watch sexy videos at nza-vids!
Build your mobile website

Menyambut Valentine

Di cerita kali ini, untuk pertama
kalinya aku mencoba untuk
mengambil sudut pandang lain.
Kalau biasanya aku selalu
mengambil sudut pandang dari
pihak laki-laki, kali ini aku akan mencoba menghayati apa yang
dirasakan seorang wanita dalam
petualangannya. Aku sempat
juga bertanya sama dengan
cewekku (dia jadi peran utama
di cerita ini) segala sesuatu tentang cewek dan bagaimana
rasanya dia melakukan itu
denganku. Pokoknya aku les
singkat dengannya, dan
akhirnya kudapat juga
pengetahuan itu. Oke kita mulai saja cerita ini. Namaku Vania, aku seorang
gadis berumur 17 tahun,
sekarang aku duduk di kelas 3
SMA. Aku satu sekolah dengan
Riko, penulis cerita ini. Ayahku
keturunan Barat dan ibuku keturunan Chinese. Perpaduan
ini yang membuatku menjadi
seorang gadis tinggi ramping,
berkulit putih dan walaupun
tubuhku tidak terlalu seksi, bisa
kututupi kekurangan itu dengan wajahku yang kata orang sih
cantik. Tentu saja aku senang
mendengarnya, apalagi ketika
Riko mengatakan kalau bibirku
benar-benar menggoda. Memang
sih aku belum pernah tidur dengan seorang pria, tetapi
kalau soal yang begituan aku
cukup ahli, yah mungkin
ketularan sama omes-nya (otak
mesum) Riko dan teman-
temannya yang tidak kalah omes. Jadi kesimpulannya, aku
juga termasuk ahli di bidang
begituan.
Hari itu, kira-kira jam 4 sore
tanggal 12 Februari tahun ini,
aku jalan-jalan bersama Precill dan Yuli. Kami memang sedang
mencari sesuatu yang dapat
kami berikan ke cowok yang
paling dekat dengan kami, kan 2
hari lagi Valentine, jadi harus
memberikan yang istimewa donk. Setelah sekitar 2 jam berkeliling
mencari barang yang cocok, aku
akhirnya menyerah. Aku sama
sekali tidak mendapatkan
barang yang benar-benar
spesial untuk cowokku (hehehe, maksudnya untuk gue yang nulis
cerita ini). Akhirnya kuputuskan untuk
mencari di tempat lain saja
besok. Aku pulang tanpa
membawa apa-apa, berbeda
dengan Precill dan Yuli yang
sudah mendapatkan yang mereka cari. Aku memang susah
mencari barang untuk Riko, dia
tuh orangnya senang yang
romantis dan sedikit berbau
omes gitu lah. (Ini sepertinya
pujian untuk gue). Tetapi aku yakin, aku akan mendapatkan
sesuatu untuknya. Kan kalau
kita mau usaha, pasti kita akan
mendapatkan apa yang kita
inginkan. Bener ngtidak..? Singkat cerita, aku sama sekali
tidak mendapatkan apa-apa,
bahkan besoknya juga aku
masih tidak mendapatkan apa-
apa. Aku tidak mau memberikan
sesuatu yang biasa, kupikir lebih bagus aku tidak memberikan
sama sekali daripada kuberikan
sesuatu yang biasa di hari yang
spesial nanti. Ternyata Riko
sudah berinisiatif lebih dulu, dia
mengajakku candle light dinner. Tepat seperti dugaanku, dia
memang suka keromantisan,
kami hanya makan sedikit terus
minum sedikit dan kami sempat
slow dance dulu sebelum
akhirnya duduk lagi, hanya duduk dan saling memandang. Tidak tahu karena aku terbawa
suasana atau memang si Riko
jago (muji gue lagi nih), yang
jelas aku benar-benar
menikmati malam itu. Riko
memberikan kalung cantik dan dia memasangkan di leherku.
Terus diciumnya pipiku dari
belakang sambil berkata, “Biar
hari ini jadi hari yang eloe
kenang selama hidup eloe. dan
gue harap eloe juga inget siapa yang ada di sini ngerayain hari
Valentine ini sama
eloe.” (Mengganggu lagi nih,
perasaan gue ngomongnya
ngtidak gitu deh, tapi intinya sih
sama lah.) Kalian pasti mengerti kan kalau
cewek itu mudah terangsang
kalau suasana hatinya
mendukung ditambah dengan
sentuhan yang tepat. Tidak
seperti cowok, cowok itu mudah sekali terangsang, biasanya
langsung tegang itunya hanya
karena melihat dada atau paha
cewek. Oke, kembali lagi deh ke
cerita kita. Tidak tahu kenapa,
yang jelas Riko melakukan sesuai dengan apa yang
kuharapkan, dan tidak tahu
kenapa, aku akhirnya
menemukan sesuatu yang
spesial untuk kuberikan
kepadanya. Kuajak dia ke rumahku, aku tahu persis
orangtuaku tidak ada di rumah,
dan di rumah hanya ada si Iyem
