watch sexy videos at nza-vids!
Mobilize your web site

Asal Mula Istriku Menjadi Binal

“Lihat nih, bini aku sexy
kan?” kataku bangga. Rendy
melotot dan berdecak kagum,
“Ck..ck…sexy sekali ya?”
“Yuli (nama istri Rendy)
pernah direkam gini?” tanyaku tetap dengan nada bangga.
“Belum,” Rendy menggeleng,
“Tapi mau ah…nanti malam
aku mau ML sama dia, sekalian
direkam diam-diam.”
“Sip! Nanti lihatin ke aku ya,” kataku bersemangat, “sekalian
aku juga nanti malam mau ML
sama istriku, sambil direkam
juga.”
“Terus besok hasilnya tukaran
ya, punya kamu lihatin ke aku, punya aku lihatin ke kamu,”
usul Rendy yang langsung
kusetujui.
Malamnya, aku benar-benar
ML dengan Reny, istriku. Dia
tidak tahu bahwa aku merekamnya di hpku yang
sudah kuatur letaknya sebelum
mengajaknya ML.
Besoknya, aku dan sahabatku
menepati janji. Kuserahkan
hpku untuk ditonton oleh Rendy, sementara aku
menikmati hasil rekaman
sahabatku itu. Kami sama-sama
terangsang oleh tontonan
yang sangat pribadi sifatnya
itu. Bahkan Rendy sempat terlongong setelah
mengembalikan hpku, seperti
ada yang dipikirkan olehnya. “Jan…kalau kita swinger
gimana? Jujur, aku belum
pernah merasakan swinger,”
kata Rendy tiba-tiba.
Aku terkejut. Tak pernah
kupikir sebelumnya akan melakukan seperti yang Rendy
usulkan itu.
“Kamu jangan tersinggung,
Jan,” Rendy menepuk bahuku,
“Ini cuma usul…kalau kamu
nggak keberatan, aku juga gak maksa. Yang jelas, kamu
bisa nyobain Yuli, aku nyobain
Reny. Adil kan?”
Aku terbengong-bengong.
Terus terang, usul Rendy
mengejutkan sekaligus membuatku bergairah.
Kubayangkan istriku sedang
disetubuhi oleh sahabatku itu,
sementara aku menyetubuhi
istrinya. Baru diobrolkan saja
penisku sudah ngacung, apalagi kalau benar-benar
dilaksanakan. Maka setelah
berpikir agak lama, kujawab,
“Usul edan tapi menggiurkan.
Cuman…gimana cara
meyakinkan istriku ya? Kalau dia gak mau kan susah. Istrimu
sendiri gimana?”
“Soal istriku, serahkan
padaku. Kamu urus Reny saja,
atur supaya mau,” kata
Rendy. “Reny sangat konservatif,
kamu juga tahu itu kan?”
“Reny yang konservatif apa
kamu sendiri yang tidak mau
swinger?” Rendy menepuk
bahuku sambil menertawakanku.
“Aku mau…mau…tapi
bagaimana cara meyakinkan
Reny ya?”
“Begini aja,” kata Rendy di
tengah kebingunganku, “kita jebak mereka ke dalam situasi
yang mau tidak mau harus
mereka terima.”
“Maksudmu?”
“Aku kan punya villa keluarga
di Cipanas. Kita ajak mereka week end di sana.”
“Yayaya…jebakannya di
sebelah mananya?”
“Kita bawa Martini atau
Tequila…minum rame2, kita
pada minum di sana. Setelah mereka rada kleyengan, kita
matiin lampu sampai gelap
sekali. Saat itu aku akan
menelanjangi istriku, kamu juga
telanjangi istrimu. Lalu kita
bikin foreplay dengan istri kita masing-masing. Nah…lalu diem-
diem kita tukar tempat. Kamu
terkam istriku, aku terkam
istrimu. Deal?”
“Hahahaaa! Deal! Deal!” seruku
gembira dengan usul sahabatku, meski sebenarnya
ada tandatanya di hatiku :
Benarkah mentalku sudah siap
untuk membiarkan istriku
disetubuhi orang lain? Tapi…
bukankah aku juga akan menggauli istri Rendy?
Bukankah ini sangat adil bagi
kami?
Lalu kami tentukan harinya.
Hari yang akan sangat
bersejarah itu.Setelah aku berpisah dengan Rendy, aku
pulang dengan 1001 khayalan
di benakku. Membayangkan
istriku yang manis dan
bertubuh mulus itu akan
digeluti oleh Rendy, sementara aku akan menggeluti Yuli, istri
Rendy. Aneh, baru
membayangkannya saja aku
jadi sangat terangsang. Apalagi
pada waktu mengalaminya
nanti.Reny sudah 4 tahun jadi istriku. Pada saat kisah ini
terjadi Reny sudah berusia 26
tahun, sedangkan aku sendiri
sudah hampir 30 tahun. Kami
sudah dikaruniai seorang putra
yang baru berumur 2 tahun. Ibu mertuaku sangat sayang
pada Bernard, nama anakku,
jauh melebihi ketelatenan
babysitter yang bekerja di
rumahku sejak anakku berusia
setahun. Karena itu tiada masalah kalau aku dan Reny
bepergian, karena di rumahku
ada babysitter dan ibu
mertuaku.Maka dengan wajah
cerah Reny menyetujui
ajakanku untuk berakhir pekan di Cipanas. “Rendy
punya villa di sana, ya Mas?”
tanyanya.”Iya,” aku
mengangguk, “villa punya
orang tuanya.””Rendy dan
Yuli juga ikut nanti?””Ya iyalah. Kalau mereka gak ikut,
ya gak enak dong kita pake
villa orang tanpa pemiliknya.
Kecuali kalau kita sewa villa
orang lain.”Singkatnya, pada
hari yang telah ditentukan, Rendy dan Yuli menyampar ke
rumahku dengan Honda
Citynya. Aku pun secepatnya
memanaskan mesin Toyota
Viosku.Tak lama kemudian, aku
sudah menggerakkan mobilku, bersama Reny di sisiku,
mengikuti mobil Rendy dan Yuli.
Seperti yang sudah diatur
semula, aku membekal Tequila,
yang katanya bisa membuat
wanita jadi horny. Untuk acara rahasiaku dan Rendy setelah
berada di villa nanti.Reny tidak
tahu bahwa ketika aku
menyetir mobil menuju Cipanas,
jantungku berdegup-degup
terus, karena membayangkan apa yang akan terjadi
beberapa jam lagi.
Membayangkan sesuatu yang
belum pernah kualami dan
akan menimbulkan kesan
mendalam dalam kehidupan dan hasrat birahiku.Sesampainya di
depan villa, jantungku makin
berdebar-debar. Tapi aku
mencoba menekannya dengan
menyapukan pandangan ke
sekitar villa, yang memang indah pemandangannya. Diam-
diam kuperhatikan Rendy.
Ternyata sama denganku,
senyumnya tampak canggung.
Lalu kami masuk ke dalam
villa.Reny dan Yuli bersih-bersih dulu di dalam villa, aku dan
Rendy keluar lagi, lalu
berjalan-jalan agak menjauh
dari villa. Dan ngobrol dengan
suara setengah berbisik:
“Kamu nafsu gak liat Yuli?” tanyanya.
“Kamu sendiri gimana? Nafsu
gak liat Reny?” aku balik
bertanya.
“Ya iyalah, makanya aku yang
usul pertama, karena tergiur sekali waktu melihat dia bugil
di hpmu itu.”
“Sama,” kataku sambil
tersenyum canggung, “aku
juga jadi nafsu melihat bentuk
istrimu yang seksi…” Darahku tersirap mendengar
pujian itu. Tapi terasa makin
membuatku penasaran, ingin
segera tau apa yang akan
terjadi nanti.
Kami berunding diam-diam, tentang apa yang akan kami
lakukan nanti. Setelah matang
rencananya, kami kembali ke
villa. Di dalam villa, sudut
pandangku mencuri-curi
pandang terus ke arah Yuli, yang nanti akan kugauli.
Kurasa Yuli dan Reny punya
keistimewaaan masing-masing.
