watch sexy videos at nza-vids!
Sex Adult Content (NEW)

Petualangan Istriku di Pantai

Sekitar satu minggu yang lalu
isteriku, Dayu dan aku
diundang hadir ke sebuah
beach resort bersama dengan
rekan-rekan kerjanya. Isteriku
bekerja pada bagian marketing di sebuah perusahaan besar
yang sangat sukses beberapa
tahun belakangan, dan hal
tersebut berimbas pada
kesejahteraan karyawannya
yang semakin naik dan beberapa bonus juga, salah
satunya adalah perjalanan ke
resort kali ini. Aku sangat bergairah untuk
pergi, meskipun dia merasa
khawatir bertemu dengan
rekan-rekan kerja isteriku.
Kantor Dayu bekerja sangatlah
berkultur informal, dan kadang Dayu cerita padaku tentang
semua godaan dan cubitan
yang berlangsung selama jam
kerja. Aku bekerja pada
sebuah firma hukum, yang
sangat disiplin dan professional, dan bercanda apalagi saling
goda merupakan hal yang tak
bisa ditolerir dalam
perusahaan. Dan hal itu
mempengaruhi sikap dan
perilakuku dalam keseharian, aku menjadi seorang yang
tegas dan formal. Aku tak
begitu yakin bisa berbaur
dengan rekan kerja Dayu
nanti. Dayu sendiri adalah seorang
wanita periang dan mudah
bergaul. Berumur 30 tahun,
potongan rambut pendek
seleher dan berwajah manis.
Dia agak sedikit pendek dibawah rata-rata, pahanya
ramping yang bermuara pada
pinggang dengan pantat yang
kencang. Sosok mungilnya
berhiaskan sepasang payudara
yang lumayan besar dan namun bulat kencang meskipun
tanpa memakai penyangga bra.
Kami berjumpa dibangku kuliah
dan menjadi dekat dalam
waktu singkat lalu menikah tak
lama setelah kami lulus. Dia tak begitu berpengalaman dalam
hal seks, meskipun aku
bukanlah lelaki pertama yang
berhubungan seks dengannya. Kala hari perjalanan itu tiba,
kami mengenderai mobil menuju
resort tersebut. Dalam
perjalanan kesana Dayu
menceritakan kalau dia telah
membeli sebuah bikini baru untuk akhir pekan kali ini. “Mau pamer tubuh ke orang-
orang, ya?” candaku padanya.
“Mungkin,” jawabnya dengan
tersenyum.
“Maksudmu?” tanyaku
penasaran. Dayu yang kutahu tak begitu suka
mempertontonkan tubuhnya,
aku selalu merasa sulit untuk
sekedar memaki pakaian
renang yang minim.
“Nggak ada, bukan apa-apa” Dayu tertawa menggoda
suaminya. “Sudah pernah
kubilang padamu kan kalau
dikantor kita senang bercanda
dan saling menggoda. Liburan
ini pasti tak ada bedanya, hanya tempat dan suasananya
yang beda untuk sedikit genit
didepan para pria.”
“Kamu juga genit di depan
teman-teman priamu?” tanya
Wisnu gusar. “Bukan cuma aku, sayang.
Semua teman wanitaku juga
melakukannya kok,” jawab
Dayu menjelaskan. “Cuma
sedikit genit, menggoda dan
bercanda. Kamu tahu, kadang saling bercanda mmm… yeah
bercanda agak jorok, seks dan
juga sedikit tontonan.”
“Tunggu, apa?” suara Wisnu
agak meninggi. “Tontonan?
Kamu mempertontonkan tubuhmu ke teman-teman
priamu?”
“Oh, sayang, ini bukan
sungguh-sungguh,” jawab
Dayu. “Cuma menggoda kok.
Hanya sedikit menyingkap baju, kadang sedikit memberi bonus
dengan memperlihatkan dada
sebentar.” Aku terhenyak, isteriku
memperlihatkan payudaranya
pada pria lain? Pria lain di
kantornya? Ini bukan seperti
sosok Dayu yang kukenal
selama ini. Hanya seberapa dekat dia dengan teman kerja
prianya? Kepalaku dipenuhi
oleh pikiran yang berkecamuk
tak karuan hingga akhirnya
kami tiba di resort. Segera kuparkir kendaraan
kami. Begitu memasuki lobby
dengan bawaan kami,
sekelompok orang melambai ke
arah Dayu untuk mendekat.
