watch sexy videos at nza-vids!
Layanan : buat email yuk di Gmail !!

Kubayari Kuli Tua Itu

Didikan dan dorongan dari
orang tuaku mampu
menghantarkanku menjadi
orang yang memiliki status
sosial dan ekonomi lumayan
dibandingkan keadaan keluargaku sebelumnya ketika
aku masih kecil. Maklum kami
berasal dari keluarga yang
cukup bersahaja. Aku selalu disuruh belajar dan
belajar. Kata mereka, bila ingin
memperbaiki tingkat kehidupan
maka kita harus giat belajar
sehingga kelak setelah memiliki
ilmu yang tinggi dan lulus dari perguruan tinggi, rejeki akan
lebih mudah didapat. Orang
tuaku ada benarnya meskipun
sekarang banyak sekali sarjana
menganggur, kalah sama yang
berani mengambil kesempatan apa saja biarpun tidak tinggi
sekolahnya. Namun
sesungguhnya ada
kekurangannya juga. Setelah
menyandang gelar S1 di salah
bidang keteknikan aku beruntung dengan amat
mudahnya mendapatkan
pekerjaan yang bergengsi. Namun seperti yang telah
kusebutkan tadi, aku begitu
terobsesi dengan isi otak
belaka, namun tidak dalam hal
kepandaian bergaul. Lebih
parah lagi dalam hal bergaul dengan cewek. Asli seperti
layaknya murid TK bila
dibandingkan dengan para pria
dewasa lainnya. Di samping
memiliki masalah dalam psikologi,
kelemahan lain yang juga kritis yang kuidap adalah masalah
fisiologi. Aku lemah. Aku terlalu acuh
dan menganggap remeh
masalah olah tubuh. Dampaknya
adalah aku tidak memiliki
kekuatan fisik yang prima yang
seharusnya dimiliki oleh seorang pria. Tubuhku memang tidak
kerempeng, namun kurang
berotot dan bertenaga, dan
celakanya lagi untuk urusan
seks aku tidak terlalu 'jantan'.
Bila melihat wanita cantik aku hanya sekadar ngiler saja
tanpa berani bertindak lebih
jauh, takut mengecewakan.
Akhirnya aku hanya mampu
dari ke hari membayangkan
mereka saja. Selebihnya onani, itupun paling seminggu sekali,
bila kantong pejuhku sudah
kurasa penuh. Tapi biarlah, tidak semua yang
kita inginkan di dunia bisa kita
dapatkan, Tuhan telah sangat
adil membagi karunia-Nya. Ada
yang diberi kelebihan rejeki,
ada yang diberi kelebihan penampilan fisik, dan ada yang
diberi kelebihan kekuatan fisik. Sesungguhnya semua itu
tergantung juga dari cita-cita,
tempaan hidup, ataupun
keadaan yang kadang tak
dapat dihindari atau
dikehendaki sebenarnya. Mungkin semua orang ingin
kaya, namun berhubung satu
dan lain hal mereka tidak
beruntung mendapatkannya.
Akan tetapi sebenarnya bila
mereka pasrah dan mampu berpikir positif untuk menggali
kelebihan-kelebihan dari
kekurangan-kekurangannya
(seperti setali dua uang, di
satu sisi ada plus pasti di sisi
lain ada minusnya), mereka akan menemukan keunggulan
tersendiri yang mungkin tidak
dimiliki oleh orang yang mereka
anggap 'beruntung'. Begitulah kehidupan,
kebanyakan orang hanya
mampu mendongak ke atas,
selalu berkeluh kesah
memprihatini diri sendiri atas
kelebihan orang lain. Sementara aku saat ini memiliki
pandangan lain, aku suka iri
melihat para pria perkasa yang
akibat tempaan hidupnya yang
berat justru membuat mereka
memiliki kekuatan fisik yang prima, sekaligus memiliki pesona
seksual yang luar biasa bagi
lawan jenis. Aku merasa bahwa kelebihan
materiku paling hanya dapat
menyilaukan mata wanita, tapi
tidak benar-benar mampu
membuat mereka bertekuk
lutut. Mereka mudah dekat denganku karena statusku,
namun aku merasa mereka
tidak benar-benar di 'dekatku'
setelah merasakan 'keintiman'
denganku. Sehingga pada suatu ketika
aku menemukan metode yang
kuanggap dapat memuaskan
hasratku, meskipun tidak
secara langsung namun
ternyata luar biasa kenikmatan yang dapat kuraih, yaitu
memuaskan diri dengan
meminjam kemampuan orang
lain. Inilah sebagian kisah-kisahku
dalam mendapatkan kepuasan
seksual tetapi tidak secara
langsung melakukannya sendiri,
alias kepuasan sekunder. Menyutradari Suatu pagi di hari Sabtu ketika
sedang jalan-jalan cari angin
untuk menumpas kejenuhan
dan kepenatan kerja beberapa
bulan ini aku mencoba rute ke
arah pelabuhan yang selama ini belum pernah kucoba. Memasuki
tol dalam kota aku menuju
arah pelabuhan Tanjung Priok.
