watch sexy videos at nza-vids!
Mozilla

Rintihan Putri

“Tante…Dina berangkat dulu
yah”, pamit Dina kepada
tantenya. Begitulah Dina, yang
memiliki nama lengkap Andina
Agustina mengawali aktifitasnya
di pagi hari ini. Jam menunjukkan pukul 6 tepat saat
Andina meninggalkan rumah
tantenya tempat dimana dia
menumpang hidup.
Andina Agustina, gadis
keturunan tanah rencong, berusia 18 tahun adalah
seorang finalis Pemilihan Putri
Indonesia 2004.
Gadis cantik jelita yang selalu
mengenakan jilbab ini
penampilannya tidaklah kalah dengan gadis-gadis lainnya,
terbukti dalam kontes itu dia
terpilih sebagai juara favorit.
Baju-baju muslimah yang
dikenakan Andina selalu modis,
dengan mengambil ukuran baju yang body fit atau ketat
sehingga menonjolkan keindahan
lekuk-lekuk tubuh Andinda, dada
yang menonjol pinggulnya yang
ramping serta pantatnya yang
padat menambah nilai tersendiri bagi keindahan tubuh gadis ini.
Wajahnya yang putih bersih
selalu dipoles dengan kosmetik
sehingga nampak semakin cantik
apalagi ditambah dengan
senyuman yang selalu tersungging ramah dari bibirnya
yang sensual itu, Andina bukan
saja seorang gadis yang cantik
tetapi juga ramah. Hari ini Andina memenuhi
tawaran Frans, seorang
photografer, yang kemarin
menghubunginya untuk
pemotretan model sebuah baju
muslimah karya seseorang perancang busana. Sebetulnya
Andina agak malas untuk
memenuhi panggilan itu karena
dia masih memiliki kegiatan
lainnya yang setumpuk. Namun
kebetulan jadwal pemotretan yang ditawarkan itu adalah pagi
hari maka setelah dipikir-pikir
tidak ada salahnya untuk
memenuhi panggilan sang
photografer itu, thoh juga
itung-itung untuk menambah pengalaman dan pergaulan
pikirnya.
Singkat cerita, sampailah sang
putri ini ditempat pemotretan
yaitu sebuah rumah besar yang
terletak disebuah kawasan antara Jakarta dan Bogor. Areal
disekitar rumah itu agak sepi
dan jauh dari keramaian,
mungkin sebagai seseorang yang
berjiwa seni Frans memerlukan
tempat tinggal yang tenang seperti ini pikir Andina. Setelah memarkirkan mobil
sedannya Andina memasuki
halaman rumah tersebut, tak
lama kemudian keluarlah sosok
lelaki bertubuh tinggi besar,
kepalanya plontos wajahnya dengan wajah khas orang
chinesse.
“Ah ini dia Putri Indonesia yang
pertama kali berjilbab, selamat
datang….”, sambut lelaki itu.
Dengan senyum ramah dia kemudian memperkenalkan
dirinya “Perkenalkan saya Frans
alias Aliong, kamu boleh panggil
saya Frans atau Aliong…”, ujar
lelaki itu dengan tersenyum.
“Saya Andina….”, balas Andina sambil menjulurkan tangannya
untuk bersalaman.
“Oouuhh…cantik nian kamu
Andina…tanganmupun mulus
sekali”, ujar Frans sambil
menyambut uluran tangan Andina.
Dan…“CUP….” sebuah kecupan
bibir Frans tiba-tiba mendarat
dipunggung tangan Andina,
membuat Andina agak terkejut
karena baru kali ini diperlakukan bak seorang putri dari daratan
eropa. “Mari silahkan masuk” Frans
mempersilahkan Andina memasuki
rumah sang fotographer itu.
Sesampainya didalam Andina
tertegun melihat suasanya
didalam rumah itu, ruangannya besar-besar namun gelap dan
sepi, seperti rumah yang tidak
berpenghuni. “Pemotretannya
dimana mas…”, Tanya Andina.
“Mari kita kedalam…”, ajak
Frans mempersilahkan Andina berjalan melalui lorong-lorong
gelap didalam rumah tersebut.
“Gimana tawaran
pembayarannya ?”, Tanya
Frans sambil berjalan memandu
Andina. “ Masih 500.0000 rupiah
pershot kan ?”, balas Andina.
“Iya…iya…kamu akan saya ambil
5 shot aja koq dan masih ada
tip-nya, jadi jumlah yang akan
kamu terima nanti akan lebih banyak dari jumlah yang kamu
perhitungkan”, jawab Frans
sambil tersenyum melirik Andina.