Mereka adalah beberapa orang dari rekan-rekan kerjanya dan
Dayu memperkenalkanku. Alan,
Dave, Eddie, Gary adalah nama
taman-teman prianya dan
yang wanitanya Sasha, Kristin,
Melly dan Nina. Mereka berkata pada Dayu
kalau semua orang harus
bertemu di kolam renang
pribadi dan minum-minum dulu
sebelum berikutnya pergi ke
pantai. Kami setuju untuk menyusul mereka secepatnya
setelah menaruh bawaan
dikamar dan berganti pakaian. Baru saja mereka beranjak,
Alan sudah beraksi dengan
mencubit pinggul Dayu yang
langsung memekik kegelian dan
mendorong tubuh Alan
menjauh. Aku sangat terkejut mendapati hal tersebut dan
hampir saja teriak marah, tapi
mereka semua mulai tertawa,
termasuk Dayu, jadi aku pikir
inilah sebagian dari cara
mereka saling menggoda dan bercanda. Aku tak mau
dianggap seorang yang kolot
dan tak bisa berbaur di lima
menit pertama kehadiranku,
jadi aku hanya diam saja
membiarkan. Kami menuju ke kamar kami
dan mulai berganti pakaian
dengan pakaian renang. Dayu
masuk ke kamar mandi untuk
berganti pakaian dan kemudian
keluar dengan sebuah handuk membalut tubuhnya. Aku ingin
melihat apa yang dipakainya
dibalik handuk tersebut, tapi
dia langsung memotongku
sebelum mampu berkata
sepatah kata “Ayo, kita turun!” Kuraih sebuah buku dan
berjalan mengikutinya menuju
kolam renang. Kantor Dayu
pasti sudah menyewa seluruh
kolam tersebut, karena ada
logo perusahaan pada semua handuk dan pada tulisan
selamat datang. Ada sekitar
lima puluhan orang di area
kola mini. Kebanyakan dari
mereka adalah pria, dan yang
membuatku kecewa, kebanyakan dari mereka
terlihat muda dan menarik.
Para wanitanya juga tak ada
yang mengecewakan.
Kebanyakan mereka hanya
berbikini minim memperlihatkan keindahan tubuh muda mereka. Baru saja aku hendak
bertanya dimanakah teman-
temannya yang tadi, saat
kulihat isteriku sedang
membuka handuk penutup
tubuhnya. Apa yang terpampang dihadapanku
sangat membuatku terpaku,
dibalik handuk tersebut dia
memakai sebuah bikini warna
merah tua dan… sangat minim.
Bagian atasnya hanya menutup sebagian depan dari
payudaranya, dan tali
penahannya yang terkalung
dileher jenjangnya terlihat
seakan siap untuk dilepas.
Sedangkan bagian bawah hampir menyerupai thong,
memperlihatkan keindahan
paha dan bongkahan
pantatnya. Dia terlihat begitu
menawan. Tak heran dia menutupinya
dengan handuk saat dikamar
tadi, pikirku. Dia tahu kalau
aku pasti akan meributkan apa
yang dipakainya. Baru saja aku
hendak berkomentar namun terpotong oleh sebuah
teriakan dari seberang kolam,
“Hey, lihat Dayu!” Dan langsung disusul oleh riuh
rendah suara yang diiringi
siulan nakal dari para pria di
area kolam tersebut. Dayu
hanya tertawa riang lalu
melakukan sebuah pose, memperlihatkan perutnya yang
rata dan kemulusan pahanya
sambil mengoleskan sun-block
ke tubuhnya. Dia menoleh ke
arahku dan berkata, “Lihat
kan? Hanya menggoda saja!” Aku hanya mengangguk dan
terdiam. Aku harapdia
mengatakan sesuatu tentang
betapa terbukanya pakaian
renang yang dia pakai ini tapi
itu bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan, ini tetap
hanya sebuah bikini. Jika para
pria ingin memandangi tubuh
isteriku, apa salahnya dengan
itu? Bahkan aku bisa merasa
bangga akan hal tersebut. Aku rebah di atas bangku
malas dan mulai membuka buku
yang kubawa sedangkan Dayu
berjalan menghampiri teman-
temannya. Aku berencana
menghabiskan waktu dengan membaca, namun mataku terus
melayang ke arah dimana
isteriku berada. Setiap kali aku
melihat Dayu, dia tengah asik
bercanda dengan teman
prianya. Akhirnya kuputuskan untuk berhenti membaca, dan
hanya memperhatikan setiap
tingkah lakunya sambil terus
pura-pura membaca bukuku. Di salah satu sudut kolam
tersebut ada bar yang
menyuguhkan berbagai macam
minuman dan sudah berulang
kali aku kesana untuk sebotol
bir dingin. Kelihatannya minumannya sudah
dipersiapkan dalam jumlah dan
ragam yang banyak untuk
membuat pesta ini berjalan
meriah. Kuamati Dayu sudah
berulang kali pergi ke sana untuk segelas margaritas dan
entah sudah berapa banyak
orang yang pergi
mengambilkan minuman
untuknya. Namun yang jelas
dia semakin bertambah mabuk seiring berjalannya waktu.
Ditambah lagi para pria yang
mendorongnya dan juga para
wanita lainnya untuk minum
lebih banyak lagi. Pada suatu
kesempatan Dave menantang Dayu untuk berlomba
menghabiskan minuman dalam
gelas mereka, yang tentu saja
dimenangkan Dave dengan
mudah, melihat kondisi Dayu
sudah lebih dari sekedar mabuk. Baru saja aku mulai kembali
membaca, Dayu datang
menghampiri. Dia baru saja
keluar dari dalam kolam dan
tubuhnya basah kuyup. Dengan
kain penutup tubuh yang dia kenakan menempel erat
disetiap lekuk tubuhnya,
membuat dia semakin terlihat
menggoda.
“Hai, sayang,” sapanya.