Rencanaku adalah melihat-lihat
suasana pelabuhan. Mengamati
kapal berlabuh atau berlayar, kesibukan bongkar muat, atau
hal-hal lainnya yang benar-
benar baru. Kuparkir mobil di areal parkir
lalu aku mendekati anjungan
sambil bersedeku di pagar.
Hawa semilir pelabuhan masih
segar di pagi hari. Kesibukan
pelabuhan sudah mulai. Pertama kuamati kapal besar
yang berlabuh. Nampaknya
kapal barang, karena lebih
banyak barang yang turun
ketimbang manusia. Tiba-tiba
terlintas kilat sesuatu di kepalaku. Aha, kenapa tidak
kucoba? Lalu mulai kuteliti satu
per satu para kuli pelabuhan.
Ada beberapa yang tua, namun
kebanyakan masih muda. Badan
mereka rata-rata kekar berotot. Rata-rata berkulit
gelap mungkin karena
tertempa teriknya matahari
pelabuhan selama bertahun-
tahun. Tapi bagaimana
caranya? Aku sedang mendebat diriku sendiri. Ah,
macam mana mereka bisa
menolak penawaranku. Lalu aku mencoba menyeleksi
secara diam-diam, siapa
diantara mereka yang hendak
kupilih sebagai calonnya. Yang
tua? Sebenarnya nggak
masalah, toh mereka nampaknya juga masih jantan.
Yang muda, tentu saja memiliki
peluang keberhasilan yang lebih
besar untuk rencanaku nanti. Akhirnya kupilihlah yang agak
tua, sekitar 50 tahunan,
dengan pertimbangan yang tua
lebih berpengalaman dan lebih
mampu mengendalikan
permainan. Di samping itu itung- itung membantunya secara
finansial, kasihan tua-tua masih
banting tulang menjadi kuli. Nah
sekarang tahapan selanjutnya
adalah melobi dan merayu si
Bapak agar bersedia menjadi aktor dalam permainan erotis
ini. "Pagi?", sapaku mencoba
ramah.
"Pagi juga", bapak ini agak
terkejut dan grogi ketika
disapa seorang perlente
seperti diriku ini (hehe memuji diri sendiri) hingga menimbulkan
sejuta pertanyaan baginya,
tiba-tiba ada orang asing yang
menyapanya.
"Boleh ngomong sebentar, 5
menit aja Pak". "O.. Oh ya boleh, boleh, ada apa
Den?".
"Panggil aja Prakosa, jangan
pakai Dan-Den segala",
gurauku. Mencoba mencairkan
ketegangan. "Gini Pak, saya mau minta
tolong tapi saya juga khawatir
akan Bapak tolak mentah-
mentah." Bapak ini menunggu kalimatku
selanjutnya, lalu nggak tahan
akhirnya bertanya. "Pertolongan apa, Nak
Prakosa?".
"Istri Bapak ada di mana? Di
kampung atau dibawa ke
Jakarta sini?".
"Ah ya ditinggal di kampung saja Pak, susah kalau dibawa
ke sini. Berat hidup di Jakarta
Pak." Oho, ada peluang nih. "Lah berapa lama Bapak tidak
ketemu istri?", pancingku.
"Sebulan, kadang lebih. Emang
kenapa ya Nak?".
"Nggak kok, apakah Bapak
tidak terlalu lama berpisah dari istri", kukupas halus naluri
dasar seorang manusia,
khususnya pria.
"Heh heh.. Bapak tahulah
maksud Nak Prakosa. Habis
gimana yah, memang masalah makan jadi nomor satu bagi
saya. Jadi harus berjauh-
jauhan dari istri agar ada yang
bisa dimakan. Daripada kumpul,
kami mau makan apa?".
"Okelah gini Pak, singkat kata aja ya, saya mau membantu
Bapak untuk menyalurkan
kekangenan Bapak kepada istri
atau wanita tepatnya."
"Waduh, Bapak nggak punya
duit lebih untuk begitu-begitu Nak."