Dan tibalah mereka disebuah
ruangan dibagian belakang
rumah tersebut, ruangan tersebut nampaknya sudah di
set-up untuk pemotretan.
Ukurannya tidak terlalu luas
hanya sebesar 10 x 10 meter
dan terdapat sebuah sofa besar
untuk sarana pemotretan dan sebuah bilik untuk berganti baju. “Ini dia studio pemotretannya,
silahkan masuk Andina”.
“Terimakasih mas… Tapi
pemotretannya jangan lama-
lama yah mas soalnya aku mau
ada interview dengan majalah Femina”, ujar Andina.
“Beres…semua udah diatur”,
balas Frans.
” Nah, Andina ini baju yang
musti kamu kenakan untuk
pemotretan ini”, ujar Frans sambil menyodorkan sebuah
gaun muslimah panjang.
“Bajunya cuman ini aja mas dan
saya ngga perlu di make-up lagi
mas ?” Tanya Andina.
“Nda perlu…wajah kamu udah cantik koq, nda perlu make-up
lagi, baju untuk pemotretan ya
cuma itu aja” ujar Frans.
“Sekarang kamu silahkan ganti
baju diruangan itu” Frans
menunjuk satu bilik kecil didalam ruangan itu.
Beberapa menit kemudian Andina
keluar dengan busana panjang
muslimah berwarna merah tua
dipadukan dengan jilbab merah
muda. Bahannya terbuat dari sutera tipis dan ukurannya
ketat menjadikan tubuh
Andinapun terlihat sexy.
“Waw cantik sekali….”, Frans
terpesona dengan kemolekan
tubuh Andina. “Duduk di sofa itu”, perintah
Frans sambil menutup pintu
kamar pemotretan itu.
“Koq sendirian aja sih mas ?”,
Tanya Andina
Frans hanya diam saja, dia nampak sibuk menyetel
kameranya
“Ok mulai berpose….”,
Dan kilatan-kilatan blits mulai
memancar didalam ruang itu
mengiringi pemotretan Frans, Andina pun berganti-ganti gaya
diatas sofa itu. Tidak ada
setengah jam, pemotretanpun
usai.
“Selasai…!” Frans
mengacungkan jempolnya. “Hihihi…engga terasa udah
selesai ya mas….”, ucap Andina
sambil bangkit dari sofa.
“Tunggu dulu, jangan bergerak
dari sofa”, ujar Frans
Wajah Frans tiba-tiba berubah menjadi serius, digantinya
kamera yang menggantung di
treeport dengan sebuah
handycam.
Kemudian Frans bersiul beberapa
kali seperti memberi tanda sesuatu.
“Lho…ada apa lagi mas…? Koq
masang handycam segala ?”
Tanya Andina yang mulai
kebingungan.
“Masih ada satu lagi yang ingin gue ambil dari kamu”, kata
Frans.
Andinapun terkejut sambil
bertanya “Apa mas…?”.
“Sebuah adegan….yang bakal
membuat kamu lebih terkenal daripada sekedar putri-putri-
an”, balas Frans sambil
memasukkan film didalam
hadycamnya.
Belum lagi hilang rasa bingung
didalam diri Andina tiba-tiba masuklah beberapa orang lelaki
kedalam ruangan itu. “Ah ini dia, jagoan-jagoan
kita…” ujar Frans sambil
tersenyum.
“Andina, perkenalkan ini lawan
main kamu didalam adegan nanti.
Yang tinggi besar berambut botak ini namanya Ayung, yang
kurus dan berambut gondrong
ini namanya Paulus dan yang
berbadan tegap dan kekar ini
namanya Martinus”.
“Siapa mereka ? mau apa mereka ? mas mau adegan apa
lagi ?” Tanya Andina yang mulai
gugup melihat suasana yang
tidak menguntungkan itu.
“Andina, gue sebenarnya mau
bikin Blue Film alian BF alias Bokep dan kamu adalah
pemeran utamanya !”, Frans
menjelaskan.
Sontak penjelasan Frans ini
membuat diri Andina bagai
tersambar petir, dia mulai sadar bahwa dirinya telah dijebak oleh
Frans.
“Tenang…tenang kamu tetap
akan kami bayar Andina, tapi
setelah film ini laku…” lanjut
Frans. “Themanya tergantung dari
kamu…kalo kamu rela bersedia
disyuting kita bisa pilih tema
perselingkuhan saja, sepeti
antara bos dan karyawannya.
