watch sexy videos at nza-vids!
watcing ads 30s we paid $2

Istri Kepala Dinas

Perkenalkanlah namaku Galaxy.
Aku adalah seorang teknisi
parabola, dan bekerja di sebuah
perusahaan swasta yang
bergerak di bidang penjualan
antena parabola yang tentu saja membutuhkan teknisi untuk
melayani pemasangan dan
perbaikan parabola. Di
perusahaan ini walau bukan
paling senior tetapi aku
tergolong paling terampil dan cekatan, hingga jika pimpinan
dapat pekerjaan besar, aku
yang jadi andalannya. Suatu hari aku mendapat tugas
untuk memasang antena
parabola di rumah kepala dinas
sebuah bank pemerintah.
Dengan dibantu 2 orang asisten
yakni Edo dan Salim, aku berangkat ke alamat tujuan
sambil menenteng segala
peralatan. Waktu itu aku
diantar sopir kemudian setelah
sampai di tujuan, kami bertiga
diturunkan berikut segala barang dan peralatannya. Di
rumah dinas yang terkesan asri
karena dipenuhi pohon mangga,
kami diterima oleh satpam yang
kemudian setelah mengadakan
kontak lewat intercom diberi ijin masuk.
Seorang wanita muda berumur
sekitar 25 tahun dengan
berbusana daster biru malam,
sangat kontras dengan kulitnya
yang putih mulus menyambut kami. Sekejap aku terpesona
melihat kecantikan wajahnya,
bibir dan hidungnya luar biasa
indahnya.
“Selamat pagi, Mbak.., kami
yang mau memasang parabola pesanan bapak kepala”.
“Ohh, iya silakan masuk saja
Mas.., tapi bapak masih dinas,
dan kebetulan rumah lagi sepi
jadi terserah Mas saja
masangnya”. Tanpa basa basi lagi aku segera
memerintahkan asistenku untuk
segera mulai bekerja, dengan
harapan bisa berkenalan tanpa
gangguan, siapa tahu nasibku
sedang mujur. Dari perkenalan, wanita tersebut bernama Asni
dan adalah istri kepala dinas,
tepatnya istri kedua, yang duda
karena ditinggal mati. Semula
kuduga dia adalah anaknya, tapi
ternyata ibu dari 2 anak tiri yang umurnya sebayanya. Kedua
anak-tirinya wanita dan cantik-
cantik, terlihat dari foto besar
yang terpajang di ruang
keluarga. Sementara kedua asistenku
sedang merakit parabola, aku
asyik menerangkan aneka
macam seputar parabola, mulai
dari acara siaran sampai cara
merawat parabola. Kelihatan Mbak Asni juga antusias
mendengarnya, padahal aku
cuma asal bicara agar bisa
berlama-lama dekat dengan
Mbak Asni sambil terus
membayangkan besarnya payudara yang mengembung
besar di balik dasternya. Mbak
Asni duduk persis di depanku,
hingga waktu aku memberi
keterangan sambil membuat
tulisan di meja, dia terpaksa menunduk untuk ikut
membacanya, dan karena krah
dasternya longgar sekali maka
otomatis semua isi di dalamnya
jadi ternganga lebar, jantungku
seketika bergetar-getar tak menentu saat menyaksikannya.
Batang kemaluanku mendadak
beringas laksana torpedo
hendak meluncur. Aku tak tahu
apa Mbak Asni tahu kalau aku
jadi keterusan nulis-nulis sambil sesekali melirik ke balik
dasternya. Tampaknya dia cuek
saja sambil mendengar
penjelasanku. “Diminum dulu Mas.., tehnya,
mumpung masih hangat!”,
katanya sambil tersenyum manis
setengah menggoda. Akupun jadi
salah tingkah dan
mengiyakannya. Tehnya memang hangat dan segera
menyegarkan otakku kembali.
Daripada pusing memikirkan cara
untuk menggapai gunung
kembar, aku minta diri untuk
mengawasi pekerjaan asisten. Tak terasa hari telah menjelang
sore ketika pekerjaan selesai.
Terlihat Mak Asni tengah
bersiap untuk mandi. Pikiran
kotor langsung menyergap, dan
tak kuasa aku menolaknya. Membayangkan kala tangannya
mengusap lembut seluruh