"Oh tidak, tidak, Bapak tidak
perlu mengeluarkan biaya. Nanti
biarlah saya yang membiayai
semua ini bahkan ada tips buat
Bapak. Jadi tinggal Bapak bilang saja bersedia nanti sisanya biar
saya yang urus. Gimana, mau
nggak Pak?" Hampir aku kejedot rantai
kapal yang besar-besar itu
ketika si bapak akhirnya meng-
aprove proposalku. Laki-laki
mah di mana-mana sebenarnya
sama saja, sulit menolak penawaran menggiurkan
seperti ini. Aku sudah bergairah
duluan ketika membayangkan
bakal ada adegan panas
antara 'Beauty and the beast'.
Permainan kontras yang mampu melecut gairahku. Kuputuskan segera mengontak
sang pemeran wanita pagi-pagi
supaya tidak keburu dibooking
orang. Begitu mendapat
konfirmasi atas kesediaannya
untuk menyediakan waktunya malam ini, maka bergegas pula
kukontak sebuah hotel kelas
sedang. Yang penting
tempatnya agak terlindung dari
keramaian. Si bapak akan
kujemput duluan sore-sore dari tempat kerjanya sesuai janjiku
untuk mengurus semuanya.
Sementara pemeran wanita
akan datang sendiri tanpa
perlu dijemput. Aku biasa membeli tabloid-
tabloid panas yang banyak
tersedia di ibukota. Aku suka
memelihara gairahku akan
wanita dengan berlangganan
membeli filem bokep, tabloid atau majalah panas yang berisi
info mengenai esek-esek di
ibukota. Dengan seringnya
berlangganan membeli tabloid
semacam itu, aku jadi banyak
mendapatkan informasi mengenai agen-agen yang
menyediakan wanita untuk
melayani syahwat para lelaki/
wanita. Jam 20.00 aku dan si bapak
telah berada di dalam kamar
hotel setelah makan malam,
kami mengobrol berbagai hal
sambil menunggu kedatangan
wanita cantik pesananku. Tentu saja tarif sekelas dia lumayan
mahal, di atas rata-rata tarif
wanita panggilan lainnya. Tapi
biarlah, fantasi kadang meminta
ongkos besar. Tit.. tit.., HP-ku berbunyi,
kuangkat.. "Yes dear, dah nyampe?".
"Udah di bawah Mas, di kamar
berapa?", terdengar suara
riang. Professional sekali. Semua
dilayani dengan riang asal
sesuai tarif. "315, ke kiri dari lift ya."
"OK Mas.." Kulihat si bapak agak grogi
juga, kutenangkan bahwa
semua ini dilandasi alasan
komersial belaka. Jadi tidak
perlu takut akan ditolak. Siapa
tahu malah si wanita setelah malam ini akan menjadi
ketagihan kataku. Kan malah
lebih enak nanti-nanti dapet
layanan rutin gratisan dari si
Mbak, gurauku. Banyak kok
wanita yang menginginkan seks sejati, yang benar-benar
mampu membuat si wanita
terkapar dalam orgasme sejati.
Dan itu tidak ada kaitannya
dengan siapa bapak, tetapi apa
yang bapak dapat lakukan untuk memuaskan si wanita. Si
bapak mulai kendor
ketegangannya. Ting.. tong.., Kubuka pintu
kamar. "Hai", salamnya.
"Hai juga, sendiri apa dianter?",
kutanya basa basi.
"Dianter demit apa, hehehe",
cair sekali suasananya. Semoga semuanya berjalan
lancar. Ini semua demi
kepentinganku, menyalurkan
hasrat seksualku yang lagi
menuntut. Kuamati dandanannya cukup
berkelas, bahkan tidak nampak
norak bak pelacur kelas
jalanan, maklum eks model.
Memang yang kupilih adalah
eks model untuk memastikan kualitas kecantikannya.
Sebenarnya banyak juga yang
cantik-cantik yang bukan
model, tetapi daripada seperti
memilih kucing dalam karung
mendingan cari kepastian aja deh. Kulit putih mulus, tinggi
langsing dengan dada
menjulang, hidung mancung dan
wajah oval. Klop sebagai the
beauty. Dia sempat agak kaget ketika
ada orang lain di situ, Bapak
itu, yang duduk di kursi pojok
ruangan. Bapak itu anteng saja
dan tidak menatap sama sekali
sang aktris. "Della, ehm sori ya kita perlu
bicara sebentar", aku mulai
menceritakan semuanya sejak
masalahku sampai hasratku
yang dapat dipenuhi melalui
cara ini. "Tenang aja Mas, no problem,
it's all about money, Dear. But
it's better when he could make
me satisfied. Who knows." Aku lega sekali, malah dia mulai
menatap bapak itu dengan
tatapan tajam dan
mengundang. Kudekati si bapak
dan memberitahukan bahwa
wanitanya oke-oke saja malah penasaran ingin menikmati
tubuhnya. Si Bapak mulai
bangkit dan berani menatap Si
Wanita. Aku duduk di pojok dan
mempersilakan keduanya
melakukan adegan sesuai
dengan inovasi mereka sendiri.