Kulit Reny kuning mirip kulit
wanita Jepang, sementara Yuli
berkulit baubusuk. Reny tergolong berwajah cantik,
sementara Yuli bisa kunilai
hitam manis. Tubuh Yuli sedikit
lebih tinggi daripada Reny,
kutaksir sekitar 170cm gitu,
sementara Reny 168cm. Yang menarik dari hasil curi-
curi pandang ini adalah, toket
Yuli itu…aku yakin besar
sekali…mungkin behanya
berukuran 38 ke atas.
Sedangkan toket Reny biasa- biasa saja, behanya pun cuma
34.
Menjelang senja, kami makan
malam dulu di restoran yang
paling dekat dengan villa
keluarga Rendy. Pada saat itulah kulihat Reny dan Yuli
seakan bersaing dalam
berpakaian. Mereka seolah
ingin tampil seseksi mungkin.
Padahal aku tak menganjurkan
apa-apa kepada istriku. Dan kulihat mata Rendy sering
memperhatikan istriku. Sialan…
sebentar lagi dia akan
menikmati kemulusan dan
kepadatan tubuh istriku. Tapi
pikiran ini justru diam-diam membuat penisku hidup,
mengeras dan mengeras terus.
Terlebih-lebih setelah
membayangkan bahwa untuk
pertama kalinya aku akan
menikmati kesintalan tubuh Yuli yang hitam manis itu.
Selesai makan, hari mulai
malam. Kami pun kembali ke
villa.
Seperti yang telah
direncanakan, kami minum tequila di sofa ruang depan.
Cukup banyak kami membekal
minuman itu, karena aku
membeli dua botol, ternyata
Rendy pun membekal tiga
botol. Untungnya Reny dan Yuli tidak menolak waktu ditawari
minum, dengan alasan untuk
mengusir hawa dingin.
Baru menghabiskan dua sloki,
wajah Reny mulai merah.
Sikapnya padaku mulai romantis. Yuli pun sama, ia
mulai memeluk pinggang Rendy
dengan sorot mata berharap.
Lalu kata Rendy, “Kita bikin
pesta di dalam kamar yuk…
sama-sama main…come on honey,” Rendy meraih lengan
istrinya sambil melirik padaku,
“ayo Jan…kamarnya cuma
satu, kita pake rame2 yok.”
Kuraih juga lengan Reny yang
tampak mulai agak teler. Lalu kami ikuti langkah Rendy ke
dalam kamar yang agak besar,
dengan dua bed berdampingan.
Sesampainya di kamar, Rendy
langsung menerkam dan
menghimpit istrinya. Adegan itu tidak bisa lama-lama kulihat,
karena setelah aku dan istriku
naik ke atas bed yang masih
kosong, Rendy memijat knop
sakelar yang letaknya tak
jauh dari bantalnya. Kamar itu langsung gelap gulita. Dan
terdengar suara Rendy, “Biar
kita sama-sama asyik dengan
istri kita masing-masing, Jan.”
Aku cuma menjawab dengan
ketawa kecil. Tapi dalam gelap aku mulai menanggalkan
pakaianku sehelai demi sehelai,
sampai telanjang bulat, lalu
membisiki telinga istriku, “Ayo
dong buka pakaianmu semua.”
Reny tidak buang-buang waktu. Ia tahu persis apa yang
kuinginkan dalam saat-saat
seperti itu. Dalam kegelapan
kamar villa, Reny mulai
menelanjangi dirinya.
Sementara kudengar desah napas Yuli yang mulai
tersengal-sengal, entah apa
yang sudah terjadi di bed
yang satu lagi itu. Mungkin
Rendy sedang menjilati puting
payudara atau vagina istrinya, entahlah…yang jelas aku pun
mulai menggumuli istriku dalam
kegelapan.
Terdengar suara Yuli, “Oooh…
Bang Rendy…oooh….iya Bang…
begituin….oooh…masukin aja Bang…aku gak tahan lagi nih…
ooohhh…” Terangsang oleh suara istri
sahabatku itu, aku pun mulai
menjilati puting payudara Reny.
Tapi tak lama kemudian terasa
tanganku dipegang oleh
tangan kasar. Tangan Rendy. Aku mengerti maksudnya,
bahwa aku harus segera
pindah ke bed yang satunya
lagi, sementara Rendy akan
pindah ke bedku.
Inilah saat-saat yang paling mendebarkan. Aku bergerak ke
arah bed di sebelah, lalu mulai
menjamah tubuh Yuli. Mudah-
mudahan saja Yuli tidak sadar
bahwa sekarang bukan lagi
suaminya yang akan menikmati kesintalan tubuhnya. Mudah-
mudahan pula Reny tidak
menyadari bahwa posisiku
sudah diganti oleh Rendy.
Wow, aku mulai menikmati
hangatnya pelukan Yuli. Tampaknya dia belum sadar
bahwa posisi suaminya sudah
diganti olehku.”Masukin aja
Bang, sudah gak tahan nih…
horny banget,” bisik Yuli yang
sudah berada di bawah himpitanku. Bicara begitu,
terasa tangan Yuli mulai
memegang batang kemaluanku
yang memang sudah keras.
Apakah mau main langsung-
langsungan saja? Kurasa untuk yang pertama kalinya memang
harus begitu. Jangan banyak
variasi dulu. Nanti kalau Yuli
dan Reny sudah menyadari hal
ini, barulah pakai foreplay
sebanyak mungkin. Maka tanpa banyak pikir-pikir
lagi, kubiarkan Yuli meletakkan
ujung penisku di ambang
vaginanya. Kemudian kudorong
sedikit demi sedikit, persis
pada saat kudengar suara Reny, “Mas…cepetan dong
masukin…duuuhh…kenapa jadi
horny gini? Gara-gara minuman
tadi kali ya…naaahhh…..iiih…kok
punya Mas terasa jadi agak
gede? Diapain?” Gila…itu berarti penis Rendy
sudah dimasukin ke dalam liang
kemaluan istriku! Tapi…
bukankah penisku juga sudah
mulai melesak ke dalam liang
senggama Yuli? Bukan cuma melesak, tapi
sudah mulai kuayun dengan
mantapnya, karena liang
senggama Yuli sudah banyak
lendirnya (mungkin “hasil”
rangsangan Rendy tadi). Penisku sudah maju mundur
dalam jepitan liang surgawi Yuli
yang terasa begini legitnya,
mungkin karena dia belum
melahirkan anak. Liang
vaginanya terasa sangat mencengkram dan hangat.
Desah nafasnya pun makin
nyata diiringi rintihan-rintihan
nikmatnya, “Ooohh Bang…
oooh…bang…oooh…kok enak
sekali ini bang…..oooh…” sementara kedua lengannya
mendekap pinggangku kuat-
kuat. Ini membuatku makin
bernafsu.
Lalu…seperti yang sudah
direncanakan, diam-diam Rendy memijat sakelar lampu
dan….tiba-tiba kamar itu jadi
terang benderang. Ini sesuai
dengan kesepakatan aku dan
Rendy. Bahwa dalam keadaan
sudah “telanjur” (penisku sudah main di dalam liang
vagina Yuli dan penis Rendy
sudah maju mundur di dalam
liang vagina istriku), baik Yuli
mau pun istriku takkan bisa
menghindar lagi dari kenyataan yang sudah direncanakan oleh
Rendy denganku itu.
Setelah kamar villa terang
benderang, tentu saja Yuli dan
istriku terkejut setelah
menyadari dengan siapa mereka sedang bersetubuh.
“Bang Rendy?!” seru istriku di
bed sebelah.
“Mas Janus?!” seru Yuli yang
sedang kusetubuhi dengan
gencarnya. Lalu terdengar Rendy tertawa,
“Hahahaaa….kita lanjutkan
saja…sudah telanjur kan?”
“Jadi semuanya ini sudah
direncanakan?” tanya Yuli
yang tampak berusaha mengendalikan kekagetannya.
“Iya…ini adil kan?” bisikku
sambil meremas buah dadanya
yang benar-benar montok itu.
“Aaahhh…” cuma itu yang
terlontar dari mulut Yuli, kemudian dia mendekap lagi
pinggangku dan mulai
menggoyang pinggulnya dengan
gerakan yang trampil, seperti
membentuk angka 8.