“Sudah lebih santai?” “Yeah,” jawab Wisnu. “Kamu
sendiri, bisa bersenang-
senang?”
“Oh, ya,” dia tersenyum
manja. “Aku sudah agak
mabuk.” Itu terlihat jelas, tapi aku tak
mau lebih mendesaknya. Dayu
mengeringkan tubuhnya
dengan handuknya, lalu
melangkah kembali ke teman-
temannya. Aku kembali pada bacaanku,
hingga tiba-tiba saja kudengar
suara jeritan. Dengan cepat
aku menoleh ke arah suara
tersebut, tepat disaat kulihat
Melly yang tengah menutupi payudara telanjangnya dengan
tangannya. Salah satu dari
pria tersebut menarik lepas
penutup dadanya dan
sekarang tengah berlari
dipinggiran kolam dengan menenteng penutup dada
tersebut. Melly mengejarnya,
dengan lengan menyilang
menutupi dadanya hingga si
pria berhenti lalu menangkap
tubuh Melly dan menariknya bersamanya menceburkan diri
ke dalam kolam. Aku dengar sebuah suara
jeritan lagi dan salah seorang
wanita yang tak kukenal
sekarang juga tak berpenutup
dada. Alih-alih menutupi
payudaranya, kali ini si wanita hanya membiarkan saja pria
yang menarik lepas penutup
dadanya itu berlari menjauh
dan dia terus mengobrol
dengan temannya seakan tak
terjadi apapun. Aku memandang sekeliling
untuk mencari Dayu. Dia
sedang sedang mengobrol
dengan seorang pria di kolam
yang dangkal. Kuperhatikan
Alan sedang berenang ke arahnya dari belakang dan
muncul tepat dibelakangnya
lalu menyentakkan tali
penahan penutup dadanya di
leher. Penutup dada Dayu
tertarik erat menekan daging bulat kenyal tersebut dan
tiba-tiba saja payudaranya
terayun meloncat lepas dari
penutupnya. Dia memekik dan
tubuhnya berbalik ke belakang
untuk memukul Alan. Alan mengangkat penutup dada
tersebut tinggi ke atas, Dayu
hanya tertawa keras lalu
melompat mencoba
merebutnya. Nampak
payudaranya terayun seiring tiap lompatannya, puting
merah mudanya terlihat jelas
mencuat keras membuat
seluruh pria dikolam tersebut
bersorak riuh. Dave bergerak ke belakang
Dayu lalu menangkap
pinggangnya dan
mengangkatnya tinggi tinggi
agar bisa meraih penutup dada
yang dipegangi Alan. Dayu rebut penutup dada tersebut
dari tangan Alan lalu
mengibaskannya pada Alan
dengan tertawa genit. Dayu
mulai memakai kembali penutup
dadanya, namun masih kalah cepat dengan tangan Alan
yang menjulur ke arahnya
untuk meremas payudara
telanjangnya yang sebelah kiri.
Kembali Dayu memekik dan
menepis tangan Alan untuk menjauh. Rupanya para wanita tak
membiarkan begitu saja
dengan perbuatan para pria
terhadap penutup dada
mereka. Beberapa menit
setelah Dave membantu Dayu tadi, nampak Melly berjalan
mengendap dibelakang Dave
yang sekarang berdiri di depan
Bar lalu menarik turun celana
renang yang dipakai Dave.
Sebuah batang penis yang besar menyembul keluar dan
seluruh wanita menjerit riuh
tak terkecuali Dayu. Dave
hanya tertawa keras dan
mulai mengejar Melly yang
berlari mengitari tepian kolam. Dengan konyol Dave berlari
mengejr dan mengibas-
ngibaskan batang penisnya ke
arah Melly yang berlari,
menjerit dan tertawa. Setelah beberapa menit
kemudian, Dayu keluar dari
kolam renang dan berjalan ke
arahku. Sebelum dia mampu
mengucap sepatah kata, aku
sudah memberondongnya dengan pertanyaan tentang
apa yang sedang terjadi
disana. “Oh, sayang, bukan apa-apa.
Mereka hanya bersenang-
senang, itu saja,” jawab Dayu.
“Aku rasa melihatmu telanjang
dada dan juga menyentuh
dadamu bukan sekedar bercanda atapun senang-
senang!” kataku ketus.
“Sayang, jangan terlalu kolot
begitu. Lagipula aku sudah
memakai penutup dadaku lagi.
Lihat para pria itu, mereka melepas beberapa penutup
dada teman wanitaku yang
lainnya lagi dan sebagian dari
para merka, mereka tak ambil
pusing untuk memakainya
lagi.” Dia berhasil memojokkanku.
Beberapa teman wanitanya
sekarang sudah mondar-
mandir dengan telanjang dada,
terkadang salah seorang pria
akan mendekat untuk sekedar menyentuh atau meremas
payudara mereka. “Lagipula,” Dayu membungkuk
dan tiba-tiba memelankan
suaranya, “Bukankah ini
membuatmu terangsang
melihat para pria melirikku?