Keduanya duduk di tepian
ranjang. Sengaja tadi si Bapak tidak kusuruh mandi dulu,
badannya masih berkilau-kilau
berkeringat meskipun sudah
agak lama terkena AC kamar
hotel. Biarlah mereka yang
memutuskan untuk mandi atau tidak. Si Bapak masih canggung, Si
Wanita yang membimbing.
Dipegangnya tangan Si Bapak
lalu ditimpakan di pangkuannya
sambil diiringi dengan lembut
tatapan merayu seorang wanita. Badannya mencondong
sehingga tetek sebelahnya
yang gede itu telah berkenalan
dengan lengan Si Bapak yang
kokoh. Nah, Harimau sudah menggeliat
mulai terpancing dari tidurnya.
Direngkuhnya pundak Della.
Dibelai-belai, dan tangan
satunya mulai mengusap-usap
paha. Della menggelinjang karena tangan kasar itu
sangat efektif meraba ujung-
ujung sarafnya. Della sedang mencoba dunia
baru. Dunia bawah tanah yang
tidak pernah ditengok
sebelumnya. Rasa penasaran
membangkitkan gairahnya.
Roknya berbelah tinggi, hingga ketika duduk pahanya sudah
terpampang telanjang sampai
pangkal. Si Bapak yang bibirnya
hitam kasar mendekat menuju
pipi. Nafas nampak mulai
memburu dan bertekanan, otot- otot mukanya mulai bangkit
menonjol dan mengeras. Pemandangan erotis yang luar
biasa ini ditangkap oleh mata
Della sangat mengkilik-kilik
nurani kewanitaannya. Ingin ia
melayani dan memuaskannya.
Naluri bawaan setiap wanita. Aku ikut mulai menghangat. Ketika Della mulai membuka
kancing baju batik lusuh Si
Bapak satu-persatu dari ujung
atas, bibir hitam dan tebal Si
Bapak sedang mulai menyapu-
nyapu pipi mulus Della. Pipi Della merona hangat dialiri darah
yang terpacu oleh jantung
yang meningkat detaknya. Permainan semakin meningkat
dengan mulai naiknya usapan
telapak lebar dan kasar Si
Bapak menuju pangkal paha.
Della meremang. Tubuhnya
menjadi makin merapat, teteknya ingin mendapatkan
tekanan-tekanan yang lebih
kuat dari tubuh si laki-laki
perkasa. Setengah
kesadarannya mulai
meninggalkan dirinya. Ia ingin semua tubuhnya dirajam
tangan-tangan kasar itu. Dibelai-belainya lengan-lengan
Si Bapak, menyelami betapa
perkasanya lelaki ini. Darahnya
berpacu kencang. Mukanya
semakin merona merah
memberitakan tentang hasrat. Ciuman-ciuman menjilat
berpindah ke arah leher di
belakang telinga Della, lenguhan-
lenguhan kecil menjadi tak
terbendung. Semuanya dari
dalam dirinya ingin keluar bebas. Aku spanning. Tak
sedetikpun kulewatkan adegan
real bokep di depan mataku. Tangan kiri Della mulai
menjemput pangkal paha Si
Bapak dan mulai mengusap-
usap kelelakiannya. Kadang
diselingi dengan menekan-
nekan. Si Bapak mulai melenguh- lenguh juga. Otot-otot
wajahnya semakin tegas dan
menebal. Lalu menggulati
dengan penuh tubuh Della,
merengkuh kuat. Yes, luar biasa. Kaki kiri Della
sudah menumpang di atas paha
kiri Si Bapak. Mereka mulai
berpagutan sambil duduk di
tepian ranjang, bibir hitam
tebal berbau rokok lisong melawan bibir mungil mulus
merah merekah milik Della.
Sensasional sekali. Adegan ciuman dan saling
melumat berlangsung, berpagut
beradu lidah. Dua kutub dunia
sedang berpadu di kamar hotel
ini. Karena berasal dari dua
kutub ekstrim maka tarikannya luar biasa kuat. Sedotan-
sedotan kuat mengiringi
permainan pemanasan. Kuasa
birahi mulai menancapkan
kukunya pada dua makhluk
yang sedang bercumbu ini. Della tidak tahan dan sekarang
mulai penuh mengangkangi
dengan duduk di atas
pangkuan Si Bapak.