Kulirik Reny seperti bingung. Ia menoleh padaku, seakan
bertanya kenapa jadi seperti
ini? Lalu kutanggapi dengan
senyum…dan celotehku, “Enjoy
saja….”
Mungkin Reny geram melihatku sedang bersetubuh dengan
Yuli, lalu ia “balas dendam”
dengan mencengkram bahu
Rendy dan mulai menggoyang
pinggulnya. Gila…cemburu juga
aku dibuatnya. Seingatku, tak pernah Reny menggoyang
pinggulnya seedan itu waktu
kusetubuhi. Tapi
kecemburuanku ini berbuah
nafsu dan gairah yang luar
biasa. Enjotan penisku di dalam liang surgawi Yuli terasa
nikmat luar biasa! Maka
semakin edan pula kuhentak-
hentak penisku, seperti
meronta-ronta dalam jepitan
memiaw Yuli…oh…ini nikmat sekali!
Suasana menjadi semakin
erotis dan misterius. Yuli
meladeni enjotan penisku
dengan energik, pinggulnya
meliuk-liuk laksana penari India. Tapi aku tak tahu apa yang
bersemayam di benaknya.
Ketika aku melirik ke samping,
goyang pinggul Reny pun tak
kalah edannya. Seolah ingin
bersaing dengan dinamisnya goyang pinggul Yuli. Ada
perasaan geram dan cemburu
di hatiku melihat ulah istriku
seperti itu. Tapi bukankah aku
sendiri sedang menikmati
kehangatan tubuh istri sahabatku?
Di tengah persenggamaan yang
seru ini aku sempat berbisik
terengah di telinga Yuli,
“Gimana? Enak?”
“Enak sekali….aaah….” sahut Yuli dalam bisikan juga,
mungkin takut terdengar oleh
suaminya.
“Nanti lepasin di dalam apa di
luar?” bisikku lagi.
“Terserah, aku kan belum punya anak…siapa tahu bisa
punya darimu,” bisik Yuli pelan
sekali, pasti takkan terdengar
oleh suaminya yang semakin
asyik menyetubuhi istriku.
Bisikan Yuli itu membuatku semakin bergairah mengayun
batang kemaluanku. Tapi
sekaligus membuatku tak bisa
bertahan lagi, “Aku sudah mau
keluar”, bisikku.
“Tahan dulu,” sahut Yuli, “aku juga sudah mau keluar
Mas…barengin keluarnya ya…
biar enak…”
Lalu kami seperti dua ekor
binatang buas, saling
cengkram, saling remas, saling jambak…dan akhirnya tak
tertahankan lagi,
bersemburanlah air mani dari
batang kemaluanku, disambut
dengan kedutan-kedutan liang
kemaluan Yuli di puncak orgasmenya.
Kami menggelepar…menggeliat…
berkejut-kejut…lalu sama-sama
terkulai di puncak kepuasan.
Tapi kulihat Rendy masih asyik
mengenjot batang kemaluannya di dalam liang
kemaluan istriku. Bahkan di
satu saat, mereka mengubah
posisi. Reny di atas, Rendy di
bawah. Oh…ini benar-benar
membuatku cemburu. Karena kulihat istriku yang aktif
mengayun pinggulnya,
sementara Rendy merem melek
sambil terlentang…
Kucabut batang kemaluanku
dari dalam vagina Yuli yang sudah basah kuyup oleh
spermaku dan lendir Yuli
sendiri. Lalu aku duduk bersila
sambil menonton persetubuhan
Rendy dengan istriku. Aku
terlongong menyaksikan betapa aktifnya Reny saat itu.
Dengan sedikit berjongkok, ia
mengayun pinggulnya
sedemikian rupa, sehingga liang
kemaluannya seolah
membesot-besot batang kemaluan Rendy.
Yuli pun menonton
persetubuhan antara suaminya
dengan istriku itu. Dan
tampaknya Yuli seperti
kepanasan. Diam-diam ia menggenggam batang
kemaluanku yang sudah mulai
membesar, karena terangsang
menyaksikan istriku sedang
gila-gilanya bersetubuh dengan
sahabatku. Tiba-tiba Yuli mendekatkan wajahnya ke
pahaku yang sedang bersila ini,
ah…tangannya memegang
batang kemaluanku sambil
menjilatinya. Sungguh
semuanya ini mendebarkan dadaku…terlebih setelah Yuli
menghisap-hisap penisku, di
depan mata suaminya yang
sedang menyetubuhi istriku!
Hanya dalam tmpo singkat
penisku sudah mengeras kembali. Dengan sigap Yuli
mendorong dadaku agar
terlentang, lalu dengan
berjongkok ia berusaha
memasukkan penisku ke dalam
liang surgawinya. Mungkin ia iri melihat suaminya sedang
dipuasi oleh istriku dalam posisi
terbalik begitu, lalu ia ingin
melakukan hal yang sama.
Blesss….penisku mulai
membenam ke dalam liang memiaw Yuli…
Yuli mulai memainkan
pinggulnya dengan energik
sekali, naik turun dan
bergoyang meliuk-liuk…ooh…
penisku terasa dibesot-besot dan diremas-remas. Bukan
main nikmatnya, membuat
nafasku tertahan-tahan sambil
mulai meremas-remas
payudara montok yang
bergelantungan di atas dadaku…dan di bed yang satu
lagi, kulihat istriku lebih
energik lagi, mengenjot
pinggulnya sambil berciuman
dengan Rendy. Ih…aku
cemburu…tapi kecemburuanku ini jstru membangkitkan
rangsangan dahsyat di jiwaku.
Sulit menggambarkan keadaan
yang sebenarnya saat itu,
karena aku juga sudah
dipengaruhi alkohol, dari tequila yang kami minum tadi.
Yang jelas, sepulangnya dari
villa itu, Reny terus-terusan
menyandarkan kepalanya di
bahuku. Kujalankan mobilku
dengan kecepatan sedang- sedang saja, karena ingin
sambil berbincang dengan
istriku.
“Bagaimana kesanmu, Lin?”
tanyaku di satu saat.
“Gak tau ah…” Reny menggeleng, tapi kulihat ada
senyum di bibirnya.
“Suka kan? Bilang aja terus
terang. Semuanya ini kan demi
kenikmatan kita bersama.”
“Mas sendiri, suka kan bisa menggauli Yuli?”
“Hmm…terus terang, aku lebih
suka melihatmu sedang digauli
oleh Rendy. Ada perasaan
cemburu, tapi cemburu itulah
yang membuatku jadi sangat terangsang.”
Reny terdiam. Lalu kataku,
“Makanya satu saat nanti bisa
aja kita undang Rendy tanpa
istrinya.Atau bisa juga orang
lain…biar aku bisa melihatmu digauli lelaki lain yang akan
menimbulkan rangsangan hebat
bagiku.”
Reny menatapku dengan
ekspresi aneh. Lalu tanyanya,
“Emang Mas gak tersiksa kalau aku digauli orang?
Buatku, semuanya ini aneh…”
“Memang aneh,” sahutku
sambil tersenyum, “tapi kamu
suka kan?”
Dia tak menjawab. Matanya lurus memandang ke depan.
“Bilang aja terus terang,
kamu suka kan? Seharusnya
semua itu jadi pengalaman
fantastis buat kita. Bener
kan?” “Iya sih…tapi aku takut
akibatnya di kemudian hari…”
“Misalnya?”
“Ya…misalnya Rendy…sudah
telanjur merasakan tubuhku.
Bagaimana kalau nanti ketagihan?”
“Kasih aja. Asal di depan
mataku, jangan sembunyi-
sembunyi.”
Reny menatapku dengan sorot
aneh, “Mas gak sakit hati melihatku digauli sama
Rendy?”
“Gak,” aku menggeleng, “kan
semuanya yang sudah terjadi
tadi sudah kurundingkan
dengan Rendy beberapa hari yang lalu.”
“Jadi semuanya itu benar-
benar sudah direncanakan
sama Bang Rendy?”
“Ya. Memang tadinya usul itu
datang dari dia. Dan aku sangat tertarik pada usulnya
itu. Bukan karena tertarik
pada Yuli, tapi justru ingin
menyaksikan kamu di gauli
orang lain. Kebetulan aku tahu
persis siapa Rendy. Dia bersih, tak pernah jajan dan
sebagainya.”