Mengintip dadaku dan menyentuhnya sedikit?” Aku jadi terdiam karena
memang itu kenyataannya. Aku
merasakan rangsangan setelah
melihat para pria tersebut
menggoda isterinku, namun
aku juga merasakan cemburu yang sangat besar. “Semua hanya coba
bersenang-senang dan tak
ada yang dirugikan,” sambung
Dayu lagi. “Coba pikirkan saja
betapa nakalnya isterimu ini,
membiarkan para pria melihat dadanya dan menyentuhnya.” Aku menganggukkan kepala
pelan dan dia tersenyum lebar
lalu melangkah pergi. Aku
merasa harus mengucapkan
sesuatu, namun moment
tersebut telah musnah. Lagipula, jika para pria berlaku
seperti itu pada semua wanita
di sini, tak ada alasan bagiku
untuk merasa marah. Aku coba
lagi untuk konsentrasi pada
buku yang kubawa, namun tak berapa lama rasa kantuk
melanda. Aku ambil kacamatku
lalu dengan cepat terlelap. Saat aku terbangun, suasana
menjadi sangat riuh di dalam
kolam. Kebanyakan para
wanita yang berada disana
sudah tak memakai penutup
dada lagi, termasuk Kristin yang tengah berjalan lewat di
depan tempatku berada.
Kristin berbadan lebih tinggi
dibandingkan Dayu, tapi
payudaranya lebih kecil.
Dadanya terekspos bebas, dan penutup dadanya terlihat
menggantung dilehernya,
mungkin hasil usil beberapa
pria yang melepaskan
pengaitnya. Aku masih merasa ngantuk
namun sudah terjaga, dan
dengan kaca mata yang
menutupi mataku terlihat aku
masih tertidur. Aku sapukan
pandangan ke seantero area kolam untuk mencari istriku
dan kusaksikan suasana sudah
semakin memanas, beberapa
pasang pria wanita bahkan
terlihat saling bercumbu di
dalam kolam renang tanpa mempedulikan sekeliling lagi. Akhirnya kutemukan
keberadaan Dayu, yang sedang
duduk dipinggir kolam dengan
kakinya masuk ke dalam air.
Alan menemaninya di dalam
kolam, lengannya bertumpu di atas paha Dayu. Keduanya
terlihat asik ngobrol dengan
wajah yang hampir
bersentuhan. Ekspresi wajah
Dayu terlihat jengah,
sedangkan Alan terlihat sedang merajuk tentang sesuatu.
Sebentar-sebentar terdengar
suara tawa renyah pecah dari
mulut Dayu, terdengar jelas
kalau dia masih dalam kondisi
mabuk. Beberapa menit berselang,
terlihat Dayu mengangkat
lengannya dan mengangkat
salah satu tali penahan
penutup dadanya dibahunya
kemudian pelan-pelan dia turunkan dari bahunya. Alan
mengucapkan sesuatu yang
kembali membuat tawa isteriku
pecah. Kemuadian dia
memegang tangan Dayu dan
menariknya masuk ke dalam air diantara kedua pahanya.
Brengsek, umpatku dalam hati.
Apa Alan sudah membuat
isteriku menyentuh batang
penisnya? Dayu memekik terkejut pada
awalnya lalu kembali dia
tertawa. Dia tetap membiarkan
tangannya berada di dalam air,
lalu mulailah terlihat dia
menggerakkan tangannya. Kembali Alan mengucapkan
sesuatu dan Dayu tertawa
lagi, lalu dia angkat tangannya
dari dalam air dan menurunkan
tali penahan penutup dadanya
yang satu lagi dari bahunya. Dia memandang sekilas
kearahku, dan aku terdiam
tak berani bergerak. Aku pasti
telah membuatnya yakin kalau
aku masih tertidur lelap
karena kemudian dia menoleh kembali pada Alan. Penutup dadanya sekarang
hanya bergantung ditahan
hanya oleh daging bulat
payudaranya saja. Alan
sekarang memandanginya
tanpa sungkan-sungkan lagi dan mengobrol dengan penuh
semangat. Aku tak tahu apa
yang tengah dia ucapkan, tapi
melihat isteriku yang terlihat
melakukan setiap apapun yang
Alan pinta, itu pasti sebuah paduan sempurna dari sebuah
humor dan rayuan. Beberapa
saat berikutnya kembali
tangan Dayu masuk ke dalam
air. Kali ini dia terlihat
menahan nafas. Apapun yang dia pegang di dalam air
tersebut, itu membuatnya
terkesan. Alan tertawa dan
membisikkan sesuatu yang
membuat tawa Dayu lebih
pecah dengan kerasnya. Kembali Dayu mengangkat
tangannya dari dalam air
kemudian meremas kedua
lengannya rapat-rapat.