Tetapi…kalo kamu menolak syuting ini, yaaah…terpaksa mau
tidak mau thema yang aku pilih
adalah PEMERKOSAAN…
hahahaha….”.
Wajah Andina nampak menjadi
pucat pasi, hatinya menjadi ciut, aliran darahnya serasa berhenti
mendengar penjelasan Frans
tadi. “Tidak…tidak…aku tidak
sudi….!!”, teriak Andina sambil
bangkit dari sofa seraya berlari
menuju pintu untuk
meninggalkan ruangan itu.
Namun belum lagi tangan Andina menyentuh handle pintu tiba-
tiba sebuah tangan kekar dan
besar milik Martinus dengan
cekatan memegang tangan
Andina.
“Ahh..lepaskan…lepaskan aku… kalian bajingan setan semua !!!”,
Andina menjerit-jerit sambil
berontak mencoba melepaskan
tangannya dari cengkraman
tangan Martinus.
“AHA…jelaslas sudah berarti thema film kita adalah
PEMERKOSAAN !”, teriak Frans
sambil menghidupkan
handycamnya.
“Kita langsung mulai saja
pengambilan gambarnya…”. “Action….mulai !!!!”, perintah
Frans sambil menghidupkan
kameranya dan mengarahkan ke
adegan Martinus yang tengah
meringkus Andina.
“Hebat sungguh hebat,… kejadiannya sangat alami…
benar-benar ini akan menjadi
sebuah filem pemerkosaan yang
hebat”, ujar Frans sambil terus
membidikkan kamerannya
kearah pergumulan antara Martinus dan Andina. “Lepaskan…lepaskan saya….”,
teriak Andina sambil meronta-
ronta.
Tubuh Andina diseret ketengah
ruangan oleh Martinus serta
Paulus yang kemudian datang membantu. Andina tiada henti
meronta-ronta dan berteriak
menyumpah-nyumpah serapah
namun dua orang lelaki kekar
itu dengan mudah mematahkan
perlawanan Andina. “Tenang sayangku….kamu akan
jadi terkenal”, ujar Paulus
sambil menyeret Andina.
Kemudian Martinus dan Paulus
meletakkan tubuh Andina ke
sofa, Paulus yang mengambil posisi dibelakang sofa
memegangi kedua tangan Andina
dengan kuat. Sementara
Martinus memegangi kedua kaki
Andina.
Ayung, sang lelaki botak yang sedari tadi hanya mengamati
kejadian diruangan itu dengan
senyum-senyum simpul mulai
melepaskan pakaiannya hingga
telanjang bulat. Bentuk tubuh
lelaki berusia 40-an ini jelek sekali sejelek roman mukanya.
Ayung adalah seorang sex
maniak sejati. Perutnya buncit
badannya penuh dengan tatto,
dan yang mengerikan dia
memiliki sebuah penis yang berukuran besar yang
sepertinya sangat terlatih
didalam mengaduk-aduk lubang
kemaluan wanita.
Perlahan-lahan dihampirinya
tubuh Andina yang meronta- ronta ketakutan, Andina sangat
menyadari akan apa-apa yang
bakal terjadi terhadap dirinya.
“J…ja..ngan paakk…
jjangann..perkosaa saya…”,pinta
Andina dengan suara yang tergetar.
Apalah arti dari permintaan itu,
dihadapan para lelaki yang telah
kerasukan setan itu Andina
ibaratnya hanyalah seonggok
daging mentah yang siap dimangsa oleh anjing-anjing
budukan yang kelaparan. Dengan santai tangan Ayung
menjamah tubuh Andina,
diremasnya kedua buah
payudara Andina. seketika tubuh
Andina menggeliat sebagai tanda
penolakan atas perlakuan lelaki kurang ajar ini.
Tangan-tangan Ayung mulai
melucuti pakaian Andina, gaun
panjang yang dikenakan Andina
sangatlah mudah untuk dilepas
bagai menguliti buah pisang saja. Sekali tarik saja gaun yang
melilit ditubuh Andina itu
terlucuti.
“Waaahh…indah sekali tubuhmu
sayang…”, bisik Ayung sambil
menyeringai. Diberinya kesempatan kepada
Frans untuk membidikkan
kamera hendycam-nya
keseluruh tubuh Andina yang
hanya dibalut bh dan celana
dalam warna putih serta jilbab yang masih menutupi rambutnya.