“Terus…nantinya kita akan
begitu lagi, maksudku…ngajak
Rendy dan Yuli lagi?”
“Semuanya kuserahkan padamu. Karena dalam hal ini
kamulah yang harus
memutuskan. Dan gak usah di
villa itu saja. Bisa juga kita pilih
hotel di dalam kota. Dan gak
usah di hari libur saja. Kapan saja kita mau, ya kita
lakukan.”
“Ntar kalau aku ketagihan
gimana?” tanya Reny malu-
malu.
Rupanya kejadian di villa itu membuatnya terkesan dan ada
kemungkinan ketagihan. Ini
mendebarkan. Seandainya dia
benar-benar ketagihan,
apakah mentalku sudah siap?
Ah, sudah kepalangan basah, aku mau jalan terus…karena
aku merasakan beberapa hal
positif di balik langkah “baru”
ini!
Di hari-hari berikutnya, aneh…
tiap kali aku membayangkan kejadian di villa itu,
membayangkan istriku sedang
disetubuhi oleh Rendy, nafsuku
mendadak bangkit. Lalu kuajak
istriku bersetubuh. Anehnya
lagi, tiap kali aku bersetubuh dengan istriku, aku jadi
powerfull dan energik sekali.
Pernah istriku berkata seusai
bersetubuh denganku,
“Sekarang Mas jadi garang
banget…kenapa Mas? Pake obat ya?”
“Obatku datang dari jiwaku
sendiri. Tiap kali
membayangkan kamu lagi
disetubuhi oleh Rendy,
hasratku bangkit dengan hebatnya.”
“Masa sih? Apa bukan karena
terbayang sintal dan seksinya
tubuh Yuli?”
“Nggak,” aku menggeleng,
“sungguh. Untuk membuktikannya, nanti kita
ajak Rendy saja, tanpa
kehadiran Yuli. Biar kamu
percaya, titik syurnya justru
waktu menyaksikan kamu
digauli Rendy.” “Nggak ah. Nggak enak sama
Yuli dong. Rasanya kita seperti
menghianati dia. Kan kita
sudah sepakat untuk jalan
berempat terus.”
“Aku gak butuh Yuli, aku butuh Rendy.”
Reny menatapku dengan sorot
penuh selidik. Lalu tertunduk,
seperti sedang berpikir. Lalu
kataku, “Kalau ada orang
selain Rendy, kamu mau?” Reny menatapku lagi. “Takut
ah…kalau orangnya punya
penyakit kotor bisa menular
nanti.”
“Orangnya kamu pilih sendiri
deh,” kataku sambil memperhatikan reaksi istriku.
“Bener nih boleh milih
sendiri?” tanyanya canggung.
“Bener.”
“Gak usah jauh-jauh Mas…
kalau Roy gimana?” Aku terkejut. Dia memilih adik
kandungku!
Tapi apa salahnya?
“Hmm…pengen nyobain
brondong ya?” kataku sambil
mencolek pipi istriku. “Bukan gitu, masalahnya biar
rahasia kita gak nyebar ke
luar Mas.”
Aku setuju. Roy adalah satu-
satunya adik kandungku. Dia
masih tergolong abg. Dia tinggal di kota lain dan kuliah
di kota itu, baru semester
pertama. Usianya memang jauh
beda denganku. Saat istriku
mengajukan namanya, usia Roy
baru 18 tahun. “Oke!” aku mengangguk sambil
memijat no hp Roy.
Reny cuma bengong. Mungkin
tak menyangka akan secepat
itu.
“Hallo, Mas?” terdengar suara Roy di hpku.
“Gimana sehat Roy?”
“Sehat Mas. Besok libur 3
hari, nanti sore mau ke rumah
Mas ya. Kangen sama Bernard.
Sudah bisa jalan dia?” “Sudah dong. Ya udah, nanti
sore kutunggu ya.”
“Siap Boss!”
Aku tersenyum mendengar
ucapan “siap boss” itu.
Memang sejak aku yang membiayai kuliahnya, ia sering
memanggilku boss.
“Nanti sore dia datang,”
kataku sambil menepuk bahu
istriku.
“Secepat itu?” istriku tercengang.
“Kebetulan aja, dia mulai
besok libur 3 hari. Jadi mulai
nanti malam mau nginep di
sini.”
“Terus…aku harus gimana? Masa aku langsungajak Roy
begituan?”
“Mmm…gimana ya? Mungkin
juga Roy gak mau kalau ada
aku….tapi gampang deh…
kupasangin kamera cctv aja di kamar, terus aku monitor
sambil ngumpet.”
“Terus?”
“Kamu rayu aja dia sampai
mau. Bilangin aku gak ada,
padahal aku ada di gudang sambil monitor di sana. Hmmm…
kebayang nafsunya aku nanti
waktu lihat kamu disetubuhi
sama si Roy…!”
“Ah…Mas ada aja akalnya….”
Dan itulah yang kulakukan. Dengan sigap kupasang kamera
cctv, dengan posisi menghadap
ke tempat tidur. Monitornya
kusimpan di gudang. Kuambil
kursi untuk aku duduk di
depan monitor. Tidak sampai sejam, semuanya
beres. Kameranya
kusembunyikan di dalam lemari,
lalu ada lubang kecil yang
langsung mengarah ke tempat
tidur. Soundnya kupasang terpisah, mikrofon kusimpan di
balik lukisan, untuk
memantaunya aku pakai
headphone di gudang.
Ketika bunyi motor Roy
terdengar memasuki pekarangan, aku sudah duduk
di dalam gudang, menghadapi
monitor. Lalu terdengar suara
istriku menyambutnya. Pada
saat yang sama, hpku yang
disilent berkedip-kedip. Ada sms masuk. Aku agak kaget,
karena sms itu datang dari
Yuli, bunyinya: Mas Janus…aku
kok jadi kangen gini sih?
Kapan kita ketemuan tanpa
mereka? Aku pengin nyantai Mas. Kebetulan Bang Rendy
besok mau ke Medan. Mas
datang ya ke rumahku besok
malam. Jangan takut sama
Bang Rendy. Aku sudah dapat
izin kapan saja ketemu sama Mas Janus boleh. Izinnya cuma
dengan Mas Janus, dengan
orang lain tidak boleh.
Aku tersenyum sendiri
membaca sms itu, lalu kubalas
dengan sedikit gombal : Aku juga kangen sama Yuli…tapi
besok aku harus lihat-lihat
dulu apakah besok ada
kegiatan atau tidak. Aku siap
kok….waktu di villa terasa
sekali Yuli itu…hmmm…pokoknya nikmat sekali…!
Yuli membalas lagi: Ah yang
bener? Kirain aku saja yang
merasakan seperti itu. Tapi
janji ya, selama Bang Rendy di
Medan, Mas harus datang ke rumahku.
Kujawab lagi: Iya sayang, aku
pasti datang!
Waktu smsan itu mataku tetap
tertuju ke monitor. Kamarku
masih kosong. Mungkin Roy masih ngobrol dengan istriku di
ruang depan.
Tak lama kemudian kulihat di
monitor sudah ada
“kehidupan”. Roy masuk ke
dalam kamarku bersama istriku. Cepat kupasangkan
headphone di telingaku. Dan
terdengar suara mereka:
“Kamar mandi yang di
belakang gak ada shower air
panasnya, Roy. Makanya enak di kamar mandi yang ini.”
“Iya Mbak. Ohya, Mas Janus
kapan pulangnya?”
“Gak tau. Tapi kayaknya sih
tengah malam nanti, atau
mungkin juga besok pagi langsung ke kantor, pulang ke
sini besok sore.”
“Oh gitu…aku mau mandi dulu
ya Mbak.”
“Iya. Perlu ditemenin nggak?”
Roy tampak kaget, menatap istriku yang mendadak
bersikap centil. “Ah, Mbak
Reny…ada-ada saja.”
“Lho…aku nggak main-main
kok…”
“Bisa dibunuh aku nanti sama Mas Janus.”