Belahan daging payudaranya
terangkat sedikit, cukup untuk membuat penutup dadanya
sedikit lebih turun lagi,
membuat putingnya sekarang
terekspos di hadapan mata
Alan. Putingnya yang merekah
terlihat sangat keras dan mencuat menggiurkan dari
bulat kenyalnya payudaranya
yang indah. Menyaksikan hal itu
membuatku sangat terkejut
sekaligus merasa api birahiku
berkobar hebat, batang
penisku langsung tebangun dan
ereksi penuh. Aku tak bisa percayai kalau isteriku telah
mengekspos dirinya dihadapan
seorang pria seperti itu, dan
aku tak bisa percaya kalau
diriku sendiri merasa
terangsang karena melihat kejadian tersebut. Apa yang
salah dengan diriku? Alan sangat menikmati
waktunya mengamati
keindahan payudara Dayu
untuk bebeapa waktu,
kemudian dia membungkuk
mendekat ke arah Dayu dan membisikkan sesuatu di
telinganya. Dayu tertawa genit
dan kembali tangannya
bergerak masuk ke air.
Keduanya diam tak berbicara
untuk beberapa saat sedangkan tangan Dayu
bergerak naik turun di dalam
air. Terlihat nyata kalau Dayu
tengah mengocok batang penis
Alan. Beberapa detik kemudian
Dayu menoleh ke arahku dengan ragu-ragu. Aku yakin
jika dia melihatku bergerak,
maka dia akan langsung
menghentikan apapun yang
tengah dia lakukan itu, tapi
aku tetap diam tak bergerak. Aku merasa seberapa besar
rasa cemburu dalam dadaku,
maka sebesar itu pula
keinginanku untuk melihat apa
yang akan terjadi berikutnya. Setelah memastikan kalau aku
masih tetap tertidur, Dayu
turun dari tepian kolam lalu
masuk ke dalam air. Sekarang
dia berdiri berhadapan dengan
Alan, penutup dadanya menempel diperutnya. Kedua
tangannya kembali masuk ke
dalam air lalu keduanya
nampak sedikit menggeliat
untuk beberapa saat. Aku
hanya mampu menebak apa yang tengah mereka lakukan
hingga celana renang Alan
tiba-tiba saja muncul dari
dalam air disamping tubuhnya.
Dayu telah melepaskannya! Keduanya tertawa
berbarengan, lalu kembali Dayu
memasukkan tangannya
kedalam air. Nafas Alan mulai
terlihat berat dan tatapan
matanya terpaku pada payudara indah milik isteriku.
Dayu hanya tertawa genit
atas tatapan mata Alan pada
payudaranya tersebut dan
bahkan beberapa kali nampak
dia sedikit menggoyangkan dadanya untuk memberikan
sedikit tontonan pada Alan. Dayu mulai menggerakkan
tangannya naik turun dengan
cepat dan semakin bertambah
cepat, sementara itu Atatapan
mata Alan tak pernah lepas
dari payudara isteriku. Tiba- tiba Alan memejamkan matanya
rapat-rapat dan menggigit
bibir bawahnya. Dayu melihat
ke bawah dan menatap air
seakan terhipnotis saat Alan
mulai menggelinjang. Setelah beberapa saat dia berhenti
menggelinjang dan membuaka
matanya kembali. Lalu Alan
membisikkan sesuatu padanya
yang membuat Dayu menjerit
dengan nada genit marah dan mendorong Alan menjauh. Alan
tertawa dan menggenggam
celana renangnya, sedangkan
Dayu memakai penutup
dadanya kembali. Aku sudah tak yakin lagi
apakah yang mampu
membuatku terkejut lagi,
menyaksikan isteriku
memasturbasi pria lain didepan
mataku ataukah kenyataan bahwa tak ada seorangpun
yang memperhatikannya.
Melihat sekeliling, kusaksikan
begitu banyak orang yang
saling mencumbu, dan aku rasa
mereka berdua merasa sangat yakin kalau tak ada
seseorangpun yang
memperhatikan apa yang
mereka perbuat. Aku bertanya
kalau diriku masih seorang pria
lugu dan kolot lagi sekarang, benarkah begitu? Benakku
menjawab, masih, namun
batang penisku yang ereksi
berkata tidak. Setelah setengah jam
berikutnya, Kristin berdiri,
masih bertelanjang dada
mengumumkan bahwa saatnya
untuk pergi ke pantai telah
tiba. Perusahaan telah menyewa beberapa van untuk
mengangkut semua orang
disana dan tidak
memperbolehkan memakai mobil
sendiri. Aku pura-pura baru bangun
dari tidurku saat Dayu
berjalan mendekatiku. Dia
masih agak mabuk, jika tak
mau dikatakan mabuk dan
kuputuskan untuk melihat apakah dia akan
mengungkapkan semuanya.
“Ada yang terjadi lagi saat
aku tertidur?”
“Tak begitu banyak, sayang,”
jawabnya. “Ada lagi yang mencuri lepas
penutup dada?” desakku.
“Kenapa?” tanya istriku
dengan nada menggoda. “Apa
kamu ingin dengar tentang
itu?” “Mungkin,” jawabku, meskipun
dengan cara penyampaiannya
itu membuatku terdengar
sangat ingin mendengarnya.
“Well, tak ada lagi yang
mencuri lepas penutup dada, tapi Alan masih ingin melihat
payudaraku dan dia terus
merajuk. Jadi kupikir dia juga
sudah melihatnya, aku
memberinya sedikit bonus
lagi.” “Oh,” jawabku.
“Jadi kuturunkan sedikit
penutup dadaku dan
membiarkan dia melihatnya.