Punggungnya dijamah dan
diusap-usap sampai batas leher belakang dengan tangan-
tangan tua namun masih kekar
dan berotot itu. Della merinding
sehingga bulu kuduknya
meremang. Urat-urat tuanya
yang menonjol yang sedang menggarap punggung Della
membangkitkan kesan visual
yang luar biasa. Adegan dilanjutkan dengan
saling kulum kembali dan kedua
lidah berlawanan jenis itu saling
menggenjot dan berpagut.
Kecipak-kecipak bunyi ludah
menyemangati keduanya. Rasa jijik telah musnah dirontokkan
oleh birahi yang menyeruak
paksa. Libido mengambil kendali. Si Bapak mengamati Della yang
telah mulai banyak
memejamkan mata dalam
penghayatan. Della sudah dalam
kekuasaannya. Si Bapak masih
memegang kendali. Belum terlarut, pengalaman dan usia
membuatnya menang angin. Adu mulut disudahi dengan
menurunnya serangan Si Bapak
menuju tetek-tetek Della.
Kepala Della mulai terayun-
ayun ke belakang dengan mata
yang sayu-sayu mengawang. Rambut ikalnya yang sepanjang
bahu terburai dari ikatannya.
Kaki-kaki putih langsingnya
kokoh mengapit dan sudah
nampak tegang. Dari samping aku dapat melihat
bagian depan Della telah
ditelanjangi, tetek-teteknya
telah dikupas keluar dari Bra-
nya sehingga tetek-teteknya
malah kelihatan tambah mencuat karena tersangga
oleh Bra-nya yang masih
menggantung kencang. Tetek-
teteknya luar biasa mulus dan
kencang, putingnya mengeras
merah tua, dan sekarang sedang disedot-sedot rakus
oleh Si Bapak. "Enak Neng?", pertanyaan yang
tidak perlu diajukan. Della sudah mulai menggelepar
pasrah. Semua sarafnya telah
bersedia untuk meneruskan
penjelajahan. "Eehhm.. Ehh..", hanya lenguhan-
lenguhan Della yang keluar
sebagai tanda penerimaan yang
tidak dibuat-buat. Sensitivitas kewanitaannya
telah terangsang sempurna.
Pantatnya ditekan-tekankan di
atas gundukan kelelakian Si
Bapak yang telah menjulang
karena vegynya kini telah ikut mulai gatal dan geli karena
dipengaruhi hormon
syahwatnya. Pergerakan olah asmara
merangkak dengan irama yang
mengalir alami. Lalu tiba-tiba
tangan kiri Si Bapak menyelinap
dari belakang pantat Della,
masuk ke dalam CD-nya dan menjangkau liang kewanitaan
Della. Si Bapak ahli
mengaparkan wanita agar
semakin tenggelam dalam kuasa
nafsunya sendiri. Semua
dirangsangnya maka wanita akan mabuk birahi. Semakin liar
Della menggolek-golekkan
kepalanya. "Oohh yess.. Arrgghh.. Fuck me..
Ooh my old man..", rintihan-
rintihan erotis menggema di
ruangan. Si Bapak mengangkat Della
dengan entengnya (biasanya
mengangkat beras sekwintal,
Della paling 55 Kg). Lalu
direbahkannya telentang di
ranjang. CD Della dilolosi. Rok dan bajunya masih dibiarkan
belum dilepas. Roknya disingkap.
Nampak di depan matanya
sebuah keindahan dunia.
Selangkangan yang bersih
mulus dilengkapi dengan rambut-rambut kemaluan yang
dipotong rapi. Di tengah-
tengahnya bersemayam lubang
kenikmatan berwarna merah
dadu. Si Bapak terpana. "Memek kayak Neng ini bagus
benget ya, indah sekali dan
wangi. Bapak ingin melahapnya
Neng. Boleh ya Neng?". Tanpa persetujuan Della lalu
dengan rakusnya mulut Si
Bapak mulai mencomot vegy
Della. "Bapak akan menjilati memek
Neng sampai luber yaah..", Della
mengangguk dan memohon. Si Bapak menguakkan paha-
paha putih Della lebar-lebar
lalu menenggelamkan kepalanya
di antara keduanya. Bau wangi
vegy yang terawat Della
menyergap hidungnya. "Wangi sekali memek Neng,
oohh sedapnya."
"Ooggh yess.. Fuckkerrh.. Ssucck
mmee..", pantatnya terangkat-
angkat ketika mulut Si Bapak
mengulum bibir vegy Della. Lidahnya mulai dimainkan keluar-
masuk di liang kenikmatan Della.