saja. Sampai di rumah, Riko duduk di
kursi tamu seperti biasa dan
kubawakan minuman untuk dia.
Ketika aku balik lagi, Riko
sedang melihat-lihat album
fotoku. Dia tersenyum ketika melihat fotoku ketika masih
kecil. Ketika aku datang dia
langsung tersenyum ke arahku.
Kuletakkan minuman di meja dan
bilang kalau aku tidak dapat
memberikan apa-apa di hari Valentine ini, tetapi aku punya
sesuatu yang spesial buatnya di
hari spesial ini. Aku duduk di sebelah Riko,
kubiarkan Riko memelukku dan
menciumku. Bibirnya lembut
membasahi bibirku, terus dia
mengambil sirup di meja dan
pura-pura menumpahkannya di bajuku.
Kami berdua tertawa bersama,
terus dia berkata, “Ups.., sorry
ya. Mendingan eloe ganti baju
dulu, nanti masuk angin kalo
pake baju basah gini.” Aku tahu Riko memang sengaja,
dia mau mengajakku ke kamar.
Deg-degan juga sih, tetapi aku
sudah bertekad kalau aku harus
dapat memberikan yang spesial
buatnya hari ini. Rupanya Riko sudah tahu kalau
aku memang mau memberikan
sesuatu yang sudah 17 tahun
kujaga baik-baik. Yap, aku
memang memilihnya untuk
mengambil kesucianku. Kurasa memang dia orang yang tepat.
Aku ke kamar, dan seperti yang
kuduga dan kuinginkan, Riko
mengikutiku. Terus dia duduk di
ranjangku memperhatikanku
jalan ke arah lemari pakaianku. Aku cuek saja buka baju di
depan dia, tetapi waktu aku
mau membuka BH-ku, Riko
memelukku dari belakang sambil
berkata, “Biarkan malam ini
berjalan lambat, jangan habiskan waktu terlalu cepat.”
Aku menurut saja, kubiarkan dia
mencium leherku, bahuku dan
akhirnya menggendongku ke
tempat tidur. Riko masih belum
puas bermain dengan bibirnya, dia menciumku dua kali, dan
begitu kusadar, tahu-tahu BH-
ku sudah hilang, tidak tahu
kemana. Aku tidak sadar kapan
Riko membuka BH-ku itu, yang
jelas sekarang dadaku sudah telanjang. Mungkin karena aku
terlalu terbawa suasana. Riko mulai bosan bermain
dengan bibirnya, kali ini dia
menggunakan lidahnya menjilati
puting buah dadaku. Lembut dan
membuatku enak kegelian. Aku
hanya memejamkan mata sambil merasakannya menjilat dan
sesekali menghisap putingku.
Tiap kali dia hisap seperti ada
setrum di badanku, aku selalu
menggeliat menahan geli. Aku
tidak bosan-bosan merasakan enaknya permainan lidah Riko.
Entah berapa lama aku terdiam
merasakan nikmatnya sentuhan
demi sentuhan dari bibir dan
lidahnya. Ternyata bersamaan dengan
lidahnya bermain, tangan Riko
tidak tinggal diam. Soalnya
waktu kubuka mata, aku kaget
sekali, ternyata aku sudah
telanjang bulat, dan Riko hanya menggunakan celana dalam saja.
Hebat juga dia bisa
menenlanjangiku dan melepas
pakaiannya tanpa dapat
kuketahui. (Sekedar informasi,
dia aja yang ngtidak sadar keenakan, padahal gue lumayan
lama juga ngebugilin dia dan gue
sempat keluar dulu minum sirup
gue yang masih kesisa,
masalahnya lidah gue udah
kering ngejilatin dadanya, hehehe.) Kucoba untuk bangun, tetapi
badanku terasa lemas, aku
sama sekali tidak bertenaga.
Aku tidak dapat berbuat apa-
apa ketika Riko mulai turun
terus mencium pusarku. Terus tangannya membuka pahaku
lumayan lebar. Aku merasa malu
juga ketika Riko melihat
vaginaku. Riko tidak lama-lama
melihatnya, dan tidak lama dia
sudah menjilati bibir kemaluanku. Lebih gila lagi, ternyata ketika
dia menjilat vaginaku, rasanya
jutaan kali lebih nikmat dari
permainannya di puting
payudaraku. Dia menjilat
beberapa kali, terus dia menjilat klitoris-ku. Ini lebih hebat lagi,
soalnya tanpa sadar aku
mendesah. Sebenernya lebih
mirip teriak keenakan ketika
lidahnya pertama kali
menyentuh klitorisku yang memang super sensitif. Gila,
ternyata Riko tidak hanya
menjilatnya beberapa kali, tetapi
berkali-kali, terus dia memelintir
perlahan klitoris-ku. Wah, itu sih
tidak dapat dijelaskan, yang jelas badanku refleks kejang
dan aku menjambak rambutnya
tanpa sadar. Tetapi ketika rasa
kesetrum itu mulai hilang, aku
malah ingin lagi. Ternyata Riko
tahu, dia memelintir lagi klitoris- ku sekali lagi dan seperti
