watch sexy videos at nza-vids!
Hot Video 3gp

Korban Pelet (Part 3)

Aku kenal Sofie ketika pulang
dari rumah Oom Dhar.
Perjalanan Jakarta -
Semarang kami tempuh dengan
naik pesawat. Tak ada yang
istimewa dari perjalanan itu selain aku bisa berkenalan
dengan salah seorang
pramugarinya yang sexy.
Namanya Sofie, tubuhnya
sedikit kurus tapi buah
dadanya montok banget. Sebenarnya kulit tubuhnya
agak gelap, tapi tak apalah,
kesannya kayak cewek latin.
Aku berpura-pura pergi ke
toilet, tapi sebenarnya
menemui cewek pramugari itu. Langsung saja aku ajak cewek
itu berkenalan dan sok ramah
tamah memberikan nomor HP.
Dari situah aku tahu bahwa
Sofie yang berumur 28 tahun
itu sudah menjanda tanpa anak. Dan akupun jadi tahu
kalau Sofie hidup sendiri di
sebuah rumah di daerah
Bintaro. Ketika pesawatnya mendarat
segera aku berpura-pura
tidak bisa melepas sabuk
pengamannya. Dengan senyum
penuh pengertian Sofie datang
membantu, tentu saja diiringi dengan ledekan keluargaku.
"Mbak bisa bantu lepaskan
sabuk pengaman saya."
pintaku.
"Oh iya, tentu saja.
Penerbangan pertama yah?" kata Sofie ramah.
"Iya, begitulah." jawabku.
"Yah.. begitulah.." ledek Ingrid
adikku yang kemudian segera
aku pelototi.
Keluarga segera turun lebih dulu seakan memberikan
kesempatan padaku. Itulah
yang aku suka dari
keluargaku, selalu pengertian.
Sehingga akupun memiliki
kesempatan ketiga, "Geni abang napsu abang,
manjingo ing jabang bayine
Dony Bara. Geni abang napsu
abang, manjingo ing jabang
bayine wanito ing netro. Geni
abang napsu abang, lebur dadi siji ing lebur jiwo. Leburen
jiwane manungal ing jabang
bayine Dony Bara. Lebur..
lebur.. lebur.." "Mbak Sofie.."
Sofie yang masih sibuk
melepaskan sabuk pengamanku
yang segaja aku belitkan
sebelumnya. Dan fuuhh.. tepat
ketika dia memandangku. "Apa kita bisa ketemuan habis
ini?" tanyaku kemudian.
"Oh.. ah.. iya." jawabnya sedikit
linglung.
"Dimana?" tanyaku lagi.
Dengan terburu-buru Sofie menyelipkan selembar kartu
nama ke saku hemku dengan
berbisik,
"Jam tujuh."
Lalu segera berlalu dengan
kerlingan matanya yang indah. Dan akupun segera berlalu
menyusul keluargaku yang
telah menunggu. Jam tujuh malam. Aku sudah
berada di depan rumah mungil
bercat hijau itu. Aku ketuk
pintunya perlahan. Sofie
membukakan pintunya dengan
senyum merekah. "Hai Don, aku tak sabar
menunggumu."
Aku segera masuk ke dalam
ruang tamunya yang tak
begitu luas tapi tertata apik.
Tapi aku lebih tertarik pada Sofie yang sexy. Apalagi Sofie
langsung saja menarikku ke
dalam kamarnya yang hangat.
"Aku sangat tersanjung
dengan penyambutanmu, Sofie."
kataku kemudian duduk di sofa dekat jendela kamar.
"Bagaimana menurutmu dengan
penampilanku, Don?"
"Lingerin itu sangat cantik kau
kenakan. Aku bisa melihat
tubuhmu yang indah." kataku memandangi Sofie yang
membelai setiap lekuk
tubuhnya dari wajah sampai
pahanya yang terbalut lingerin
merah menyala yang super
tipis. "Laluu..?" desahnya menggugah
birahiku.