Kadang melesak dalam-dalam
dalam rangka memburu dan
mencari itil, bila ketemu terus
disodok-sodokkan sampai membikin gila Della. Tangan Della
terbang kian kemari,
mencengkeram kepala Si Bapak
agar menekan lebih kuat,
menjambaki rambut sendiri, lalu
lurus mencengkeram sprei kuat- kuat. Begitu berulang-ulang
dan bergantian. Kaki-kaki
langsing putihnya telah
menumpang di atas pundak Si
Bapak berkelojot-kelojot. "Giillaa.. Ennaakkh.. Baanngeet..
Teruss.. Paakk.. Ayyoohh..",
hentakan-hentakan pantatnya
naik turun menandakan
nafsunya sedang memuncak
luar biasa. Dan yang lebih luar biasa permainan pemanasan
telah berlangsung setengah
jam lebih. Aku menelan ludah
dan melotot. Kukeluarkan
kontolku dan kukocok. Lalu si Bapak menghentikan
permainan lidahnya. Bajunya
dilepas, celananya, CD-nya, dan
jreenng, kontol hitamnya telah
mencuat tegak berkilau-kilau,
luar biasa besar dan panjang. Made in nature. Alam yang
menciptakannya. Aku iri hati.
Lalu si Bapak menaiki ranjang,
disorongkannya kontol
supernya ke mulut Della, Della
menyongsong nafsu. Tersedak. Lalu mulai menjilatinya. Meludah.
Mulai menjilati kembali. Ketika
batang sudah mengkilat lalu
bless, dimasukkan ke mulutnya.
Monyong mulutnya menampung
lingga segede itu. Tegar dan kokoh. Tangan kiri Bapak
menjangkau ke belakang,
mencari vegy Della. Lalu
dicolokkannya. Dengan jari
tengahnya lalu vegy Della yang
telah agak kuyup dikocok- kocok. Della menjerit-jerit. "Buussyeett.. Arrghh.. Aadduhh..
Aaghh.. Aahh ", Della mulai
menggila kembali. Kedua lubang
Della disenggamai bersamaan.
Mulut dan vegy-nya.
"Ayyoo neengg.. Teruss.. Aahh.. Ahh..", Si Bapak rupanya sudah
mulai fly juga. Dimajumundurkan
kontolnya sehingga mulut Della
termonyong-monyong.
"Seddott.. Seddott.. Neng..". Fantasi dikulum bidadari
menerbangkan jiwanya menuju
kesempurnaan kenikmatan
yang dirasakan oleh saraf-
saraf alat senggamanya.
Kekuasaan virtual bahwa telah mampu menindih dan akan
menyetubuhi seorang bidadari
dari negeri awang-awang telah
menghantar birahinya
melampaui batas kesadaran.
Ekstase. Osilasi pantatnya semakin akseleratif, kepala
Della terpental-pental maju
mundur. Dan crroott.. Crroott
luar biasa pejuh yang
diproduksinya. "Oohh neenngg.. Tellan..
Teellaan.. Pejuhh.. Baappaak..
Yaagghh", sambil terhentak-
hentak kelojotan Si Bapak
mengangkat kepala Della dan
menekan kontolnya agar tidak lepas dari mulut Della. Della gelagapan tetapi
menikmati menyeruput pejuh
yang banjir di mulutnya.
Menjilat-jilat lalu menelannya.
Aku belum keluar, pegel sedari
tegang terus belum ada hasil. Aku masih menginginkan adegan
senggama kelamin vs. Kelamin. Lalu robohlah sosok tua Si
Bapak menggelosor di samping
Della setelah nyaris 1 jam
permainan berlangsung.
Menelentang menatap langit-
langit kamar, nafas ngos- ngosan dengan dada kembang
kempis. Della belum klimaks.
Della melap mulutnya lalu
menuju toilet. Beberapa menit
kemudian dia keluar dengan
bertelanjang. Menghampiri Si Bapak, mengangkanginya, lalu
mulai mengocok batang kontol
Si Bapak. Memanasi Si Bapak,
dia ingin ikut dituntaskan.
Penyelesaian atas dirinya
adalah keharusan. Si Bapak semakin terpana,
tubuh yang begitu indah
menginginkan dirinya. Putih bak
salju, lembut dan mulus. Badan
ramping, tinggi, tetek besar,
perut rata, pinggang kecil, pantat padat montok, usia
masih belia. Tiada cacat atas
dirinya. Alangkah merasa
beruntungnya Si Bapak. Sudah
menikmati tubuh bidadari
seindah ini masih dibayar pula. Seumur-umur tidak pernah
terbayangkan sama sekali
bakal dianugerahi keajaiban
seperti ini. Kontol Si Bapak diusap-usapkan
ke bibir vegynya. Dia ingin
disetubuhi dengan sempurna,
vegynya ingin dimasuki. Mereka berdua telanjang kini.