sebelumnya, aku kejang lagi.
Terus dia malah lebih gila lagi,
digosok-gosokkannya klitorisku
dengan ujung jarinya. Aku tidak
tahan kejang-kejang, tetapi Riko memegang pinggangku, jadi
aku tidak dapat bergerak
bebas. Rasa nikmat itu lalu memuncak
dan aku tidak sadar lagi, semua
terasa gelap dan badanku
kejang-kejang tidak karuan
tanpa dapat kukontrol. Aku
tahu aku sudah sampai puncak, dan begitu kusadar lagi, Riko
sudah menggosok-gosok kepala
penisnya yang besar sekali
ukurannya. Aku tidak yakin
penis sebesar itu dapat masuk
ke vaginaku, ada juga sih rasa takut. Tetapi aku sudah
bertekad, aku akan memberikan
kesucianku untuk Riko. Riko terus menekan sedikit
penisnya. Bibir kemaluanku
terasa terbuka, dan akhirnya
kurasakan kepala penisnya di
bagian luar vaginaku. Riko terus
mencium bibirku dan membuka pahaku lebih lebar, kututup
mataku, siap menerima apa
yang akan terjadi. Ternyata
tidak terjadi apa-apa, sialnya
ketika kubuka mata, Riko
sedang menekan penisnya kuat- kuat ke vaginaku. Kontan saja
aku berteriak, lumayan kencang
juga. Belum habis rasa kagetku, Riko
menyodok lagi penisnya ke
vaginaku, perih sekali rasanya.
Sepertinya badanku terbagi dua
karena robek disodok penis
sebesar itu. Tetapi rasa sakit itu berangsur-angsur hilang dan
berubah menjadi rasa nikmat
yang tidak kalah dari rasa
nikmat ketika Riko memelintir-
melintir klitoris-ku. Riko mulai
goyang maju mundur pelan- pelan, tetapi kerasanya hebat
sekali ketika penisnya
menggosok-gosok dinding
vaginaku. Sepertinya tidak ada
ruangan kosong lagi di vaginaku,
semua terasa sudah sesak disodok-sodok. Aku mencoba
untuk menahan sakit dan itu
berhasil. Rasa sakit itu berubah
menjadi sengatan-sengatan
listrik yang membuatku ingin lagi
disodok-sodok. Melihatku mulai tenang, Riko
tambah mempercepat mengocok
vaginaku yang sudah banjir
karena basah. Aku hanya dapat
memejamkan mata dan
mendesah-desah menikmati permainan Riko. Yang jelas aku
bener-bener hanyut dalam
suasana itu. Tiba-tiba Riko
bergerak semakin cepat dan
ada sengatan yang lebih nikmat
lagi dari dalam vaginaku. Sepertinya aku akan mencapai
puncak lagi, dan aku sudah
tidak sabar menunggu saat
indah itu. Riko semakin cepat
dan liar mengocok vaginaku.
Sama sekali sudah tidak ada iramanya lagi. Tanpa sadar aku mulai
berteriak-teriak kecil menikmati
semuanya itu. Terus akhirnya
semua gelap, aku kejang-kejang
lagi seperti tadi. Aku baru sadar
waktu ada sesuatu yang hangat di perutku, dan waktu kubuka
mata, Riko sedang mengocok-
ngocok penisnya dengan
tangannya dan dari penisnya
muncrat cairan putih kental ke
perutku. Kubiarikan Riko memuncratkan maninya sampai
habis, baru aku berusaha
bangun. Aku pusing sebentar,
tetapi terus hilang. Riko
membersihkan badannya di
kamar mandi, terus menghampiriku yang sudah
menggunakan pakaian lengkap. Riko mencium keningku, terus
dia duduk di sebelahku,
meremas jariku sambil bilang
kalau dia puas sekali dan dia
bilang aku tidak akan kecewa
memilihnya. Aku percaya kalau Riko serius, aku tahu dia bukan
orang yang suka
mempermainkan cewek. Aku
yakin pilihanku kali ini benar.
Pasti benar deh.
“Thank’s buat hadiahnya, ini bener-bener hadiah yang tidak
ternilai buat gue.” kata Riko,
terus menciumku lagi.
Kemudian dia membantuku ke
kamar mandi untuk
membersihkan badan. Aku benar-benar lemas, dan ketika
Riko ingin pulang, aku hanya
mengantarnya sampai pintu
depan saja, tidak sampai
gerbang. Terus ketika Riko
sudah pulang, kukunci pintu dan terus aku roboh di sofa. Aku
lemas sekali dan tidak ingat
apa-apa. Waktu kubangun pagi, aku
benar-benar kaget, soalnya aku
masih telanjang. Aku langsung
lari ke kamar dan pakai baju.
Aku terus duduk di ranjang. Ada
sisa-sisa rasa pedih di selangkanganku, tetapi rasa
pedih itu kalah dengan
kenangan nikmat tadi malam.
Benar-benar malam yang spesial
untukku dan kuharapkan malam
yang spesial juga untuk Riko.


Tamat

[ back ][ home ]


Discover the Best Mobile Websites now!

Web Site Hit Counter