Airmata mulai meleleh membasahi
wajah ayu Andina keringat
dingin mengucur deras
membasahi tubuhnya yang indah
itu. Ketegangan dan kengerian luar biasa menyelimuti sang
juara favorit Putri Indonesia ini.
Matanya terpejam erat
tubuhnya bergetar disaat
kembali tangan-tangan Ayung
menyentuh tubuhnya. Tangan trampil Ayung kemudian
beraksi kembali dengan
melepaskan bh yang dikenakan
Andina. Sesaat kemudian apa
yang ada didada Aninda menjadi
pusat perhatian dari para lelaki itu, mereka pun berdesah
kagum atas keindahan dua
gundukan buah dada Aninda itu.
Ukurannya tidak besar tetapi
proporsional dengan tubuh
Aninda dan kencang. Dengan tangan-tangan kasarnya
diraihnya kedua gundukan
payudara itu oleh Ayung.
Diusap-usap dan diremas-
remas….dengan sesekali dipilin-
pilinnya kedua puting yang berwarna merah muda itu.
Karuan saja ini membuat tubuh
Andina menggeliat-geliat,
mulutnya sesekali menganga
mengeluarkan desahan-desahan.
Puas mempermainkan payudara Andina kedua tangan Ayung
merayap turun kearah pinggung
dan akhirnya dengan sekali
tarikan dia melorotkan celana
dalam putih Andina.
Suasana diruangan itupun semakin erotis, empat pasang
mata kembali terbelalak tertuju
ke sebuah gundukan indah di
selangkangan sang putri. Sebuah
kemaluan wanita yang benar-
benar terawat, bersih dengan susunan rambut kemaluan yang
berjajar rapih mengelilingi liang
kemaluannya. Andina terisak-isak menangis
tubuhnya seolah pasrah
menerima keadaan namun
matanya masih terpejam erat.
“Oh sang putri
cantik….,beberapa hari yang lalu aku lihat engkau berdiri tegar
disebuah panggung pemilihan
Putri Indonesia. Aku masih ingat
kau mengucapkan bahwa kau
adalah satu-satunya Putri
Indonesia yang berjilbab. Aku sangat mengagumimu, tak
kusangka kini kau berada
didepanku….aku siap
mewujudkan impianku untuk
menikmati tubuhmu”, ujar
Ayung sambil mengusap-usap kemaluan Andina.
“Ja..jangann…pakkk…
ammpunnn…jangann…”, pinta
Andina sambil menagis.
Tiba-tiba tubuh Andina
mengejang…mulutnya menganga seperti mengucap huruf A,
rupanya jari tengah Ayung
bagai cacing tanah menyeruak
masuk kedalam bibir vagina
Andina.
“Aaaahhhh…..”, Andina menjerit ketika jari tengah Ayung itu
mulai menusuk-nusuk
kemaluannya, tubuhnya
menggeliat-geliat bagai cacing
kepanasan sementara
keringatnya terus mengucur deras membasahi tubuhnya yang
masih memancarkan harum
wewangian bunga melati itu.
CEP…CEP…CEP…begitulah suara
yang keluar dari selangkangan
Andina akibat dari cairan kewanitaan Andina yang dengan
derasnya mengucur keluar
akibat dikobel-kobel oleh jari
tengan Ayung. Mata Andina
terpejam begitu pula dengan
mulutnya yang tertutup rapat berusaha menahan rintihan-
rintihan yang akan keluar dari
mulutnya.
Berdasarkan pengalaman Ayung,
inilah cara yang sering dipakai
Ayung untuk menguras tenaga dari sang gadis pada saat
memperkosa gadis itu. Dan
setelah tenaga gadis tersebut
habis terkuras maka dia dapat
dengan mudahnya menyetubuhi
gadis tersebut tanpa perlawanan yang berarti lagi. Beberapa saat lamanya jari
tengah Ayung mengocok-ngocok
liang vagina Andina sampai
akhirnya badan Andina terlihat
melemah, wajahnya memerah
menahan rasa ngilu dikemaluannya.
Setelah mencabut jari tengah
Ayung dari liang vagina Andina,
Ayung merapatkan wajahnya
ketubuh Andina tepatnya
dibagian selangkangan Andina. Kini lidahnya yang mulai bermain,
masih dengan obyek sasaran
selangkangan Andina. Lidah
Ayung mulai menyapu-nyapu
gundukan kemaluan Andina,
dijilat-jilatinya bagian tubuh yang amat pribadi bagi Andina
itu.
