watch sexy videos at nza-vids!

Full Sex Story And Hot Video

Mbah Blabar Dukun Cabul (part 2)

Tiba-tiba Burhan dihinggapi
perasaan khawatir. Atau
mungkin cemburu. Dia mesti
melepaskan istrinya yang ayu
itu berduaan dengan orang
lain di kamar tertutup. Bahkan dia baru menyadari sekarang,
bahwa ternyata Mbah Blabar
ini masih nampak seumur
dengan dirinya. Bahkan dia
juga perhatikan Mbah ini
nampak bersih dan roman mukanya tampan. Rupanya
kumis ataupun janggutnya
yang memberi kesan sepintas
berusia tua. Dan kalau orang
memanggilnya Mbah disebabkan
oleh kebiasaan orang kampung saat berhadapan dengan
'orang pintar' atau dukun
macam Mbah Blabar ini. "Mbah, mohon saya Mbah
untuk diijinkan menunggui istri
saya di kamar saja. Percayalah
saya tidak mengganggu Mbah
Dukun saat memberikan
obatnya nanti. Boleh ya mbah, saya mau ikut menunggu di
kamar, Mbah," Burhan
menghiba pada Mbah Dukun. Sesudah mendengar
permintaan Burhan kembali
Mbah Dukun komat-kamit.
Mungkin mencari jalan keluar.
Beberapa saat kemudian dia
bicara, "Oo, boleh, tetapi ada
syaratnya. Apabila nanti ada
penampakkan atau suara
apapun aden tidak boleh
bereaksi. Itu adalah godaan
yang harus dihadapi. Aden harus tetap tenang. Ruang
Bale Semadi itu dijaga oleh jin
Soni yang mampu membuat
lumpuh, buta dan tuli seketika
bagi siapapun yang mengusik
ketenangannya," begitu Mbah Blabar memberikan uraiannya.
"Terima kasih Mbah," sahut
Burhan yang justru semakin
percaya dengan kesaktian
Mbah Blabar dengan
diperbolehkannya ikut menunggui istrinya di Bale
Semadinya. Akan halnya Ayu perasaannya
semakin sebal akan sikap
suaminya yang kurang
menghargai keberadaan
dirinya. Dia merasa sepertinya
tak punya hak bicara. Dengan rasa kesal itulah dia berdiri
dan berjalan menuju Bale
Semadinya Mbah Blabar yang
berada di balik pintu kiri ruang
praktek dukunnya ini. Sesampainya di ruang Bale
Semadi Ayu membuka
bungkusan yang diberikan oleh
Mbah Dukun. Ditemuinya
selembar sarung kotak-kotak
putih dan secarik kain putih pula. Dia reka-reka bagaimana
memakainya kedua potong kain
ini. Kemudian dia melepasi rok
dan blusnya. Sarungnya dia
jadikan penutup tubuh perut
ke bawah dan kain putihnya dia sampirkan ke bahunya
untuk menutupi tubuh bagian
atasnya. Ayu merasa tidak
perlu melepaskan celana dalam
dan kutangnya. Beberapa saat kemudian Mbah
Blabar membawa anglo,
dupanya menyusul memasuki
Bale Semadi diikuti oleh Burhan.
Ruangan itu sangat sempit.
Mungkin hanya sekitar 2 X 2 m2. Diruangan ini hanya
nampak ada bale-bale ukuran
kecil dan rendah bertikar
pandan. Tak ada perabot lain.
Dia letakkan anglo dupa itu di
pojok kamar dan seketika aroma dupa mewarnai ruangan
sempit itu. Mbah Blabar memerintahkan
Burhan untuk merapat ke
dinding dan duduk bersila
dilantai. Sekali lagi dia
berpesan agar tidak
melakukan reaksi apapun atas apa yang dia dengar dan
saksikan nanti. Jangan sampai
memancing kemarahan jin Soni. Kepada Ayu Mbah Blabar untuk
naik ke bale-bale dan duduk
bersila. Sementara Mbah Blabar
juga naik dan duduk bersila
tepat dibelakang Ayu. Dia
mengeluarkan sebuah botol kecil. "Neng, ini adalah minyak zaitun
yang khusus didatangkan jin
Soni dari Mesir. Minyak ini akan
saya oleskan pada seluruh
pori-pori tubuh Neng agar tak
ada satu lubang kecilpun yang mampu ditembusi segala teluh
atau santet buatan manusia.
Saya harap Neng tenang dan
memusatkan pikiran agar
segala kotoran yang memasuki
tubuh Neng larut bersama minyak ini," begitulah Mbah
Blabar mulai melakukan
tugasnya. Dari arah belakang punggung
Ayu Mbah Blabar menuangkan
sedikit minyak itu
ketangannya. Kemudian dengan