Si Bapak di bawah, Della
mengangkang dan sedang
mengocok. Tangan Si Bapak
merengkuh tetek-teteknya,
meremas-remas, memilin-milin putingnya, lalu mengenyot-
ngenyotnya. Della masih panas,
tetapi dia masih belum
diklimakskan. Vegynya
meneteskan cairan-cairan,
nampak lebih kuyup dari sebelumnya. Dibangkit-bangkitkan kembali
gairah lelaki tua di bawahnya.
Dan tanpa menunggu lama
kontol Si Bapak mulai dialiri
darah kembali sehingga mulai
meregang. Della senang. Semakin ditekuninya kocok-
kocokannya. Dijilatinya tetek-
tetek Si Bapak. Tangannya
kadang mengelus pangkal
kontol, area penuh saraf, Si
Bapak mulai mendengus. Direngkuhnya agar Della
mendekat, dikulum puting-
puting teteknya, lalu mereka
berpagutan kembali. Tangan-
tangan berotot Si Bapak
bergeser meremas-remas pantat montok Della. Diusap-
usapnya bibir vegy Della, lalu
diselipkan jari tengah kedua
tangannya melesak ke lubang
vegy Della. Della menjerit. Ketegangan kontol Si Bapak
telah sempurna kembali, Della
menuntunnya menuju lubang
miliknya. Diusap-usapkan
terlebih dahulu memutari
sekeliling bibir vegynya. Della terpekik-pekik dan meregang-
regang. Lalu dijebloskannya
kontol itu pelan dan pasti. "Ehhg.. Egghh..", pantatnya naik
turun, maju mundur, mengebor
seluruh titik-titik
kenikmatannya. Matanya terpejam dengan bibir
yang menganga dan mendesah-
desah histeris. Pantatnya
diputar-putar, mencari
persinggungan kontol dengan
saraf di dalam lubangnya yang paling sensitif. Bila ketemu lalu
dia terpekik dan dipercepat
kocokannya. Si Bapak terbawa
gairah kembali sehingga
pantatnya pun ikut diputar
dan digoyang-goyangkan. Membikin Della semakin gila. Berhubung Si Bapak telah
sempat orgasme maka
permainan ini akan memakan
waktu lama. Hal ini bakal
menyenangkan dan memuaskan
Della sampai titik darah penghabisan. Della terus
mengocok-ngocokkan vegynya.
Kepalanya bergoyang dan
tergolek-golek liar ke kanan-
kiri. Desahannya semakin keras. "Auh.. Auh.. Emmfh..", keringat di
punggungnya mengalir deras.
Mukanya berleleran peluh. Della
masih butuh waktu. Gesekan-gesekan vegynya
dinikmati detik demi detik. Bibir-
bibirnya digigitnya sendiri. Dia
ingin berlama-lama memanjakan
vegynya mendapatkan desakan-
desakan kontol perkasa. Dia tidak ingin cepat berlalu, dia
menahan diri. Vegynya
berkedut, dia pelankan
genjotannya. Bila sudah agak
rileks dimulakannya lagi
gesekan vegy-nya. Dia ingin menikmati semalaman vegy-nya
dijajah kontol langka milik Pak
Tua ini. Dia tidak ingin
kehilangan kesempatan. Sudah
setengah jam dia memanjakan
vegy-nya. Lalu tiba-tiba Della
menghentikan kocokannya dan
meregang, kepalanya
melengkung dengan tangan
mencengkeram dada Si Bapak
kuat-kuat, badannya menggigil lalu menyentak-nyentak.
Orgasmenya telah tiba. "Ehh.. Ugghh.. Ehhmm.. Ohh..
Oohh.. Oogghh", lolongnya dan.. Crott.. Croott cairan
menyemprot dari lubang
vegynya. Seperti air kencing
mengalir deras keluar. Jari-jari
Si Bapak segera menyapu
cairan itu dan menjilatinya. Dia ingin menikmati cairan
kewanitaan Della. Seperti apa
rasa cairan seorang bidadari. "Enak nih pejuh Neng." Si Bapak belum orgasme, lalu
dengan cepat bangkit dan
ditunggingkan Della. Dengan
amat nafsu disodoknya vegy
Della dari belakang. "Ohh.. Neng.. Ooh.. Oohh.. Oohh..