“Aaakkhhh….” mulut Andina
menganga badannya menegang
keras ketika lidah Ayung masuk
dan menjilati liang vaginanya. “Ssshhh…eeehhh…
aaahhh….hhhmmmhh….”, Andina
merintih-rintih tubuhnya
menggeliat-geliat semakin keras
akibat lidah Ayung yang terus
menjilat-jilat liang kemaluannya dengan rakus. Puas menikmati kemaluan Andina
kini Ayung dengan lidah yang
masih terjulur menyapu tubuh
Andina hingga sampai dibagian
dada. Kembali lidah Ayung
bergerilya didua bukit indah Andina itu, kali ini dibantu
dengan kedua tangannya yang
ikut meremas-remas keduaaa
payudara itu. Dijilat-jilat,
dihisap-hisap, digigit-gigit kedua
payudara indah yang malang itu oleh mulut Ayung yang rakus itu
hingga memerah warnanya.
Setelah itu serangan berganti
sasaran lagi, kini wajah Ayung
telah sejajar dengan wajah
Andina yang membuang muka dari tatapan wajah Ayung.
Diraihnya kepala Andina yang
masih mengenakan jilbab itu dan
dipalingkannya wajah Andina
hingga berhadapan dengan
wajahnya. “Hhhhhmmmm…hhmmmppp”,
Andina gelagapan ketika bibir
Ayung mendarat dibibir Andina.
Dengan rakusnya dikulumnya
bibir Andina yang merah mereka
itu. Lama Ayung menikmati bibir
Andina, dikecup-kecup bibir
gadis cantik itu, dikulum-kulum
dengan sesekali memainkan
lidahnya didalam rongga mulut
Andina. Andina nampak semakin
gelagapan karena kehabisan
nafas, betapa tidak ada sekitas
30 menit lamanya Ayung
mencumbu bibir Andina. Terkuras sudah tenaga Andina
oleh perlakuan yang
diterimanya, apalagi Ayung
seolah tak mau memberi ruang
nafas kepada Andina. Andina
menghela nafas panjang ketika Ayung memberi kecupan
terakhir dibibirnya, setelah itu
Ayung berdiri.
Nafas Andina mendesah-desah
tak karuan antara nafas
kelelahan dan nafas kengerian bercampur baur menjadi satu,
keringat ditubuhnya deras
mengucur membasahi tubuh
indahnya yang masih harum
mewangi itu.
Tubuh telanjang Andina itu tergeletak lunglai diatas sofa,
dadanya kembang kempis
meraup udara mengisi oksigen
ditubuhnya yang habis terkuras
sementara matanya masih
terpejam erat. Ayung kembali menganbil posisi
dan merapat ketubuh Andina.
Direntangkannya kedua kaki
Andina selebar bahu dan setelah
itu tiba-
tiba…..”Aaaaakkkhhhhhhh……..”, Andina melengking histeris,
matanya yang terpejam
seketika menjadi terbelalak
ketika dirasakan olehnya sebuah
benda keras berotot menusuk
lobang vaginanya. Ya, batang penis Ayung yang sedari tadi
tegak gagah mengacung mulai
melakukan penetrasi. Batang
penis itu mulai menunjukkan
kegarangannya di kemaluan
Andina, dengan perlahan-lahan mulai menyusup masuk keliang
vagina Andina. “Ooooogghhhh…..sss…
ssakkitt…..aaaaakkhhh…” ,Andina
menggeliat-geliat menahan rasa
sakit diselangkangannya. Sebuah
mahkota kehormatan yang
selama ini dijaga dan dirawat secara baik dan akan
dipersembahkan kepada
seseorang pria pilihannya kelak
pada malam pertama setelah
menikah ternyata pada saat ini
tengah dikoyak oleh seseorang yang sama sekali bukan idaman
atau tambatan hatinya bahkan
tidak dikenalnya.
Mata Andina merem melek
mengeiringi geliatan tubuhnya
yang semakin keras, tapi Paulus yang sedari tadi memegangi
tangan Andina masih cukup kuat
untuk mengatasinya.
Ayung yang menindih tubuh
Andina terus berusaha
melesakkan batang kemaluannya didalam liang vagina Andina
untuk merobek selaput
keperawanannya. Tangan kiri
Ayung memegangi batang
kemaluannya untuk membantu
menekan penisnya kedalam liang itu dan tangan kanannya
menekan pinggul Andina agar
dibagian itu tidak terlalu banyak
bergerak.