tubuhnya, lalu dadanya, lalu
perutnya, lalu anunya, lalu..,
wow, Mbak Asni tidak menyadari
kalau mataku terus mengikuti langkahnya menuju kamar mandi.
Ketika pintu kamar mandi telah
tertutup aku jadi merasa
kehilangan. Dengan reflek aku memberi
kode dengan jari telunjuk
berdiri di depan mulut pada
kedua asistenku. Keduanya
malah cengengesan. Tanpa
komando, kami kompak menggotong sebuah kursi tinggi
agar bisa mengintip lewat
lubang angin di atas pintu. Aku
langsung saja merebut
kesempatan pertama untuk
menaiki kursi, dan karena besarnya lubang angin maka
seluruh isi kamar mandi jadi
terlihat. Mbak Asni tampak mulai
mengangkat ujung dasternya ke
atas hingga melampaui
kepalanya. Tubuhnya tinggal
terbalut celana dalam warna
coklat dan BH, itupun tak berlangsung lama, karena
segera dia melucutinya. Dadaku
terasa mau pecah saking
menahan napas. Luar biasa
keindahan ciptaan Tuhan yang
satu ini. Tetapi aku terkejut dengan caranya mandi, tanpa
diguyur air dia mengolesi seluruh
tubuhnya dengan sabun cair,
lalu tangannya meremasi kedua
payudaranya dan berputar-
putar di ujungnya. Batang kemaluanku seakan turut
merasakan pijitannya jadi
membesar. Dengan posisi berdiri
sambil bersandar tembok, Mbak
Asni meneruskan permainannya
ke bawah selangkangan, sementara matanya tertutup
rapat, mulutnya menyungging
seperti orang kepedasan cabe.
Tak sadar tanganku ikut
memijiti batang kemaluanku
sendiri. Sayang kedua asistenkupun minta giliran jatah
tontonan gratis yang aduhai.
Merekapun jadi seperti terkena
tegangan tinggi, celana
kombornya tak mampu
menyembunyikan batang yang mencuat kencang. “Ayo, Mass.., masuk saja tak
perlu mengintip begitu, kan
nggak baik, pintunya tidak
terkunci kok!”, tiba-tiba
terdengar seruan lembut
bernada ajakan. Tetapi terus terang kelembutan itu membuat
kami hampir pingsan dan amat
sangat mengejutkan. Kami
serentak saling berpandangan
kebingungan.
“Maaf yah Mbak.., kami tidak sengaja kurang ajar”.. Aku
menjawab sambil mengambil
inisiatif pelan-pelan memutar
handel pintu kamar mandi yang
memang benar tidak terkunci.
Tetapi setelah pintu terbuka, kami bertiga seperti patung
menyaksikan pemandangan yang
tidak pernah terbayangkan.
Mbak Asni tersenyum manis
sekali dan tanpa canggung
melambaikan tangannya agar kami lebih mendekatinya. Wah
tentu saja kami tak perlu
mendengar suara ulangan lagi,
serempak kami bertiga
mengerubuti sang dewi. Dengan posisi duduk di atas bak
mandi Mbak Asni menyuruh kami
mandi dahulu agar bau keringat
kami lenyap. Aku, Edo, dan Salim
segera melepas semua pakaian
masing-masing, dan seperti anak kecil berebutan mandi di bawah
siraman shower. Tanpa rasa
malu kami bertiga telanjang
bulat di hadapan Mbak Asni.
Batang kemaluan kami sudah
pada posisi maksimal, mengacung-acung keras minta
perhatian. Mbak Asnipun
kegelian melihat tingkah kami
bertiga. Lalu Mbak Asni
memandikan kami satu per satu.
Batang kemaluanku yang terlihat paling besar,
berdenyut-denyut kala tangan
Mbak Asni mengelusinya dengan
sabun. Ah, nikmat sekali apalagi
begitu tangannya bergerak
maju mundur, segera kuraih gunung impianku yang telah
nyata di depan hidung dan
meremasinya sambil mulut kami
saling berpagutan. Sementara
Edo dan Salim tidak mau
ketinggalan, mereka memang tim yang kompak. Tangan Edo
menggerayangi selangkangan
Mbak Asni yang nyaris tertutup
seluruhnya oleh bulu ikal yang
lebat. Sedang Salim kebagian
pekerjaan menjilati pantat Mbak Asni, kelihatan Mbak Asni