“Nggak lah….nyante aja lagi…”
Roy tampak bingung sesaat,
lalu masuk ke dalam kamar
mandi yang bersatu dengan
kamarku. Pada saat yang sama, datang
lagi sms dari Yuli: Bang Rendy
sudah berangkat Mas. Ke
rumahku dong sekarang…lagi
horny…pengen sama Mas
Janus…abisnya terkesan sih sama Mas…
Aku tercenung. Kok jadi
bentrok gini waktunya ya?
Apakah aku harus pergi diam-
diam ke rumah Rendy? Lalu
harus meninggalkan detik-detik yang mendebarkan dan siap
kurekam itu?
Yuli memang sexy. Tapi saat ini
aku lebih tertarik untuk
melihat apa yang akan
dilakukan oleh Reny dan adikku. Maka kubalas sms Yuli:
Paling bisa nanti tengah malam
atau besok pagi…lagi ada
kerjaan yang belum bisa
ditinggalin…gimana?
Yuli membalas smsku: Iya deh, kutunggu ya Mas…kalau pintu
sdh pada dikunci, call aja dulu,
biar kubukain…maunya sih
nanti tengah malam juga
gakpapa…kalau pagi kan
kurang romantis…he e e Aku tersenyum sendiri. Bakalan
sibuk nih aku nanti.
Sejenak kulupakan dulu Yuli
yang setengah memaksaku
datang ke rumahnya, karena
kulihat di monitor Roy sudah keluar dari kamar mandi
dengan hanya melilitkan
handuk di tubuhnya,
sementara Reny sedang duduk
di depan meja rias.
Lalu: “Roy…tolong lepasin ritsleting
ini dong,” pinta Reny sambil
menunjuk ke bagian punggung
gaunnya.
“Mmm…aku mau pake baju
dulu Mbak…” “Gak usahlah, pake bajunya
nanti saja. Masa minta tolong
sedikit saja pake ntar dulu?!”
“Iya, iya Mbak,” sahut Roy
sambil menghampiri istriku. Aku
yakin ini trik yang sedang dilancarkan oleh istriku, untuk
langsung menjebak Roy.
Memang benar dugaanku…
waktu Roy menarik ritsliting
bagian punggung gaun istriku,
kulihat istriku memegang tangan Roy sambil menatapnya:
“Roy…”
“Ya Mbak…?” Roy tampak
gugup ditatap seperti itu oleh
istriku.
“Kamu pernah begituan sama cewek?”
“Ma…maksud Mbak?”
“Masa gak ngerti sih…”
kulihat tangan istriku
menyergap ke dalam handuk
Roy, “Ininya pernah dimainkan sama cewek gak? Hihihihi…
panjang gede penismu Roy…
Mas Janus kalah sama kamu…
sudah keras lagi…”
“Mbak…ohhh…mbak….” Roy
tampak gelagapan. Reny bangkit dari kursi di
depan meja rias. Lalu
melangkah ke pintu, menutup
dan sekaligus menguncinya.
Lalu balik lagi menghampiri Roy
yang berdiri kebingungan, masih dengan handuk melilit di
badannya.
Reny melingkarkan lengannya
di leher Roy. Dan terdengar
suaranya, “Sudah pernah
bersetubuh dengan cewek belum?”
“Pernah…” sahut Roy hampir
tak terdengar.
Reny tersenyum, “Bagus…
berarti kamu sudah
pengalaman…aku lagi horny Roy…kamu mau kan? Mumpung
Mas Janus gak ada…”
Reny mengakhiri ajakannya
dengan menarik handuk yang
melilit di pinggang Roy. Ini
membuat Roy langsung telanjang bulat. Dan kulihat
batang kemaluannya sudah
ngaceng dengan mantapnya.
Aku iri juga melihat batang
kemaluan Roy, yang ternyata
lebih panjang dan lebih besar daripada punyaku. Baru sekali
ini aku melihat bentuk batang
kemaluan adikku setelah
usianya hampir dewasa begitu.
“Mbak…” Roy tampak
kebingungan, karena Reny sudah memegang zakarnya
sambil mendorong dadanya
sehingga terlentang di atas
tempat tidurku.
Ini mulai menegangkan bagiku.
Kesannya tidak seperti waktu swinger di villa tempo hari.
Mungkin karena kali ini aku
konsen ke satu arah, ke
adegan istriku yang sedang
merangsang adik kandungku!
“Iiih…punyamu kok panjang dan gede gini, Roy…sudah
keras sekali lagi…Mas Janus
kalah nih sama punya kamu…”
Reny mulai menciumi penis
adikku, membuatku semakin
degdegan. Terlebih ketika ia mulai melepas beha dan celana
dalamnya, yang membuat Roy
melotot. Aku juga melotot
tegang. Penisku sudah ereksi
sejak tadi, serasa mau ngecrot
saja. Tapi kucoba menenangkan diri dengan menyalakan rokok
dan mengikuti adegan
selanjutnya.
Setelah telanjang bulat, istriku
menelentang di sisi Roy sambil
bergumam, suaranya tidak begitu jelas. Roy mengangguk,
lalu bergerak menindih dada
istriku.
Kusangka Roy mau langsung
memasukkan penisnya ke
vagina istriku. Ternyata tidak. Dia mulai mengemut-emut
puting payudara istriku.
Tangan istriku mulai
menggapai-gapai di punggung
Roy…lalu kepala Roy menurun
ke arah perut istriku…turun terus sampai berada di antara
kedua pangkal paha istriku.
Jantungku semakin dagdigdug,
kutenangkan lagi dengan
sebatang rokok. Oooh, kulihat
istriku mulai menggeliat dan melenguh-lenguh…Roy semakin
agresif menjilati kemaluan
istriku….sampai akhirnya
kudengar istriku merengek,
“Sudah cukup Roy…sekarang…
masukin aja Roy…masukin aja sayang…..aku ingin merasakan
punyamu yang tinggi besar
itu….”
Tapi Roy seperti keasyikan,
terus2an menjilati kemaluan
istriku. Sampai istriku merintih lagi, “Roy…aaaah…aku mau
orga nih…
Troooyyy…..aaaahhhh….”
Lalu kulihat istriku
mengegelepar…mengelojot dan
merintih lirih…”Troooy….ooohhh…aku
keluar, sayaaang….”
Roy terdiam sesaat, lalu mulai
naik ke atas dada istriku,
sambil mengarahkan penisnya
ke mulut memiaw istriku. Jelas sekali, penis Roy mulai
membenam ke dalam liang
kemaluan istriku yang sudah
berlepotan air liur Roy,
mungkin juga bercampur lendir
vagina istriku sendiri. “Oooh…Roy….sudah masuk,
sayang…” istriku mendekap
punggung Roy.
Gila, aku tak tahan melihat
semuanya itu. Dan pada waktu
kulihat Roy mulai mengayun batang kemaluannya, kuperiksa
komputer yang sedang
merekam adegan dari cctv,
semuanya berjalan dengan
baik. Lalu diam-diam aku
keluar… Beberapa saat kemudian aku
sudah berada di dalam taksi
(sengaja aku tidak memakai
mobilku sendiri, keluar dari
rumah pun diam-diam, supaya
Roy tidak menyadari kehadiranku).
Setengah jam kemudian aku
sudah berada di depan rumah
Rendy.
Yuli menyambutku dengan
hangat, “Parkir di mana mobilnya, Mas?”
“Pake taksi,” sahutku, “mobil
sedang dipakai adikku.”
Semua ini di luar skenario yang
sudah kutata dengan istriku.
Masalahnya aku tidak mau ganggu adikku, sementara
ajakan Yuli membuatku
tertarik. Biarlah rangsangan
yang kutonton dari dalam
gudang tadi mau kusalurkan
ke Yuli. Mudah-mudahan saja istriku tidak marah karena aku
pergi secara diam-diam begini.
Aku juga ingin menikmati tubuh
Yuli tanpa kehadiran Rendy.
Dan tampaknya Yuli pun sama
seperti keinginanku, ingin bercinta tanpa kehadiran
suaminya.
Aku sudah terangsang oleh
adegan Roy dengan adikku
tadi. Maka ketika Yuli
menguncikan pintu depan, aku memeluknya dari belakang,
“Mana pembantumu?”
“Pulang,” sahutnya, “dia kan
cuma kerja sampai jam empat
sore.”
“Jadi sekarang Yuli cuma sendirian?”