Dan akhirnya mengucurlah darah
segar dari liang kemaluan Andina, pertanda bahwa Ayung
berhasil membobol keperawanan
Andina. “Aaaaaaahhhh…..”,
Andina mengerang keras
airmatanya kembali mengucur
deras dari sudut-sudut matanya, matanya terbelalak
menengadah kearah langit-langit
kamar yang menjadi saksi akan
hilangnya sebuah keperawanan
dari sang putri cantik itu. Sejenak Ayung membiarkan
batang kemaluannya terbenam
keseluruhannya didalam liang
vagina Andina, dinikmatinya
kehangatan dinding-dinging liang
vagina Andina yang berdenyut- denyut itu. “Ohh..nikmat sekali
kau….”, desah Ayung sambil
mengatur posisinya diatas tubuh
Andina kedua tangan Ayung
memegangi pinggang Andina
yang ramping itu. Mulailah kemudian Ayung
menggenjot tubuh Andina,
dipompanya batang kemaluannya
keluar masuk didalam liang
vagina Andina secara perlahan-
lahan penuh dengan perasaan. Sambil menyetubuhi Andina
dinikmatinya wajah Andina yang
meringis-ringin serta tubuhnya
yang bergetar, sejenak
kemudian gelora nafsu Ayungpun
semakin memuncak wajah Andina yang sedemikian rupa
memancing birahi Ayung untuk
lebih agresif. Ayung mulai
mempercepat irama
persetubuhannya atas Andina
“Aaakkhh….oohhh…ooouuhh… ooohhh…ooouugghhh. ..”, Andina
merintih-rintih seiring dengan
gerakan tubuh Ayung yang
memompa kemaluannya keluar
masuk diliang vaginanya.
Gerakannya semakin lama semakin cepat sampai-sampai
tubuh Andina terbanting-
banting, Ayung pun mulai
merintih-rintih mengiringi
rintihan dan desahan yang
keluar dari mulut Andina, rintihan mereka berdua
bersaut-sautan menggema
didalam ruang itu dan tentu
saja kamera Frans tidak
melewatkan adegan ini. Beberapa menit kemudian Ayung
nampaknya akan berejakulasi,
tubuhnya menegang keras serta
kepalanya menegadah keatas
dan “CCRROTT….CCCRRROTT…
CCRROOOTT…”, cairan putih kental kemudian muntah dari
batang penis Ayung mengisi liang
vagina Andina hingga meluber
keluar.
“Aaaahhhhhh….”, Ayung
melolong , tubuhnya mengejan menikmati puncak kenikmatan
yang tiada tara itu. Entah
Andina gadis yang keberapa
yang telah berhasil dikoyak
keperawanannya.
Setelah menyemburkan tetes terakhir didalam liang vagina
Andina, tubuh Ayung melemas
tinggal nafasnya saja yang
berderu-deru berpacu dengan
nafas Andina yang terdengar
bercampur dengan isak tangisnya.
Ayungpun bangkit dari tubuh
Andina, dicabutnya batang penis
dari lobang vagina Andina. Puas
sudah Ayung melampiaskan
nafsu syahwatnya di tubuh Andina.
Entah apa yang terjadi
kemudian, tidak ada dalam
hitungan menit Martinus tiba-
tiba telah berdiri dihadapan
tubuh Andina yang lunglai tergeletak disofa tanpa sehelai
pakaianpun yang melekat
ditubuhnya kecuai jilbabnya
yang masih melilit dikepalanya.
Rupanya dia sudah mengantri
sedari tadi, tubuhnya hitam legam berotot begitupun dengan
batang kemaluannya yang sudah
mengacung dengan gagahnya.
Tanpa memberi kesempatan
buat Andina untuk beristirahat
Martinus langsung menindih tubuh Andina. Dikulumnya bibir Andina dengan
ganas, sementara itu kedua
tangannya mulai sibuk meremas-
remas kedua payudara gadis
yang malang itu.
“Hhhmmm…cup…mmmpphh… mmmmhh…cup..cup..mmmph h..”,
suara desahan Andina terdengar
bercampur dengan bunyi
kecupan-kecupan yang
berdecak-decak.
“Ooookkhhh…..”, suara Andina melengking tubuhnya yang
kembali tersentak akibat liang
kemaluannya mulai dijejali
kembali dengan batang
kemaluan yang kali ini milik
Martinus. Dalam sekejap tubuh Andina mulai digenjot, hentakan
demi hentakan dari gerakan
persetubuhan mengiringi
desahan-desahan lembut yang
keluar dari mulut Andina
“Ooohhh…ooohh…eegghh… hhooohhh…oouuhhh…”.