Tapi hanya itu saja. Tak apa-
apa kan sayang? Kamu tak marah padaku karena sudah
memperlihatkan payudaraku
sebentar pada teman priaku?”
jawabnya dengan nada
merajuk.
“Aku rasa begitu…” jawabku datar. Aku sedang
membayangkan dia
memasturbasi Alan. Kami mengemasi handuk kami
dan kemudian berjalan
mengikuti yang lain menuju ke
area parkir. Kami masuk ke
dalam van yang semua orang
di dalamnya tak kukenal lalu mulailah kami berangkat
menuju ke pantai. Jalanan
yang dilalui sangat jelek dan
membuat van yang kami
tumpangi terlonjak-lonjak,
namun aku tak begitu merasakannya karena aku
tengah fokus pada usaha
untuk mengingat apa yang
kusaksikan pada Dayu dan Alan
tadi. Saat tiba di pantai,
kuperhatikan kalau perusahaan
juga sudah mengeset sebuah
erena untuk permainan bola
voli lengkap dengan net-nya
dan segera saja Kristin dan Nana sudah berinisiatif untuk
memuali sebuah pertandingan.
Kuputuskan untuk rebah
diatas pasir saja dan melihat,
berusaha untuk menata
perasaan dan melegakan himpitan dalam dada,
sedangkan Dayu langsung
bergabung dalam permainan.
Kedua team terbagi dalam
kelompok wanita dan pria.
Sebenarnya pertandingan tersebut menyenangkan untuk
disaksikan karena para
pemainnya ternyata lumayan
mahir dan juga karena para
wanita terlihat begitu
menawan saat melompat dalam balutan bikini minim mereka.
Seiring jalannya pertandingan,
suasana semakin bertambah
panas, kata-kata jorokdan
ejekan penuh sendau gurau
terus bersahutan. Sekarang tibalah saatnya bagi
isteriku untuk serve. “Siap-
siap guys, kali ini kalian ak
akan bisa mengemblikan!”
teriaknya.
“Kamu mau bertaruh untuk penutup dadamu?” teriak
Eddie membalas. Langsung terdengar riuh
rendah suara menyambut dari
para penontonnya. Dayu
terdiam beberapa saat, mimik
wajahnya menggambarkan
ekspresi yang sangat seksi kemudian belas menyahut,
“Kalau kamu tak bisa
mengembalikannya, kamu harus
melepas celanamu!”
“Ok, tapi itu tak akan terjadi
sayang!” balas Eddie. Dayu merespon dengan
melempar bola ditangannya
tinggi-tinggi dan mengirimkan
sebuah serve yang sangat
kuat. Aku tak yakin berapa
banyak rekan kerjanya yang tahu, kalau dia saat kuliah
dulu termasuk andalan dalam
team bola voli. Bola tersebut
mengarah sangat sesuai
dengan yang dia inginkan,
mendarat dengan tajam diantara dua pemain yang
paling payah. Para wanita bersorak
menyambutnya sedangkan
para pria terlihat menepuk
kepalnya sambil mengerang
kesal. Eddie bersiul dan
menghadap ke arah Dayu, kemudian mencengkeram
celananya kemudian
menurunkannya. Batang
penisnya tak sepanjang milik
Dave namun jauh lebih besar.
Benar-benar cukup besar untuk mengundang siulan dan
teriakan dari para wanita.
Dayu menatapnya dengan
senyum birahi tergambar pada
wajahnya. Belum pernah
diamenatap bang penisku dengan ekspresi seperti itu
sebelumnya. Dayu bersiap untuk serve
berikutnya dan berteriak pada
seorang pria yang tak
kukenal, “Hey, Don! Mau
bertaruh yang sama juga?”
Doni melihat ke arah Eddie, lalu beralih ke dada isteriku dan
kemudian menjawab, “Tentu
saja!” Dayu memberikan sebuah
serve penuh tenaga lagi,
namun kali ini para pria sudah
lebih siap menyambutnya. Salah
seorang pria melompat
menyambut datangnya bola, bola tersebut melayang cukup
tinggi bagi Dave untuk
menyambutnya dengan smash
yang keras. Para wanita
terlihat terkejut dengan
serangan tersebut, dan begitu bola mendarat mulus diatas
pasir, para pria berteriak
menyambutnya, “Lepas!