didahului mulutnya berkomat-
kamit tangan Mbah Blabar mulai mengoleskan minyaknya
ke leher dan kuduk Ayu. Dia
urut-urut layaknya tukang
urut yang langsung membuat
Ayu menggeliatkan leher dan
kepalanya mengimbangi arah urutan tangan Mbah Blabar. Nampak Ayu mulai menikmati
enaknya diurut. Mungkin
perjalanan dari Jakarta
sepanjang hari ini memang
membuat lelah tubuh Ayu,
sehingga urutan tangan Mbah Dukun ini terasa nikmatnya. "Kalau pijatan Mbah membuat
sakit Neng boleh mengaduh
atau merintih agar Mbah bisa
mengurangi kekuatannya,"
pesan tambahan Mbah Blabar
yang bertolak belakang dengan wanti-wantinya kepada
Burhan agar tidak
mengeluarkan gaduh yang
akan membuat jin Soni marah. Dari leher dan kuduk tangan
dukun itu turun ke bahunya.
Dengan tetap membiarkan tali
kutang tetap ditempatnya
tangan-tangannya yang
berusaha menggapai bagian bahunya menyingkirkan sedikit
demi sedikit kain putih penutup
bahu dan punggungnya. Ayu
masih mengepit kain itu untuk
menutupi kutang dan dadanya. Kini tangan Mbah Dukun
dengan leluasa mengoleskan
minyak zaitun itu ke bahu dan
punggung Ayu. Dia
menyusupkan olesan
tangannya ke bawah tali kutang. Olesan itu merata dan
turun hingga ke pinggulnya.
Tangan Mbah Dukun nampak
terampil mengurut ataupun
mengelus bagian-bagian tubuh
Ayu. Tak luput pula sisi kanan dan kiri hingga ketiak istri
Burhan ini diolesinya dengan
minyak dari Mesir ini. Nampak
oleh Burhan bagaimana mata
Mbah Blabar nampak sangat
bergairah. Mata itu nampak hendak menelan punggung
istrinya. Kemudian secara berbisik Mbah
Dukun minta supaya kain
penutupnya dilepas saja. Dan
tanpa ba bi bu Ayu mengikuti
saja perintah Mbah Blabar. Dia
juga ingin agar Burhan menyaksikan sendiri betapa dia
patuh dengan perintah dukun
yang dipercayainya ini. Diam-
diam sisa kedongkolan pada
suaminya masih membekas di
hatinya. Sementara itu dari balik asap
dupa Burhan mengamatinya
dengan melototkan matanya.
Semua yang sedang
berlangsung terjadi sangat
dekat dan tepat di depan matanya. Dia ingin bertanya
apakah Mbah Blabar akan
menjamahi seluruh tubuh
istrinya untuk memoleskan
minyak itu? Namun dia ingat
janjinya untuk tidak bereaksi apapun pada apa yang akan
dilihat maupun didengarnya. Dia
juga takut apabila membuat jin
Soni marah. "Inilah hak mutlak dan
kenikmatan seorang dukun,"
demikian kata dalam hati Mbah
Blabar. Apapun yang dia maui gampang
dipenuhi oleh pasiennya.
Bahkan rata-rata mereka
takut akan akibat buruknya
macam Burhan yang kini
menyaksikan istrinya dielusi Mbah Blabar langsung di depan
matanya itu. Tangan Mbah dukun mulai
menjamah iga samping dan
ketiak kanan kiri Ayu. Dan
nampaknya Ayu mulai merasa
merinding. Kecuali tukang pijat
perempuan di kampungnya selama ini tak satupun lelaki
pernah menjamah tubuhnya
macam ini. Dia merasakan
elusan tangan Mbah Blabar
dengan cepat membuat hangat
tubuhnya. Terkadang jari- jarinya bermain dengan
menekan dan mengelus
sehingga membuat saraf-saraf
pekanya terangsang. "Naikkan lengannya Neng, biar
Mbah bisa mengolesi ketiak
Neng," perintahnya yang
langsung dipenuhi Ayu. Terus terang rabaan tangan
Mbah Blabar ini semakin
menghanyutkan sanubarinya.
Tangan-tangan yang mengelus
ini betapa lembutnya. Dia tak
acuh dengan kemungkinan kecemburuan suaminya. Toh ini
semua gara-gara kemauan
Burhan. Dan dia tak pernah
minta pertimbanganku,
demikian sikap Ayu. "Ahh.. Mbah.. Terus elusi aku
Mbaahh.." begitu jerit hatinya. Tetap dari arah belakang
punggung Ayu kini tangan
Mbah Blabar meluncur ke
wilayah dadanya. Jari-jari itu
menggosok atau mengelus
berputar tepat di bawah gundukkan payudaranya. Terus