"Aku bisa memandangi dadamu
yang kencang dan montok itu
hingga menjadi gila." kataku
memandangi Sofie yang meremas-remas kedua buah
dadanya yang bersembunyi di
balik lingerin yang membuat
Sofie nampak semakin sexy itu.
"Ooohh.. laluu.." desahnya
memacu libidoku. "Aku bissa memandangi
perutmu yang langsing hingga
aku makin bergairah padamu.."
kataku sambil memandangi
Sofie yang membelai perutnya
yang langsing terbuka tanpa terbalut kain apapun hingga
membuat jantungku berdetak
keras.
"Laluu.. Doonn.." desahnya
membuat nafasku tersengal.
"Aku bisa memandangi pahamu yang sekal sampai aku merasa
ingin selalu membelainyaa.."
kataku sambil memandangi
Sofie yang mengelus pahanya
yang terbalut stoking tipis di
atas kursi. "Lalu.. apalagi Donn.." desahnya
semakin panjang.
"Aku.. bisa memandangi
bokongmu yang padat dan
kenyal sampai.. membuat air
liurku bagai menetes." kataku sambil memandangi Sofie yang
meremas kedua bokongnya
yang sengaja menungging
memancing gairahku yang
semakin membakar.
"Teruss.. apalagi Doonnyy.." erang Sofie.
"Aku bisa.."
"Bissa apaa.. sayaanng.." desah
Sofie sambil membuka resleting
lingerinnya yang melingkar
menutupi bagian kemaluannya. "Aku.. bisa.. memandangi
pussymu.. yang ingin aku korek
dengan nagakuu.. manis.."
kataku sambil melucuti kaos
dan celana jeansku. Segara saja aku
menyergapnya, dan kami
bercumbu dengan penuh
gairah. Kami berciuman, beradu
lidah dan bergantian
mengisapnya. Kuciumi semua permukaan wajahnya dan
kujilati semua lekuk wajahnya.
Hingga lidah Sofie menjulur
menjilat lidahku lalu
menghisapnya kuat-kuat.
"Aaacchh.. Soff.. ummhh.." desahku dengan nafas
tersendat-sendat menahan
gemuruhnya kawah birahi yang
seakan ingin meluap. Tanganku tak diam. Membelai
kelangsingan perutnya,
punggungnya, dan meremas-
remas bokong Sofie yang
padat. Kemudian tanganku
membelai vaginanya yang menyembul dari lingerinnya
yang melekat ketat di
tubuhnya. Jari manis dan
telunjukku merenggangkan
pinggiran vagina Sofie. Lalu jari
tengahku menekan-nekan klitorisnya dengan penuh
sampai membuatnya
mendengus manja.
"Oooh.. sshh.. terus.. say.. iya..
enak disitu.. uuhh..!" Lendir kenikmatan Sofie
membasah di jari-jariku.
Gerakannya menggila
meremas-remas rambut
dikepalaku yang serasa mau
rontok saja. Lalu jemari Sofie menurun membelai-belai
punggungku dan cumbuannya
beralih pada dadaku yang
berbulu kemudian menciumi
kedua puting susuku yang kecil
dan dihisapnya penuh perasaan.
"Aaahh.." pekikku penuh
dengan perasaan yang
sebelumnya tak pernah ada.
Baru kali ini puting susuku
dihisap oleh cewek dan rasanya.. geli dan nikmat
banget. Sekali kesempatan aku
buka resleting lingerinnya dan
Sofiepun menarik perlahan
lingerin itu seiring cumbuannya
pada daerah sekitar perutku. Darahku bagai berhenti
mengalir ketika Sofie
menghisap pusarku lalu
menjilati lubangnya dengan
lidahnya.
"Aachh.. Soff.. kamu pintar sayang.." mulutku menceracau
tak karuan.
"Ssst.. tenanglah say.. aku
akan menikmatkanmu.." ujarnya
sambil merosot CDku. Dan
dengan sigap disepongnya penisku yang sudah penuh
dengan tegangan tinggi itu.