Keringat mebanjiri kedua tubuh
yang berlainan perasaan itu,
dimana yang satu dengan penuh
gairah yang membara terus
melampiaskan birahinya kepada lawannya sementara yang satu
lagi dengan perasaan putus asa
dan tubuh lemah, pasrah
menerima penetrasi dari sang
lawan.
Beberapa menit kemudian kembali liang vagina Andina
dibanjiri oleh cairan-cairan
sperma yang meluap hingga
membasahi kedua pahanya.
Martinus meregang
menggelinjang merasakan butir- butir kenikmatan menjalar
disekujur tubuhnya, tubuhnya
kemudian melemah lunglai.
Tibalah kini giliran si rambut
gondrong, Paulus. Lagi-lagi
rintihan-rintihan Andina mulai menggema diruangan itu,
tubuhnya kembali diperkosa
disetubuhi oleh lelaki yang
berumur 40-an ini. Setengah
jam sudah Paulus menyetubuhi
Andina hingga akhirnya kembali cairan-cairan kental itu mengisi
rongga kemaluan Andina. Andina lemas tubuhnya dibasahi
oleh keringatnya bercampur
dengan keringat-keringat para
lelaki yang memperkosanya tadi
sementara selangkangannya
penuh dengan cairan-cairan kental hingga kepahanya.
Frans sang kameramen rupanya
tak mau ketinggalan, dia
nampak ingin melakukan adegan
penutup dari filem ini. Setelah
menyerahkan kamerenya kepada Martinus kemudian dia
melepaskan baju yang
dikenakannya hingga telanjang
bulat. Tubuh lelaki yang berkulit
kuning langsat itu nampak
dipenuhi dengan hiasan tatto, sebuah kalung salib emas
terlihat melintang dilehernya.
Wajahnya menyeringai melihat
tubuh Andina yang tergeletak
lemah diatas sofa.
“Sekarang giliranku….”, ujarnya. Andina hanya bisa menatap
Frans dengan tatapan mata
yang sendu. Lelaki yang juga
aktifis partai politik yang
lambang partainya berwarna
dasar ungu ini nampak dengan gagahnya berdiri dihadapan
tubuh Andina.
Dengan sebuah lap yang telah
dibasahi, Paulus membersihkan
selangkangan Andina yang
tadinya penuh dengan cairan- cairan yang mengental dan
kering.
“Ok kamera siap bos”, ujar
Martinus sambil mengambil posisi
serta mengaktifkan kameranya.
“Silahkan tancap bos….”, ujar Paulus setelah membersihkan
tubuh Andina.
Frans mulai action. Diraihnya tubuh Andina yang
lemah tergeletak di sofa.
“Ayo sayang kita main lagi…. Ini
akan menjadi filem yang hebat”,
bisik Frans sambil membopong
memindahkan tubuh Andina kelantai.
Diterlungkupkan tubuh Andina,
setelah itu diangkatnya
pinggang gadis itu hingga
posisinya seperti orang yang
sedang bersujud. Frans mengambil posisi
dibelakang tubuh Andina.
Nafas Andina terdengar
tersengal-sengal tubuhnya
bergetar disaat tangan Frans
mengelus-elus punggung Andina yang halus dan lembut itu.
“Kulitmu halus sekali dan putih
bersih, kau cantik Andina….,
pasti kau tak mau kalau
kupersunting menjadi istriku.
Makanya kita lakukan saja ini seperti suami istri ya…”, rayu
Frans.
Kedua tangan Frans kemudian
memegang pinggang Andina.
“Aaaaaakkkkhhh……..
ooouuuuuhhhh…..”, sekonyong- konyong Andina melolong keras,
tubuhnya yang tadi lemas
bersujud seketika langsung
menegang keras, kepalanya
mendongak keatas disertai
dengan matanya yang terbelalak. Rupanya Frans mulai
melesakkan batang kemaluannya
kedalam anus Andina. Frans menyodomi Andina.
BLESSSS…dalam waktu yang
relatif singkat penis Frans
tertanam seluruhnya didalam
anus Andina. Setelah itu Frans
mulai dengan gerakan menyodok-nyodok kemaluannya
didalam anus Andina.
“Oogghh….oohh…aagghh….”,
Andina menjerit-jerit kesakitan
dengan tubuh menggelepar-
gelepar dan mulut yang menganga sementara Frans
dengan sekuat tenaga terus
menyodomi Andina.
“Wah rapet sekali bo’ol kamu
Andina, rasanya enaaakkk…”,
ujar Frans sambil terus menyodomi Andina.
