalam kepermukaan memeknya yang sudah bersimbah lendir.
Sesaat setelah tubuh
telanjangnya tersentak kejang,
akhirnya terkulai lemas. Sambil turun dari bak mandi
Tacik merangkul dan menciumku
dengan mesra sambil berkata
“Omm.. makasih ya, aku udah
lama nggak melakukan sex, aku
rasanya udah bener-bener nggak tahan sejak lihat batang
penis Om menyembul tadi,
sekarang giliranku untuk
memuaskan Om..” pintanya
sambil tangannya yang lembut
menggenggam batang penisku yang sudah berdenyut-denyut
seakan mau meledak rasanya.
Kemudian tubuh telanjang Tacik
jongkok, sambil lidahnya
dijulurkan untuk membelai dan
menjilati kepala penisku. “Aauuhh.. Ciikk..”?
“Mmck.. ffcckk.. ffcckk..”ritme
jilatan Tacik semakin dipercepat.
“Ssshh.. oouuhh.. Cikk..,
uueenakk..”
Kemudian Tacik dengan lahapnya mengocok-kocok batang penisku
kedalam mulutnya, dijilat, dihisap
dan saat batang penisku dalam
rongga mulutnya, lidahnya
dengan lincah membelai-belai
kepala penisku. “Ooouuhh.. sshh.. oouuhh..”,
badanku rasanya ringan
melayang dan disetiap jengkal
tubuhku seakan ikut merasakan
kenikmatan yang aku alami saat
ini. Dan dalam sekejap, dari dalam
tubuhku seakan ada aliran
kenikmatan yang mendesak-
desak untuk keluar melalui
batang penisku, walaupun
kucoba untuk menahannya, ternyata aliran kenikmatan
yang terpusat melalui batang
penisku tak kuasa aku tahan,
akhirnya, “Aaauuhh.. crreett..
ccrreett.. ccrrtt..”, keluarlah
cairan putih kental dari batang penisku.
“Hhmm.. mmck.. mmck.. mmcckk..
sshh .”
Cairan sperma yang keluar dari
batang penisku ditelan dengan
lahapnya oleh Tacik, seakan cairan putih kental itu
merupakan sumber air
kehidupan baginya, setelah puas
menelan cairan kental tadi,
bahkan mulut Tacik masih
sempat menghisap-hisap kepala penisku seakan-akan tidak ingin
ada yang tersisa, dan sebagian
yang tercecer dibatang penisku
dijilatinya sampai bersih.
“Uenak Om.. mmck.. mmck ..
spermamu rasanya gurih sekali..” katanya sambil berdiri
dan memelukku serta menciumku
dengan mesra sekali, sedang
tangan kanannya masih
memegang erat batang penisku
yang masih kokoh berdiri walau sudah mengeluarkan sperma. Kuakui dalam hal sex, aku
memang sangat tangguh,
biasanya kalau berhubungan
badan dengan isteriku, aku bisa
bertahan lama walau isteriku
sudah dua kali, bahkan tiga kali mencapai kepuasan. Sedang
dalam pandangan Tacik mungkin
hal ini dianggap luar biasa,
melihat keperkasaan dan
kejantananku dalam melayani
nafsunya. Selanjutnya dari adegan peluk cium dan jilatan-
jilatan lidahnya, birahiku yang
nyaris mau surut menjadi
berkobar lagi, bahkan lebih
menggelora. Tubuh telanjang Tacik yang
memeknya sudah basah
berlendir itu, aku bimbing pelan-
pelan untuk bersandar kedinding
kamar mandi, dan kakinya yang
sebelah aku angkat sedikit numpang clocet, sambil tetap
berciuman batang penis yang
masih dalam genggamannya aku
sorongkan mendekati gundukan
tebal memeknya yang berbulu
hitam lebat, lalu kepala penisku aku susupkan kebelahan
memeknya, “Slleep.. oouuhh..
sstt ..”