berputar dan berpilin jari-jari
itu benar-benar membuat
dada Ayu berdegup kencang. Muka Ayu terasa memerah.
Perasaan tak sabar menunggu
tangan Mbah Blabar merambah
buah dadanya terasa
menggebu. Tanpa malu dia
mendesah. Ada semacam hasrat yang mulai merambati
saraf-sarafnya. Ayu terus
mendesah atau terkadang
merintih. Hasrat birahinya-lah
yang telah membuat
kehangatan tubuhnya. Bahkan sekarang mulai terasa
kegerahan. Mbah Blabar tahu bahwa suhu
syahwat Ayu mulai panas dan
menaik. Ini memang telah
menjadi perhitungannya.
Tangannya juga merasakan
degup jantung pasiennya yang yang semakin keras memukul-
mukul dadanya. Dan Mbah
Blabar yakin pasiennya kini
semakin menunggu jamahan
tangannya terus bergerak.
Dan memang kini saatnya tangannya memasuki wilayah
yang sangat peka. Dengan menambahi lumuran
minyak zaitun di telapak
tangannya dia mulai
menyusupkan jari-jarinya ke
bawah kutang untuk
menyentuhi puting susu, tangan Mbah Blabar mulai
mengoles-olesi gundukkan
payudara Ayu. Mengelus, menggosok, memilin
secara bergantian dalam irama
yang sangat sistematis dari
tangan Mbah Blabar pada
kedua payudaranya membuat
hasrat birahi Ayu langsung terbakar. Kembali tanpa ragu
kini dia melepaskan desahan
dan rintihan nikmatnya. Posisi
Mbah Blabar yang memeluki
dari punggungnya juga
menambah rangsangan birahinya. Mau tak mau wajah Mbah
Blabar semakin lekat di
punggung Ayu. Hembusan
hangat nafas Mbah Blabar
pada kulit punggungnya sangat
terasakan. Gairah syahwat Ayu langsung bagai kena sentuhan
listrik ribuan watt. Sapuan
nafas Mbah Blabar yang
mengenai punggungnya itu
menjadi paduan harmonis
dengan elusan, gosokkan dan pilinan di buah dadanya. "Aa.. A.. Mpuunn.. Mbaahh..' Ayu
mendesah-desah dan merintih. Jangan tanya betapa bingung
Burhan menyaksikan bagaimana
istrinya mendesah dan merintih
macam ini. Dalam ruangan Bale
Semadi yang sempit dan
remang karena asap dupa ini terasa bernafas semakin
sesak. Kebingungan Burhan ini
tak boleh ditunjukkan. Dia
ingat jin Soni yang pemarah.
Namun perasaan bingung itu
kini terasa menyimpang. Rasa khawatirnya bergeser. Libido Burhan mulai terusik dan
mengambil alih rasa bingung
dan khawatir. Suara desah dan
rintih istrinya telah mengubah
bingung dan khawatirnya
menjadi hasrat birahi. Dalam duduk bersila itu Burhan
merasakan kemaluannya mulai
mendesaki celananya. Acchh..
Macam apa pula ini? Apa yang
terjadi pada diriku, demikian
suara batin Burhan. Dia melihat keringat istrinya
mulai mengucur. Demikian pula
Mbah Dukun. Ruangan sempit
ini semakin panas oleh
terbakarnya hasrat syahwat.
Bergaya seakan kelelahan, tanpa sungkan dan ragu Mbah
Blabar menyandarkan
wajahnya ke punggung Ayu.
Namun nampak mulutnya
bekerja. Dia menyedoti
keringat di punggung istrinya itu. Yang lebih menambah bingung
Burhan adalah saat
menyaksikan istrinya Ayu
menerima semuanya itu tanpa
protes dan menghindar.
Walaupun wajahnya terus menyeringai mengiringi desah
dan rintihnya. Walaupun
tubuhnya terus bergeliatan
seakan menahan kepedihan
seperti saat tukang urut
kampung juga memijat dan mengerok tubuhnya saat
masuk angin. Adakah hal itu
disebabkan kepatuhannya pada
dirinya yang suaminya? "Ampun Mbahh.. Ampuunn.."
demikian rintih pilu yang keluar
dari mulut Ayu. Dalam geliatnya Ayu mengeluh
kepanasan dan tanpa diminta
Mbah Blabar dia melepasi
sendiri kutangnya sehingga kini
tubuh bagian atasnya menjadi
sepenuhnya telanjang. Dicampakannya kembali
kutangnya ke lantai. Batin
Mbah Blabar menyeringai
girang. Akal bulusnya berjalan
mulus.


Bersambung

[ back ][ home ]


New Update !! cerita Terbaru Dan Terdasyat

Web Site Hit Counter