"Ssooff.. ahh.. enak say.. sambil
mainkan buahnya say.. aduh
nikmatnya.. ohh.." erangku
penuh emosi birahi. Saking tak tahannya aku
terduduk kembali di sofa dan
Sofie mengikuti dengan
berjongkok dengan tubuhnya
yang sudah bugil itu. Seluruh
persendiaku terasa mau pecah oleh permainan lidah Sofie
yang menjilat-jilat ujung
penisku yang merah membara
dan permainan bibirnya ketika
tangan Sofie membimbing
penisku masuk keluar rongga mulutnya. Reflek kutarik dan
kumasukkan kembali penisku
ke arah mulutnya berulang
kali. Sedangkan tanganku mulai
sibuk mencari-cari payudara
Sofie yang menggelantung di dadanya. Ah.. eh.. desah Sofie
di sela-sela penisku merasakan
setiap cubitan-cubitan kecil di
puting susunya. Ketika aku
meremas-remasnya, terasa
begitu kenyal daging yang tumbuh tak proporsional
dengan badan Sofie itu. Permainan lidah Sofie semakin
menjadi-jadi hingga membuat
nafasku seakan tak bisa
mengimbangi semangatnya.
Sofie terus mengenyot-
ngenyot penisku dan menekan-nekannya sambil
mempermainkan buah zakarku.
Mendadak saja aku merasakan
bahwa magmaku ingin
menyembur keluar.
"Aduh.. sayy.. aku hampir nyampe.. aku tekan yaa.."
Sofie mengeluarkan batang
penisku dari mulutnya dan aku
segera menekannya lalu croot..
croot.. air maniku keluar
banyak banget dan menyembur ke wajah Sofie,
seluruhnya. Cairan putih kental
itu nampak menjijikkan. Tapi
Sofie dengan nikmat
menjilatinya. Aku mengelap
mukanya dengan lingerinnya. Sofie kembali melumat 1/2
bagian penisku lalu
menghisapnya hingga air
maniku habis keluar.
"Mmmhh.. ahh.. spermamu enak
say.." katanya sambil mengocok ngocok penisku di dalam
mulutnya. Penisku kembali
bangun dan menyodok-nyodok
rongga mulut Sofie. Makin lama
muka Sofie nampak memerah
nafasnya berat dan mendesah-desah.
"Shh.. aahh.. ahh.. Doonn aku
hampir sampai nih.." katanya
sambil mendongak kearahku.
"Kamu nungging dong sayang.."
kataku. Sofie segera menunging membelakangiku.
Tanganku berpegangan pada
payudara Sofie yang
menggantung bebas sedangkan
Sofie menjadikan pahaku
sebagai pegangan. Setelah siap segera aku mengambil ancang-
ancang menyodokkan penisku
kearah lubang vaginanya yang
licin dan basah. Sleepp.. bless.. aku langsung
memasukkan batang penisku
terburu-buru. Kepala penisku
dengan mudah menembus
lorong kawin Sofie yang tak
perawan lagi itu. "Aachh.. uhh.." pekiknya
membakar gairahku. Kutekan
penisku agar menghunjam lebih
dalam lagi. Dan akupun segera
menggoyangnya dari belakang.
"Aduh Donn.. enak terus.. yang cepat say.. shh.. ahh.. oohh..!"
Ssuurr.. lendir kenikmatan Sofie
menghangat di sekujut penisku.
Segera kutarik dan
kumasukkan kembali batang
penisku kearah vaginanya. Sofie semakin menceracau
ketika aku kembali
menggoyangnya dan diapun
menggoyangkan bokongnya.
Tangannya menuntunku
meremas-remas payudaranya yang semakin besar dan
kencang karena bengkak.
"Iya.. gitu yang.. remas terus.." "Kita kekasur yuk say.."
kataku.