“Iya Mas…makanya aku ngajak
Mas…biar ada yang nemenin…”
Yuli yang sedang mengenakan
kimono putih bermotif bunga
Sakura, membalikkan tubuhnya dan mencium bibirku dengan
hangat.
Tentu aku tak mau berdiam
pasif…ketika dia meraihku ke
sofa, tanganku mulai
menyeRenyp ke belahan kimononya, langsung
menyentuh payudara
montoknya yang sejak tadi
kuyakini tidak mengenakan
beha, karena kedua putingnya
tampak menonjol meski masih tertutup kimono. Terasa
menghangat tubuh Yuli setelah
aku berhasil memegang
payudaranya…meremasnya
dengan lembut…
Tak cuma itu…tanganku yg satu lagi mulai menyeRenyp ke
balik celana dalam Yuli, mulai
menyentuh jembutnya yang
lebat…mulai menyeRenyp ke
celah surgawinya yang mulai
membasah dan hangat. Napas Yuli mulai tertahan-tahan.
Apa yang sedang terjadi di
antara istriku dengan Roy,
terlintas-lintas terus dalam
terawanganku. Pasti mereka
sedang gila-gilanya memadu kenikmatan. Membuat darahku
tersirap-sirap….lalu membuatku
mulai ganas menggeluti tubuh
Yuli sebagai kompensasi…sampai
akhirnya Yuli mengajakku
pindah ke kamarnya. Aku setuju.
Di dalam kamarnya, Yuli
menanggalkan kimononya
dengan senyum mengundang.
Sehingga tinggal celana dalam
yang melekat di tubuh tinggi montoknya itu. Dalam keadaan
seerotis itu, dia meraih kedua
pergelangan tanganku, dengan
senyum manis di bibirnya. Aku
Tak mau buang-buang waktu
lagi. Kutanggalkan celana jeans dan shirtku, lalu merapat ke
tubuh Yuli dalam keadaan
sama-sama tinggal bercelana
dalam saja…
Hawa hangat tersiar dari
tubuh Yuli ketika aku mulai menggumulinya. Sempat juga
kudengar bisikannya, “Makasih
Mas…Mas datang tepat pada
saat aku butuh Mas…”
Aku tidak menanggapinya
dengan kata-kata melainkan dengan tindakan. Aku bukan
orang hipokrit. Aku juga
sangat membutuhkan variasi
dalam kehidupan seksualku,
supaya perjalanan hidupku
tidak terasa hambar…. Ketika tanganku mulai
menyeRenyp lagi ke balik CD
Yuli, aku pun membiarkan
tangan Yuli menyeRenyp ke
balik Cdku. Dan ketika
tanganku mulai mengelus kemaluan Yuli, aku pun
rasakan Yuli mulai
menggenggam dan meremas
batang kemaluanku dengan
hangat dan lembut.
“Sudah keras banget Mas,” bisiknya.
“Iya…sejak smsan tadi,
punyaku ngaceng terus…”
sahutku bercampur dusta.
Karena sebenarnya aku
sedang membayangkan istriku sedang enak2nya disetubuhi
oleh Roy, adikku yang masih
sangat muda itu…
Lalu tanpa basa basi lagi
kutempelkan moncong
tongkolku di mulut memiaw Yuli yang sudah membasah itu…
secara reflex Yuli
merenggangkan kedua
kakinya…dan kudorong batang
kemaluanku sampai masuk
sedikit…terdengar desisan mulut Yuli sambil melotot…
kukocok2 sedikit zakarku,
sampai akhirnya membenam
sekujurnya di dalam liang
surgawi Yuli….
Pagi itu aku tidak masuk kerja, karena kantorku sedang
direnovasi, jadi aku bisa
istirahat seminggu. Reny
sedang mengantarkan anakku
yang sudah dimasukkan ke
playgroup. Tanganku tertusuk ujung obeng waktu ngotak
ngatik sound system di mobilku
tadi, lalu kucari-cari betadine
di sana sini, tidak ketemu. Di
mana ya? Perasaan Masih ada
betadine di kamarku ini. Lalu kucari di meja rias istriku.
Kutarik juga lacinya, karena
biasanya Reny menaruh
benda-benda kecil di situ. Tapi
pandanganku malah tertumbuk
ke sebuah buku tebal. Buku apa ini?
Ternyata buku itu penuh
dengan tulisan istriku.
Semacam buku harian. Iseng-
iseng kubaca. Isinya
mendebarkan. Rupanya setiap kejadian penting dicatatnya di
buku ini. Dan yang paling
mendebarkan adalah rangkaian
kalimat berikut ini:
—————————————————————————————— ———————–
AKU mencintai Mas Janus dengan sepenuh hati. Tapi
mengapa semuanya ini harus
terjadi? Bisakah aku
disalahkan, sedangkan semua
yang telah kualami adalah
“hasil karya” suamiku sendiri? Aku harus jujur mengakuinya
bahwa aku telah menikmati
semuanya, meski dengan
perasaan bersalah. Tadinya
kuanggap semuanya itu gila.
Tapi ternyata ada greget yang luar biasa, yang
menimbulkan nikmat dan
sensasi luar biasa.
Aku masih ingat benar waktu
terjadinya petualangan di villa
Rendy itu, aku kaget sekali setelah menyadari bahwa yang
sedang menyetubuhiku adalah
Rendy, bukan suamiku. Aku
juga kaget ketika melihat
suamiku sedang menyetubuhi
Yuli. Oh my God! Apa yang sedang terjadi ini? Tapi lalu
kusadari bahwa semuanya itu
direncanakan oleh mereka,
oleh Rendy dan suamiku.
Sedangkan batang kemaluan
Rendy sudah telanjur berada di dalam liang kemaluanku, aku
sudah telanjur merasakan
nikmatnya ent*tan Rendy yang
memang lebih panjang dan
lebih besar daripada punya
suamiku. Akhirnya aku memejamkan mata dan mulai
menikmatinya dengan perasaan
melayang-layang.
Tetapi kreativitas sex Mas
Janus tak berhenti sebatas itu
saja. Pada suatu hari dia mengungkapkan rencana baru,
yaitu niatnya untuk menjebak
orang lain untuk menggauliku
dan ia sendiri akan
mengintipnya. Menurutnya hal
itu akan membangkitkan nafsunya yang luar biasa. Lalu
kuusulkan orang lain itu Roy,
adik Mas Janus sendiri.
Ternyata usulku disetujui,
meski dengan sedikit sindiran
bahwa aku seneng brondong. Rencana itu jelas mendebarkan.
Meski buat orang lain mungkin
merupakan hal yang aneh dan
tak masuk di akal. Tapi aku
sendiri merasakan hal yang
sama, ketika melihat suamiku sedang menyetubuhi Yuli,
perasaanku dibakar cemburu,
tapi lalu kulampiaskan
kecemburuanku dengan
meladeni Rendy seedan
mungkin. Dan rasanya luar biasa. Belum pernah kurasakan
hubungan sex senikmat itu.
Lalu terjadilah sesuatu yang
merupakan wujud dari rencana
suamiku sendiri. Bahwa Roy
masuk ke dalam perangkapku. Apakah Roy lebih dominan
memberikan kepuasan padaku?
Tentu saja. Dia Masih bujangan.
Zakarnya terasa keras sekali
waktu membenam ke dalam
liang kemaluanku. Dan gesekan-gesekannya terasa
begitu mantap…lebih mantap
daripada suamiku.
Tapi apakah dengan peristiwa-
peristiwa edan itu cintaku
pada Mas Janus mulai pudar? Tidak! Aku malah semakin
mencintainya, karena dia telah
menciptakan sesuatu yang
membuat kepuasan luar biasa
padaku.
Malam itu Roy sampai tiga kali ejakulasi, karena baru
sebentar istirahat dari
ejakulasi pertama, zakarnya
kembali menegang. Dan
persetubuhan yang ketiga
kalinya adalah hasil rangsanganku, membuat dia
bersemangat menyetubuhiku
untuk ketiga kalinya.
Aku tahu bahwa semua yang
kulakukan dengan Roy disorot
oleh kamera cctv dan dimonitor oleh suamiku. Dan
semuanya itu memang
kehendak suamiku sendiri. Tapi
setelah Roy keluar dari
kamarku, setelah aku selesai
membersihkan vegyku di kamar mandi, Mas Janus tak muncul
juga. Lebih dari sejam aku
menunggu, dia tak muncul-
muncul. Apakah dia ketiduran
di kamar monitoring itu?