Tubuh Andina semakin lunglai
lemas, keringat dingin mengucur
deras kembali membasahi
tubuhnya.
Setelah puas menyodomi Andina. Frans mencabut penisnya dan
setelah itu langsung
membalikkan tubuh Andina
hingga terlentang.
Frans mengarahkan penisnya
kewajah Andina dan setelah itu penis Frans yang besar dan
perkasa itu disumpalkan didalam
mulut Andina.
“Hhmmmppp…..”, Andina kembali
tersentak disaat Frans
berusaha melesakkan penisnya didalam rongga mulut Andina.
Namun apa dayanya tubuhnya
telah lemas setelah sekian kali
digenjot rame-rame. Andina
hanya pasrah disaat kemaluan
Frans masuk kedalam mulutnya. Kedua tangan Frans memegang
erat kepala Andina yang masih
berjilbab itu, kemudian
digerakkannya kepala Andina
naik turun untuk mengurut-
urut batang penisnya didalam rongga mulut Andina.
“Waww..lembut sekali mulutmu,
dingin sekali rasanya….aahhh…
nikmaattt…”, desah Frans yang
sangat menikmati perkosaan itu.
Namun tidak demikian dengan Andina, dengan nafasnya yang
tersengal-sengal dia terpaksa
mengulum batang kemaluan
Frans, mulutnya terlihat penuh
dijejali kemaluan Frans sampai-
sampai kedua pipinya menggelembung akibat batang
penis Frans yang besar itu
menjejali mulutnya. “Ooookkhh…haaahhhhkkhh…”,
Frans mengejang keras,
wajahnya menyeringai
menengadah kelangit-langit
ruangan itu, tubuhnya bergetar
ketika dia berejakulasi memuntahkan cairan-cairan
sperma didalam rongga mulut
Andina.
“HHmmmppphh…mmmhhh….”,
Andina berusaha melepaskan diri
namun sia-sia kedua tangan Frans dengan kuatnya
memegang kepala Andina.
CRRROOTT…CCRROOT…batang
penis Frans terus memuntahkan
sperma didalam mulut Andina
mengalir deras membasahi tenggorokannya hingga meluber
keluar disela-sela bibir Andina
yang masih disumpal oleh batang
kemaluan Frans.
“Aaahhh…nikmat sekali”, Frans
mendesah lega. Dicabutnya batang penisnya dari
mulut Andina, seketika itu
Andina terbatuk-batuk dan
seperti akan muntah, mulutnya
penuh dengan cairan kental
sperma bercampur dengan airliurnya sendiri sesekali cairan
itu mengalir keluar dari sela-
sela bibirnya membasahi pipinya.
Belum puas seratus persen,
Frans kembali mengambil posisi
diatas tubuh Andina dia akan menyetubuhi gadis itu.
Ditekuknya kedua kaki Andina
hingga bagian paha menyentuh
dada.
“Uuugghh….”, Andina mendesah
pelan, mulutnya meringis ketika vaginanya kembali diterobos
batang kemaluan lelaki. Frans
mulai menyetubuhi Andina.
Mulut Andina hanya
mengeluarkan desahan-desahan
lemah, tubuhnya lungalai dan lemas bak seonggok daging tak
bertulang ketika dia harus
terbanting-banting dan
tersodok-sodok akibat
perkosaan yang dilakukan oleh
Frans. Dengan tenaga yang masih perkasa Frans terus
menyetubuhi Andina hingga
akhirnya berejakulasi untuk
yang kedua kalinya. Tubuh Frans
menggelinjang nikmat
menghantar semburan-semburan sperma yang kembali memenuhi
liang vagina Andina. Kemudian kedua tubuh itupun
jatuh lemas tak berdaya, deru
nafas mereka berpacu
membahana mengakhiri adegan
pembuatan filem porno itu.
Andinapun kemudian tak sadarkan diri.
Rasa puas didalam diri Frans tak
bisa dilukiskan, filem yang
bertemakan pemerkosaan ini
pastilah akan laris manis karena
bintangnya adalah seorang Juara Harapan Putri Indonesia.
Segera kawanan crew
pembuatan filem itu
membereskan peralatan mereka
dan merapikan diri.
Waktu menunjukkan pukul 12 siang, merekapun meninggalkan
ruangan itu dan pergi
meninggalkan tubuh Andina yang
masih tergeletak tak beradaya,
rumah itupun kembali sunyi sepi.


Tamat

[ back ][ home ]


Add Your Site @ X.TRIKZONE.COM

Web Site Hit Counter