Sofiepun menurut dan segera
menghempaskan tubuhnya
terlentang di kasur. Aku
segera berjongkok di atas perutnya dan mencumbui
sekwildanya sedangkan naga
kecilku ikut-ikutan menusuk-
nusuk susu Sofie. Aku remas-
remas payudara Sofie itu
dengan sedikit kasar tapi menggairahkan buktinya Sofie
menggeliat-geliat merasakan
amukan badai cinta. Aku remas
terus kedua buah dada yang
mengeras itu sambil sekali-kali
menekan-nekan putingnya. Sofie mendesis-desis,
"Sayang.. kamu hot banget.."
Aku membalas ucapan Sofie
dengan ciuman di bibirnya. Mau
tak mau tubuh kami mendekat
hingga naga kecilku menempel diulu hatinya. Kemudian Sofie
menangkapnya lalu
membelainya dengan mesra.
Birahiku kembali meluap.
"Sofie.. sayang.. payudara kamu
kok gede banget sih say.." kataku kemudian.
"Penny kamu juga gede Don..
aku suka.." jawab Sofie
menggelitiki ujung kepala
penisku.
"Aachh.. kamu nakal. Aku makan nih ehmm.."
Langsung saja aku kulum
puting payudara Sofie. Cewek
itu melenguh menggenggam-
genggam penisku. Aku segera
membalasnya dengan menghisap payudaranya kuat-
kuat.
"Ohh Donny.. kamu panas
banget.. ohh.." desah Sofie
sambil meremas penisku sampai
rasanya ingin remuk. Aku serang payudaranya semakin
garang. Aku terdengar detak
jantungnya yang memburu
berpacu dengan naluri bercinta
kami. Tangan kiriku segera
bekerja menyusuri goa kemaluan Sofie yang semakin
becek aku telusuri lorong-
lorong sempitnya, aku pelintir
juga clitorisnya yang
berdenyut-denyut. Tiba-tiba
Sofie mengerang, "Achh.. uuhh.. Donny.. ent*tin
aku lagi say.." pinta Sofie. Tapi aku belum puas bermain-
main. Segera kuangkat tubuh
Sofie, lalu kuletakkan bantal
dibawah pantatnya. Nampak
paha mulus Sofie masih
terbalut stocking tipis. Terlihat pula goa kenikmatan Sofie
yang berbulu tipis licin
mengkilap. Penisku makin
menegang. Sofie mengerang
saat jari telunjukku menguak
kedua dindingnya yang merah. Otot pahanya meregang saat
kujilati bagian dalamnya dan
menusuk-nusuknya.
"Aaahh.. sstt.. oohh..!" rintih
Sofie tiada aku perdulikan aku
segera menghisap clitorisnya. "Ouuwww.. ooh.. sshh.. say..
cepet masukin!" rintihan
kenikmatannya kali ini
terdengar nyaris seperti
jeritan. Tiada tega aku mendengarnya
maka segera saja aku tekan
penisku memasuki lubang
kawinnya yang menganga.
Bless.. masuk! Segera saja aku
pompa masuk keluar masuk keluar lalu berputar.
"Ogghh.. terus sayang.. nikmat
sayang.. terus sayangg.."
Aku terus memompa sampai
rasanya lubang kawin Sofie
berdenyut-denyut. Dan tak lama kemudian kami merasa
akan mencapai oragasme lagi.
"Ssshhtt.. aahh.." rintih Sofie.
"Hoohh.. aahh.." erangku bagai
teriakan. Aku cabut penisku dari vagina
Sofie. Lalu kami terlentang
diatas kasur empuk itu. Bau
keringat kami berbaur,
demikianpun bau lendir-lendir
kenikmatan kami. Nafas kami berangsur normal kembali.
"Don, makasih ya kamu mau
main denganku malam ini."
"Makasih juga sama pussymu
yang memuaskanku malam ini,
Sof." Malam itulah kali pertama aku
main sex sama cewek yang
bukan perawan. Rasanya lain
banget, tapi sofie istimewa
hingga kemudian aku merasa
belum saatnya menghapus lebur jiwo dari diri Sofie. Aku
ingin mengulanginya lain hari.


Tamat

[ back ][ home ]

Cerita terbaru & Video Terheboh

Web Site Hit Counter