keenakan sekali ketika ujung
lidah Salim menjongkel-jongkel
lubang anusnya. Tangan Mbak
Asnipun dengan adil bergantian
meremas dan mengocok batang kemaluan kami, yang tentu saja
membuat kami semua
mengerang kenikmatan. Mungkin karena kurang leluasa
dengan posisi berdiri, Mbak Asni
mengajak kami bertiga segera
menyudahi acara mandi bersama.
Dan mengajak pindah lokasi ke
kamar tidur. Salim yang anak keturunan Arab telentang di
atas kasur, batangnya yang
sangat panjang menegang ke
atas persis seperti orang punya
ekor. Mbak Asni tanpa ragu-
ragu segera mengangkanginya dan menyodorkan vaginanya.
Salim kegirangan segera
menjilatinya dengan rakus
sampai berbunyi cipak-cipuk.
Mbak Asnipun keenakan sambil
menyosor-nyosorkan vaginanya ke mulut Salim agar lidah Salim
lebih masuk ke dalamnya.
Tanpak Salim semakin gigih
menyedoti cairan vagina Mbak
Asni. Sedang Edo yang tak
tahan menunggu lalu menyodorkan batangnya yang
bulat hitam ke mulut Mbak Asni.
Mulut Mbak Asni tampak
menganga menyambut
kehadirannya. Lidahnya
berputar-putar mengulum batang Edo, lalu memainkannya
maju mundur. Terang saja Edo
melenguh-lenguh merasakan
kenikmatan yang luar biasa. Aku tak habis berpikir
menyaksikan istri seorang
pejabat terhormat dengan
ganas mengerang-erang
menikmati pelayanan kami.
Barangkali suaminya memang sudah tua atau impoten, hingga
tidak menyia-nyiakan kehadiran
kami. Padahal menurutku Mbak
Asni cantik sekali, hidungnya
mancung, bibirnya agak tebal,
sensual sekali. Dan badannya padat berisi apalagi kala
kuremas-remas payudaranya
jelas seperti gadis perawan.
Membuatku gemas sekali
menyedoti ujung puting susunya.
Lidahku mengais-ngais agak ngawur ke sana ke sini. Tapi
semakin ngawur semakin
membuat Mbak Asni
bersemangat mengocok batang
Edo dengan mulutnya. Dan
akhirnya Edo tampak kewalahan menahan permainan Mbak Asni.
Tangannya mencengkeram
kepala Mbak Asni sambil
mendorong ke arah
selangkangannya. Hingga
batangnya habis tertelan mulut Mbak Asni, lalu “Cret.., cret..,
crett”, Batang Edo
menyemburkan maninya, Mbak
Asnipun tidak merasa jijik atau
bagaimana segera menelan habis
mani Edo, sambil lidahnya terus menjilati ujung batang Edo.
Karuan saja Edo kegelian dan
terus memuntahkan “lahar”
hingga loyo. Aku segera membalik badan
Mbak Asni lalu kedua kakinya
buru-buru kuangkat ke atas.
Vaginanya kelihatan terbuka
kemerahan walau dirimbuni bulu
yang sangat lebat. Lalu.., “Bless”, sekali tancap batangku
amblas ke dalamnya. Karena
batangku sudah berdenyut-
denyut dari tadi maka seperti
orang kesetanan aku
mengayunkan pinggangku maju mundur. Mata Mbak Asni
membelalak merasakan
kenikmatan yang tiada taranya.
Dari liang kewanitaannya
mengalir cairan lendir banyak
sekali. Akibatnya goyanganku menimbulkan suara gaduh. Mbak
Asni mengerang-erang kala aku
menyemburkan air
maniku.Banyak sekali keluarnya,
maklum lagi bernapsu besar. Salim segera menggantikan
posisiku, dan langsung memompa
vagina Mbak Asni. Aduh, tak
terbayangkan kenikmatan yang
dirasakan oleh Mbak Asni.
Mukanya tampak bahagia sekali. Pinggulnya menghentak-hentak
mengikuti gerakan Salim. Apalagi
batang Salim yang sangat
panjang membuat Mbak Asni
kelojotan kala batang itu
mengayun tandas ke dalam. Sambil meremas keras sprei
kasur, Mbak Asni kelihatan
mencapai klimaks yang entah ke
berapa. Sampai Salim pun
menggelepar di atas perut Mbak
Asni.


Tamat

[ back ][ home ]

Cerita terbaru & Video Terheboh

Web Site Hit Counter