Lepas!” Dayu menutup wajahnya
dengan kedua telapak
tanganna, dia tertawa malu,
lalu tangannya bergerak
kebelakang tubuhnya untuk
melepaskan penutup dadanya. Dia menahannya didada untuk
beberpa saatdan kemudian
melepas kain penutup dada
tersebut ke samping. Payudara
bulat indahnya yang dihiasi
putting merah mencuat terpampang jelas tanpa
penghalang lagi. Para pria mulai
bersiut dan berteriak
menyambutnya, sedangkan
Dayu tampak memerah
wajahnya dan tertawa. Dayu memainkan sisa
pertandingan dengan
bertelanjang dada, membuat
semua orang mendapatkan
sebuah tontonan indah. Setiap
kali dia berlari atau melompat untuk mengembalikan bola,
payudaranya akan memantul
dengan seksi. Kuperhatikan
semua selangkangan para pria
terlihat menonjol karena
ereksinya melihat semua gerakan isteriku, khususunya
Eddie. Tak lama kemudian game
tersebut berakhir dengan
kemenangan dipihak team
isteriku. Dayu dia berjalan
memungut penutup dadanya,
tapi tak memakainya kembali. Lalu dia berjalan menghampiri
Eddie, yang baru saja
mengambil celananya. Kuamati
dia agak merentangkan
punggungnya ke belakang,
membuat payudaranya lebih menonjol kedepan. Mereka
mulai mengobrolkan sesuatu,
dan kuperhatikan pandangan
isteriku lebih sering tertuju
pada batang penis besarnya
Eddie dan mata Eddie seakan juga tak mau lepas dari dada
isteriku. Eddie mengucapkan sesuatu,
lalu mendorongkan batang
penisnya kearah isteriku. Dayu
tertawa genit dan
menggelengkan kepalanya, tapi
pandangannya tak beralih dari batang penis tersebut. Eddie
tetap pada posisinya, tak
bergerak dan setelah
beberapa lama tangan isteriku
menggapai ke depan dan
menggenggam batang penis milik Eddie. Dia memeganginya
sejenak, kemudian dia sedikit
menggoyangkannya dan dia
tertawa senang. Eddie juga tertawa, kemudian
tangannya terjulur kedepan
dan menarik bagian depan dari
kain penutup selangkangan
yang dipakai Dayu. Dia
membungkuk kedepan untuk mengintip vagina isteriku,
sedangkan Dayu menjerit malu
namun tak berusaha
menghentikannya. Tiba-tiba saja Eddie
menyentakkannya turun
hingga ke pergelangan kaki
isteriku. Dayu menjerit,
membuat semua orang menoleh
ke arahnya dan menyaksikan vaginanya yang dihiasi rambut
tercukur rapi terekspos penuh.
Tubuh indah isteriku telah
telanjang seutuhnya sekarang,
dan ekspresi malunya semakin
membuatnya terlihat sangat cantik. Dengan cepat Dayu menaikkan
penutup tubuh bawahnya
dengan diiringi sorakan para
pria, namun dia tak memakai
kembali penutup dadanya.
Matahari sudah mulai beranjak ke peraduannya sekarang, lalu
Kristin meminta semua orang
untuk kembali ke resort,
semuanya diminta untuk
berkumpul kembali di hot tub
jam 10 nanti. Kami mulai berkemas dan
berjalan menuju mobil, kami
berjalan dengan santai dan
saat kami tiba ke tempat
parkir, yang tersisa hanya
sebuah mini-van kecil dan orang yang masih ada
berjumlah delapan orang.
Iseriku adalah satu-satunya
wanita dikelompuk ini dan pria
yang kukenal dalam grup ini
hanyalah Gary dan Dave. Garry naik ke kursi pengemudi dan
menyuruh kita semua untuk
segera masuk ke dalam mobil. Barusaja aku hendak
menyuruh isteriku agar duduk
di kursi belakang, namun Dave
yang berada dikursi depan
berkata, “Hey, Dayu, duduk
disini saja, kupangku! Biar semuanya cukup.” Dayu sama sekali tak melirikku
untuk meminta persetujuan.
“Oke,” dia tertawa manja,
“Tapi jangan macam-macam!”
Kemudian dia naik ke pangkuan
Dave, dengan masih hanya memakai penutup tubuh
bawahnya saja. Para pria yang
lainnya dengan cepat saling
berebut naikke kursi tengah,
membuatku terpaksa duduk
jauh dibelakang. Semua orang kecuali aku dan
Gary sudah dalam keadaan
lumayan mabuk. Aku duduk
dibelakang, disamping seorang
pria yang keadaannya sudah
mabuk berat, dan berbicara tentang sepak bola dengan
suara yang sangat keras.
Semua orang nampak asik
dengan topik yang diangkat
pria ini, jadi ada empat orang
pria yang mabuk saling teriak satu sama lainnya dalam mini-
van ini. Aku tak begitu ingin ikut
masuk dalam pembicaraan
mereka, karena aku ingin
konsentrasi mengawasi isteriku
yang berada di depan. Aku tak
mau Dave mengambil kesempatan dlam situasi ini.
Sudut pandangnku sangat
kurang menguntungkan dan
aku harus membungkuk ke
depan untuk dapat melihat
apa yang terjadi dikursi depan. Pada awalnya kulihat isteriku
nampak bersandar ke tubuh
Dave di belakangnya, yang
berusaha memasang sabuk
pengaman ke tubuh mereka
berdua. Itu membuatnya harus meraih kedepan dan
tangannya menyentuh
payudara Dayu karenanya.
Dave melakukannya lebih lama
dari yang seharusnya, tapi
Dayu hanya membiarkannya saja. Kami mulai memasuki jalanan
yang jelek, membuat mini-van
ini melompat-lompat dan yang
berada didalamnya terguncang.