Aku jadi serba salah. Mau mengetuk pintu gudang, takut
dia lagi asyik melakukan
sesuatu. Yah, akhirnya aku
rebahan dengan tubuh lemas,
karena tenagaku seperti
dikuras waktu meladeni Roy tadi.
Menjelang subuh, ketika aku
sudah tidur nyenyak,
terdengar pintu kamar dibuka,
suamiku masuk.
Karena masih terkuasai alam tidur, aku bertanya lemah,
“Kok baru masuk? Tadi
ngapain aja?”
Suamiku mencium pipiku sambil
berbisik, “Jangan marah ya…
tadi aku ke rumah Rendy.” “Terus?” tanyaku sambil
menggesek mataku.
“Janji dulu, kamu gak marah
ya.”
“Iya janji. Ngapain ke rumah
Rendy?” “Mmm…Yuli ngajak…karena
Rendy lagi ke Medan…”
“Pantesan…” cetusku sambil
mencubit lengan suamiku,
“Asyik dong…”
Suamiku cuma nyengir, lalu katanya, “Kamu juga kan
asyik sama si Roy tadi…”
“Jadi Mas gak nonton aku
sama Roy tadi?”
“Nonton sebentar, terus pergi
diam-diam. Tapi semuanya kan direkam. Nanti bisa kutonton
rekamannya.”
“Ih…nanti kalau Rendy juga
ngajak aku diam-diam
gimana?”
“Mau balas dendam? Hahaha… gakpapa. Yang penting laporan
sama aku. Kan aku juga
laporan bahwa tadi aku sama
Yuli.”
“Ih…kita kok jadi begini Mas?”
“Kamu nyesel? Jangan nyesel dong, tenang aja lagi.”
Subuh itu suamiku tidak
melakukan apa-apa padaku.
Mungkin dia sudah kecapean
menyetubuhi Yuli. Tapi aku
sendiri juga masih lemas karena habis melayani adik
iparku yang masih sangat
tangguh itu.
SETELAH suamiku berangkat
kerja, seperti biasa aku mandi
di bawah semburan shower air hangat. Rasanya ingin
membersihkan tubuh sebersih
mungkin. Entah kenapa. Selesai
mandi aku berias dulu di depan
cermin rias, kemudiankeluar
dari kamarku dengan hanya mengenakan kimono.
Kulihat pintu kamar tamu
masih tertutup. Kamar itu
dipakai oleh Roy. Sudah sesiang
ini dia belum bangun? Kucoba
memutar handle pintu kamar itu, ternyata tidak dikunci.
Diam-diam aku masuk ke
dalam. Sambil menutupkan
kembali pintu dari dalam,
kulihat Roy masih nyenyak
tidur tanpa selimut. Dia hanya mengenakan celana dalam dan
kaus t-shirt sambil memeluk
bantal guling. Selimut
tergeletak di sampingnya.
Apakah dia tidak kedinginan?
Dengan hati-hati aku merayap ke sisinya. Aneh, hasrat
birahiku berkobar lagi. Padahal
tadi malam aku sudah dipuasi
oleh adik iparku ini. Lalu kalau
pagi ini terjadi lagi seperti
yang tadi malam, apakah Mas Janus takkan marah? Ah,
bukankah suamiku
mengizinkanku untuk
melakukannya, asalkan nanti
laporan padanya?!
Entahlah kenapa aku jadi begini bergairah, begini
binalnya untuk mendapatkan
kepuasan seksual di pagi ini.
Tapi Roy masih tidur pulas,
sampai tidak menyadari bahwa
tanganku sudah menyeRenyp ke dalam CDnya, sudah
menggenggam batang
kemaluannya yang masih
sangat lemas. Dan kuremas-
remas dengan lembut sesuatu
yang tadi malam sangat memuaskanku itu. Aku mulai
gemas, kusembulkan zakar Roy
dari celah CDnya, lalu tanpa
ragu lagi kudekatkan wajahku
ke zakar yang masih terkulai
lesu itu. Gap…mulai kukulum dan kumainkan ujung lidahku
untuk mengelus puncak batang
kemaluan Roy.
Dengan penuh semangat
kuselomoti batang kemaluan
Roy yang perlahan-lahan mulai membesar dan
memanjang….terdengar suara
nafas Roy, pertanda mulai
bangun…batang kemaluannya
pun mulai bangun, mengeras
dengan gagahnya! Lalu terdengar suara Roy
mendesah, “Oo…oooh…mbak…
oooh…ini enak sekali….oooh….”
Tanpa pikir panjang lagi
kulepaskan kimonoku, langsung
telanjang bulat karena tak mengenakan pakaian dalam…
hmm..semuanya sudah
dipersiapkan! Lalu kutarik CD
Roy, sehingga zakarnya yang
sudah berdiri dengan gagah itu
tak tertutup apa-apa lagi. Kemudian kudorong dadanya
supaya terlentang. Lalu aku
merangkak ke atas tubuhnya
sambil mengarahkan batang
kemaluannya supaya ngepas
menekan liang kemaluanku yang sudah membasah dengan
lendir libido ini.
Lalu kuturunkan pinggulku,
sehingga perlahan tapi pasti
zakar Roy membenam ke
dalam liang veggyku. Oh, gila, rasanya aku horny banget
pagi ini.
Aku menelungkup setelah
menanggalkan t-shirt Roy. Lalu
mulai aktif, menaik turunkan
pinggulku dengan goyangan yang sudah terlatih. Dengan
sendirinya batang kemaluan
Roy dibesot-besot oleh dinding
liang kenikmatanku.
Roy terengah-engah sambil
memeluk pinggangku erat-erat. Membuatku makin bersemangat
untuk menggenjot pinggulku,
oh, rasanya enak sekali
pergeseran antara dinding
liang kenikmatanku dengan
batang penis Roy yang gagah perkasa itu.
SAMPAI Roy meninggalkan
rumahku, rahasia itu tetap
kujaga. Roy tidak kuberitahu
bahwa semuanya itu “hasil
karya” abangnya sendiri. Aku tetap ingin menjaga image
suamiku dan aku sendiri, agar
jangan dicap pasangan
psikopat. Memang semuanya
seolah hanya bisa dilakukan
oleh sepasang suami-istri yang psikopat. Tapi aku sudah mulai
menikmatinya, sudah mulai
memahami jalan pikiran
suamiku, bahwa semuanya ini
mendatangkan kenikmatan
yang luar biasa, sekaligus menghilangkan kejenuhan.
Hari demi hari berlalu. Apa
yang kucemaskan tidak terjadi.
Aku dan Mas Janus enjoy-
enjoy saja menempuh rumah
tangga, tanpa badai yang berarti. Bahkan anehnya sikap
Mas Janus makin ramah dan
lembut padaku. Jadi tiada
alasan bagiku untuk
mempertentangkan
pendiriannya. Bahkan dengan jujur harus kuakui bahwa aku
enjoy dengan semuanya ini.
Dan setuju dengan kata-
katanya, “Daripada selingkuh
di belakang, mending selingkuh
terang-terangan begini. Yang penting semuanya harus under
control. Jangan jadi liar.”
Memang semua yang telah
terjadi dengan Roy kulaporkan
kepada suamiku, sebagai tanda
masih under control. Dan suamiku malah tersenyum,
tiada ekspresi kemarahan
sedikit pun. Bahkan semakin
hangat dia memperlakukanku
sebagai istri syah dan ibu dari
anaknya. Lalu semuanya berjalan seperti
biasa. Tanpa gejolak yang
berarti dalam rumah tanggaku.
Sampai pada suatu malam…
ketika aku pulang arisan ibu-
ibu di lingkunganku, kulihat Mas Janus tersenyum-senyum
sambil memelukku. Dan berbisik
ke telingaku, “Aku lagi
bergairah sekali sekarang ini
sayang.”
Biasanya kalau mau bersetubuh dengan Mas Janus,
aku suka ke kamar mandi dulu
untuk membersihkan
kemaluanku. Tapi malam itu
Mas Janus tak memberiku
kesempatan. Langsung menelanjangiku di dalam kamar
dan menerkamku di atas
tempat tidur.