Neengg", Si Bapak meracau
histeris sambil memacu
kontolnya menembusi vegy
dengan cepat dan bertenaga. Berkecipak-kecipak suara vegy
Della dihajar kontol Si Bapak
yang masih kokoh dan tegang
itu. Tangan kekarnya kadang
menepuk pantat bahenol dan
padat Della sampai merah kulitnya, Della meringis-ringis
antara nikmat dan perih.
Penderitaan kadang diserap
wanita sebagai bagian dari
kenikmatan. Terlebih secara
bersamaan dirinya sedang tenggelam dalam birahi. Adonan
yang menimbulkan kenikmatan
ekstra. "Aauughh.. Aaugghh..
Eehhmggh..", Della mulai
bergairah kembali. Vegynya
berdenyut-denyut menyekap
kontol Si Bapak sehingga dari
mulut Si Bapak mencerocos erang-erangan kenikmatan.
"Emmppoott.. Neengghh..
Ennaakk.. Bbanngeet.. Adduuhh..
Heehghh..", semakin liar
sodokan Si Bapak, sampai
pantat Della merah-merah karena hantaman-hantaman
paha Si Bapak. Kontol diayun untuk menyodok
sedalam-dalamnya. Keduanya
tercerai dari kesadaran
kembali. Erangan dan ceracau
terlontar di luar kendali akal.
Aku mulai mendaki dan kupercepat kocokan tanganku,
aku masih duduk dengan
resleting terbuka. Lalu kulihat dengan kasar Della
ditelentangkan dan diangkat
satu kakinya yang kanan dan
dipegangi. Lurus ke atas.
Didekatkan kontolnya kembali,
dengan tubuh tegak sejajar kaki kanan Della, Si Bapak
memajukan dan menghujamkan
kontolnya lalu mulai mengayuh
kembali. Keduanya berpacu kembali,
berliter-liter keringat telah
membanjir keluar dari tubuh
keduanya sampai sprei basah
kuyup. Tetek-tetek Della
tergoncang-goncang hebat. Si Bapak rupanya telah gemas
dan geram dalam luapan birahi
yang lebih mendera dari
permainan pertama. Hunjaman-
hunjaman kontolnya kuat dan
menyentak. Della entah telah berada di mana saat ini,
mungkin dia sudah lenyap
tenggelam di dasar samudera
kenikmatan purba. Matanya
hanya membeliak-beliak dengan
erangan-erangan yang sudah semakin menghilang. Kenikmatan
paling puncak telah tinggal
sejengkal. Dan.. "Oohggh.. Aaghh.. Eegh.. Eeghh..
Eeghh.. Maauuhh.. Nyampaihh..
Neenngghh." Della tidak sempat menanggapi
lagi karena dia sudah
melampaui batas kesadaran,
kenikmatan kali ini yang dia
rasakan sudah tak terukur.
Kata-kata sudah lenyap tak bermakna. Lalu keduanya
bersamaan nyaring berteriak.. "Aahh!!". Keduanya melengkungkan
tubuh masing-masing ingin
saling memasuki, Si Bapak
mencoba menembuskan
kontolnya sampai ke tempat
terdalam milik Della, Della ingin mencakup seluruh milih Si
Bapak. Keduanya melipat dan
saling mengatupkan dirinya
dengan kuat-kuat ingin
berpadu tak teruraikan. Orgasme sempurna telah
dilampaui. Mereka menggelepar.
Diam membisu masih meringkuk
dan berpadu. Aku juga keluar
sudah, sambil duduk di kursi.
Pengalaman luar biasa yang pernah kualami. Kontras
membuat kekuatan tak terkira. Kami lalu tertidur. Kira-kira jam
5 pagi aku terbangun karena
terganggu suara berisik,
rupanya kedua makhluk di
depanku sedang memacu birahi
kembali. Kulihat Della sedang mengangkangi kembali Si Bapak,
dengan posisi membelakangi.
Della telah menemukan sang
pemuas nafsunya. Dia seolah
ingin menghabiskan hidupnya
disenggamai Si Bapak tua sang kuli pelabuhan yang kekar dan
kokoh itu. Aku yakin mereka
pasti akan sering bertemu
setelah malam ini. Aku senang
karena Si Bapak bakal tidak
kesepian di ibukota ini bila sedang dilanda birahi. Epilog Sejak menikmati adegan Si
Bapak dengan Eks Model itu
membuatku keranjingan untuk
mencoba mengadakan kembali
acara-acara begini namun
dengan aktor dan aktris yang berbeda.


Tamat

[ back ][ home ]


Cerita terbaru & Video Terheboh

Web Site Hit Counter