Ditengah guncangan yang
terjadi itu kuamati tangan Dave yang semula berada di
dada Dayu bergeser ke
pahanya. Keduanya asik
mengobrol dan tertawa-tawa,
tapi karena keberadaanku di
belakang dan ditambah pula suar berisik para pria mabuk
ini yang membicarakan sepak
bola dengan sura yang keras
membuatku dapat mendengar
apa yang tengah dibcarakan
Dayu dengan Dave. Satu dari pria mabuk ini
menoleh padaku dan bertanya
tentang team sepak boal
favoritku. Aku berusaha untuk
tetapa fokus pada kejadian di
kursi depan, tapi aku tak ingin menarik perhatian para pria
mabuk ini. Jadi kujawab
pertanyaaan pria tersebut dan
mulai masuk dalam perbicangan
tentang sepak bola ini. Jalanan
yang kami lalui bertambah semakin parah, dan aku harus
susah payah menjaga posisiku
agar tetap stabil dan pada
perbincangan tersebut. Saat akhirnya aku bisa melirik
ke arah depan lagi,
keperhatikan Dayu dan Dave
sudah tak memakai sabuk
pengaman lagi. Tak ada yang
kelihatan aneh. Tangan Dave masih berada dipinggang
isteriku, meskipun sekarang
posisi duduk Dayu agak lebih
naik di pangkuan Dave dan
terguncang naik turun. Kupikir
guncangan tersebut disebabkan oleh buruknya
kondisi jalan, namun saat mobil
berhenti dilampu merah,
kuperhatikan tubuh Dayu
tetap bergerak naik turun.
Aku tak bisa melihat ekspresi keduanya dan tiba-tiba saja
sebuah prasangka buruk
menyergap otakku, mungkin
saat ini Dave sedang
menyetubuhinya. Kecurigaanku
semakin besar saat kuamati mereka berdua sama sekali
diam tak saling bicara. Disisa perjalanan aku
membungkuk ke depan dan
mengamati tubuh isteriku
terayun naik turun, menerka-
nerka tentang kemungkinan
kemungkin yang terjadi dikursi depan. Setelah sekitar dua
puluh menitan, mobil berbelok
arah dan sudah tampak resort
di depan. Aku yang paling terakhir
keluar dari dalam mobil dan
aku bergegas menyusul Dayu
yang sudah berjalan didepan
bersama Dave dan Gary. Saat
akhirnya aku berhasil menyusulnya, kuperhatikan
kalau wajahnya tampak
memerah dan dia sedikit
berkeringat. “Hey,” kataku, saat semua
pria sudah berjalan menjauh
didepan. “Apa yang sudah
terjadi dikursi depan tadi?”
“Apa? Apa yang sudah kamu
lihat?” tanyanya, terdengar terkejut namun juga
bersemangat.
“Aku tak bisa melihat, tapi
kuperhatikan kalau Dave
terlihat sangat menikmati
keadaannya,” jawabku mencoba berkilah.
“Jangan marah, sayang, kami
hanya bercanda saja,” dia
mulai menjelaskan. “Dave terus
mengeluh tentang celananya
yang sangat sesak, jadi aku menyuruhnya untuk
menurunkannya sedikit kalau
dia mau. Sebenarnya aku cuma
bercanda dan bermaksud
menggodanya saja. Aku tak
bermaksud agar dia benar- benar melakukannya, tapi dia
sungguh-sungguh
melakukannya. Andai saja kamu
melihat betapa batang
penisnya sungguh sangat
besar ” terangnya dengan suara pelan namun punuh
gairah
“Sayang, batang penisnya itu
sungguh besar. Aku
menggeseknya dengan
pantatku beberapa saat. Lalu dia sepertinya menarik
penutup tubuh bawahku
kesamping dan kepala penisnya
menyelinap masuk ke dalam
bibir vaginaku begitu saja. Aku
rasa itu tak sengaja. Dan kamu tahu kondisi jalannya
yang sangat parah kan?
Tubuhku jadi terangkat naik
turun dan itu membuat batang
penisnya semakin masuk
bertambah dalam, hingga akhirnya… kamu mungkin tak
percaya sayang, batang
penisnya jadi masuk semuanya!
Tapi baru sebentar saja aku
merasakan vaginaku terisi
penuh, mobilnya menghantam gundukan yang besar dan
batang penisnya jadi tercabut
keluar begitu saja, lalu
kubetulkan lagi penutup tubuh
bawahku dan selesai, itu saja.” Ekspresi wajahnya jadi
bergairah dan menghiba disaat
yang bersamaan. “Tak apa-
apa kan sayang? Bukan
masalah besar kan? Ini benar-
benar kecelakaan dan lagipula dia tak sampai keluar.” Aku sama sekali tak mampu
bicara. Isteriku telah berterus
terang dengan sangat
gamblang kalau dia baru saja
menyetubuhi seorang pria. Tapi
apa yang bisa kuperbuat? Aku tak mungkin membuat
keributan besar di resort ini,
di hadapan semua orang. “Yah… kalau dia tak sampai
keluar, kurasa itu tak
maslah,” akhirnya jawabku
lirih.
“Kamu sungguh suami yang
sangat pengertian sayang!” teriaknya senang sambil
memelukku. “Ayo, kita cari
sesuatu untuk makan malam!”


Tamat

[ back ][ home ]



Web Site Hit Counter