Aneh memang, ketika batang
kemaluan Mas Janus
membenam ke dalam liang ku, aku merasakan gairahnya
begitu hebat. Terlebih setelah
batang kemaluannya mulai
mengenjot liang veggyku, oh,
kenapa Mas Janus jadi ganas
begini? Apakah dia habis makan obat perangsang atau
bagaimana?
Aku pun mulai menikmatinya
dengan sepenuh gairah
kewanitaanku. Kugoyang
pantatku dengan gerakan meliuk-liuk, membuat nafas
Mas Janus semakin
mendengus-dengus. Aku pun
terpejam-pejam dalam arus
kenikmatan.
Tetapi…ada yang aneh…ya…ini aneh. Bahwa ketika Mas Janus
sedang mengenjotku sambil
menelungkup di atas tubuhku,
terasa ada yang mengelus-elus
betis dan pahaku.
Aku mencoba memperhatikannya dengan
seksama. Apa yang sedang
terjadi ini?
Dan alangkah kagetnya aku,
setelah menyadari bahwa
ternyata memang ada tangan lain yang sedang mengelus
pahaku. Tangan itu adalah
tangan Bang Rendy! Ya, Bang
Rendy sudah berada di atas
tempat tidurku dalam keadaan
tak berbusana! Bagaimana ini bisa terjadi? Apakah ini
semuanya sudah mereka atur
sebelumnya?
“Ba..Bang Be…Rendy?!” seruku
tertahan.
Rendy cuma tersenyum dan tetap mengelus-elus pahaku.
Bahkan lalu ia memegang bahu
suamiku sambil berkata dengan
senyum, “You istirahat dulu
dong…biar aku yang
menggantikanmu…” Aku tak tahu lagi apa yang
harus kulakukan, terlebih
ketika kulihat suamiku malah
mengangguk sambil tersenyum
dan menarik batang
kemaluannya sampai terlepas dari liang kemaluanku. Dan
Rendy merayap ke atas
tubuhku sambil mengarahkan
batang kemaluannya ke mulut
ku.
Kupegang pergelangan tangan suamiku yang duduk di
sebelahku sambil menatapnya,
“Mas…”
“Santai aja sayang,” sahut
suamiku sambil mengelus pipiku,
“Enjoy aja.” Belakangan aku tahu bahwa
ketika aku sedang arisan,
Rendy datang dan sengaja
disembunyikan di kamar mandi
yang bersatu dengan kamarku.
Ah…semuanya memang sudah direncanakan.
Perasaanku jadi bercampur
aduk ketika lubang ku mulai
dicoblos oleh batang kemaluan
Rendy. Salah tingkah, karena
suamiku menyaksikan semuanya ini. Maka sambil
menggenggam tangan suamiku
erat-erat, kupejamkan
mataku…sambil merasakan
nikmatnya zakar Rendy yang
mulai maju-mundur di dalam jepitan liang kewanitaanku.
Orang bilang rumput di
pekarangan tetangga selalu
tampak lebih hijau daripada di
pekarangan sendiri. Kini aku
merasakannya. Bahwa ayunasn Rendy terasa sekali membanjiri
bathinku dengan kenikmatan.
Karena Rendy tak hanya
menggenjot nya di dalam ku,
tapi juga mengulum-ngulum
puting payudaraku, sesekali mengisapnya kuat-kuat.
Sementara tangannya pun
tidak diam. Terkadang
mengelus anusku, menimbulkan
geli-geli nikmat yang
membuatku sering menahan nafas. Aku pun mulai
merengkuh leher Rendy dan
memeluknya erat-erat, tanpa
berani memandang ke arah
suamiku.
Ketika kubuka mataku, kulihat suamiku sedang melangkah ke
kamar mandi, mungkin mau
pipis. Saat itulah aku merasa
bebas untuk menggoyang
pinggulku seedan mungkin,
karena enjotan Rendy emang terasa sekali enaknya. Dan
ketika ia mencium bibirku,
sengaja kupagut dan kulumat
bibirnya dengan penuh gairah.
Biarlah, bukan aku yang
merencanakan semuanya ini. Kelihatannya kelincahanku
dalam meliuk-liukkan pinggul
justru membuat suamiku
senang. Ia malah berkomentar
setelah keluar lagi dari kamar
mandi, “Nah begitu dong, jangan bikin malu aku….biar
Rendy tau istriku ini jago
goyang…hihihihi…”
Aku masih belum mengerti
kenapa suamiku bisa seperti
itu. Yang jelas, kulihat dia enjoy-enjoy aja melihatku
sedang disetubuhi oleh
sahabatnya, enjoy-enjoy saja
melihat pinggulku bergoyang-
goyang edan.
Rendy pun sama enjoynya. Tanpa peduli kehadiran
suamiku, Rendy terkadang
mendesakkan batang
kemaluannya dalam sekali,
sampai menyentuh ujung liang
ku. Ini membuatku merengek nikmat, dengan mata merem
melek.
Ketika aku mau merasakan
titik puncak orgasmeku, tak
terkendalikan lagi aku
merintih-rintih histeris, “Ooohhh…Bang Rendy….oooh…
aku mau orga Bang….ooooh….”
Tanpa peduli lagi bahwa
suamiku sedang menyaksikan
semuanya ini.
Susah melukiskan semuanya itu, karena aku sendiri dalam
keadaan edan-eling di puncak
orgasme. Yang aku ingat,
Rendy melanjutkan enjotan
nya meski ku sudah becek. Dan
pada suatu saat ia menekankan batang
kemaluannya kuat-kuat sambil
mendengus, ooooooo…
oohhhh…..lalu terasa liang
kemaluanku disemprot-semprot
cairan hangat, pada saat yang sama Rendy mendekapku
kuat-kuat, lalu perlahan-lahan
terasa batang kemaluannya
melemas dan mengecil.
Aku pun memejamkan mata
dalam letih dan puas. Tapi beberapa detik kemudian
suamiku menggantikan peran
Rendy, memasukkan lagi
zakarnya yang Masih keras ke
dalam liang kemaluanku yang
sudah kebanjiran air mani Rendy. Aku tak kuasa menolak
ataupun memberikan saran.
Aku hanya terdiam, lalu
berusaha memuaskan nafsu
suamiku dengan goyangan
pinggul sebisa mungkin. Padahal sekujur tubuhku masih terasa
ngilu-ngilu.
Malam itu memang malam edan.
Setelah suamiku ejakulasi,
Rendy maju lagi. Dia minta agar
aku mengubah posisiku jadi di atas. Lalu terjadilah
persetubuhan yang kedua
dengan sahabat suamiku itu.
Tentu saja ronde kedua ini
(kedua untuk Rendy, ketiga
untukku) jauh lebih lama daripada ronde pertama tadi.
Aku sendiri sudah tak tahu lagi
berapa kali mengalami orgasme
saat itu. Yang aku tahu,
setelah lebih dari sejam kami
bersetubuh, Rendy mencabut nya dari ku, kemudian
menyemburkan sperma
hangatnya di dalam mulutku.
Setelah Rendy terkapar, aku
bergegas menuju kamar mandi,
untuk berkumur-kumur dan membersihkan kemaluanku. Lalu
kembali ke kamar, tadinya
ingin beristirahat. Tapi rupanya
persetubuhanku yang kedua
dengan Rendy tadi
menyebabkan libido suamiku berkobar lagi!
Terpaksalah kuladeni lagi
suamiku, karena merasa
kasihan kalau nafsunya tidak
kupuasi. Tapi, oh my
God….selesai suamiku menyetubuhiku, Rendy ingin
meku lagi untuk yang ketiga
kalinya!
Mungkin di situlah letak
keistimewaan main threesome
seperti yang pernah diungkapkan oleh suamiku. Aku
sudah membuktikannya.
Suamiku biasanya hanya
menyetubuhiku 2 atau 3 hari
sekali. Tapi malam itu, ia
mampu menyetubuhiku 3 kali! Berati aku mengalami
hubungan sex 6 kali di malam
edan itu


Tamat

[ back ][ home ]

Cerita terbaru & Video Terheboh

Web Site Hit Counter