Batang penisku akhirnya dengan
mudah amblas melesak
kebelahan memeknya, karena cairan lendir dalam memeknya
begitu banyaknya setelah
mencapai klimaknya tadi.
“Aauuhh.. sstt..” teriaknya lagi
sambil kedua tangannya menarik
pantatku, sehingga batang penisku menjadi melesak semakin
dalam memasuki lubang
memeknya yang empuk dan
berbulu lebat itu. Pelan-pelan batang penisku
mulai memompa keluar masuk
memeknya dengan ritme yang
slow, sedang tangan Tacik tetap
berusaha membantu memegangi
pantatku seolah-olah takut aktivitas pompa memompa
memeknya yang licin basah
berlendir itu terhenti. Saat aktivitas pompa memompa
memek berlangsung, tubuh
telanjang tacik mulai menggeliat
kekanan dan kekiri merasakan
kenikmatan yang sedang
dialaminya. Buah dadanya yang besar kenyal, menggelantung
dan menempel empuk didadaku
saat aku merapatkan dadaku
ketubuhnya.
“Aauuhh.. sstt.. oouuhh..”
erangnya sambil mencengkeram erat pantatku.
“Ssstt.. oouuhh.. sstt.. oouuhh”
desisku merasakan kenikmatan.
“Terus Omm.. yeeaahh.. sstt..
oouuhh.. cepat dikit Omm..”,
pintanya sambil makin erat menarik-narik pantatku.
“Ouuhh.. oouuhh.. sstt..”
erangku lagi dan denyutan
batang penisku makin meledak-
ledak.
“sstt.. eehhmm.. sstt.. eehmm.. Omm, aku mau keluar..”
desisnya sambil menggeliat liar
dan tanganya mulai terlepas
dari pantatku lalu
mencengkeram pundakku.
“Cikk.. kita keluarkan bareng ya.. sstt.. Ooouuhh.. sstt..”
kataku sambil mempercepat
gerakanku.
Dan desakan yang mau keluar
dari batang penisku mulai tidak
kuasa lagi aku tahan, akhirnya sambil memacu gerakan
memompa memeknya lebih cepat
“Aaauuhh..”, menyemburlah
cairan hangatku menyemprot
lubang memek Tacik yang
berdenyut-denyut itu. “Ahh.. oomm..” teriaknya sambil
mencengkeran dan memelukku
erat-erat, dari lubang memek
Tacik yang juga terasa keluar
cairan hangat sehingga batang
penisku terasa dipilin dan dikenyot-kenyot dari dalam
gundukan memeknya yang
basah, hangat dan berdenyut-
denyut keras
“Makasih Omm.. aku bener-
bener merasa puas dan tubuhku walaupun lelah tetapi hati dan
pikiranku menjadi segar
kembali” katanya sambil tetap
memelukku mesra sekali setelah
dua kali mengalami puncak
kepuasan. “Omm..kalau nanti aku kepingin
melakukan lagi, maukah kamu
memberikan kontolmu yang gede
ini untukku..”? tanyanya lagi
sambil mengenggam mesra
batang penisku. “Okelah bisa diatur.. yang
penting kita harus tetap
menjaga kerahasiaan hubungan
kita ini.. Ok!?!” jawabku sambil
melumat bibirnya yang kenyal.
“Well, kalau gitu kita mandi bareng yookk.., aku juga segera
berangkat kekantor, nanti kalau
ada kesempatan lagi bolehlah
kita ulang lagi, Ok..?” kataku
sambil menyiram air kearah
tubuh telanjangnya yang mulus. Akhirnya kami berdua mandi
bersama sambil bersenda gurau,
sambil saling menggosok dan
menyabuni tubuh kamu
bergantian, setelah selesai
mandi aku dibuatkan segelas air susu dan sehabis meminumnya
kemudian aku pamit pulang, tak
lupa Tacik memberikan ciuman
panjang dan hisapan lembut
dibibirku.