watch sexy videos at nza-vids!
Mau BB gratiss ?!

Oknum Polisi

Masih segar dari ingatanku,
kejadian yang amat memilukan
sekaligus amat menyenangkan
ketika aku diperkosa oleh
oknum polisi beberapa tahun
yang lalu. Namaku Aisyah, aku adalah seorang ibu rumah
tangga, usiaku baru 23 tahun.
Aku kawin pada usia 20
dengan seorang pemuda
berumur 4 tahun diatas usiaku.
Setelah 2 tahun menikah, aku mendapatkan momongan
seorang anak laki-laki yang
kini berusia 1 tahun, betapa
senangnya hari-hariku
mempunyai anak yang lucu dan
sehat. Suamiku bekerja sebagai sopir taxi, yang
pendapatannya tidak begitu
besar, malah kadang-kadang
sumiku sering nombok untuk
setoran, karena penumpang
taxi sejak krismon makin berkurang saja. Apalagi saat ini
perusahaan armada taxi di
Jakarta makin menjamur. Skil
suamiku hanya sebatas
membawa mobil, jadi mau tidak
mau mencari nafkah dengan menjadi sopir. Hari itu Kamis,
tanggal 23 Mei . Jam dinding
Seiko di kamarku sudah
menunjukkan pukul 11 malam.
Saat itu aku sedang menyusui
si Udin yang rewel menangis terus menurus sejak maghrib
tadi. Seharusnya, Anto suamiku
sudah ada di rumah karena
selama ini ia berangkat ke pool
taxi pukul 9 pagi dan tiba di
rumah tidak lebih dari jam 10 malam. Aku makin gelisah,
anakku bertambah rewel
seolah-olah ada firasat buruk
yang akan menimpa
keluargaku. Aku terkejut tiba-
tiba saja pintu rumah kontrakanku di ketok oleh
seseorang yang memanggil-
manggil namaku. "Aisyah..
Aisyah.. buka pintunya." Aku
tidak mengenali suara itu,
buru-buru kuhampiri daun pintu itu dan kubuka. "Oh Pak
RT.." ujarku, "Ada apa Pak,"
lanjutku. Belum sempat Pak RT
menyahut, sekonyong-
konyong dua orang
berseragam polisi menimpali pembicaraan. "Ibu istrinya
Anto," ujar salah seorang polisi
yang perawakannya agak
gempal dan di dadanya
terpampang label namanya:
Firman, dengan pangkat Pratu. "Betul Pak," ujarku singkat.
"Suami Ibu sekarang ada di
Polsek, karena terlibat suatu
tindak kriminal, sekarang Ibu
kami jemput untuk menjenguk
suami Ibu, sekalian nanti kami akan meminta keterangan dari
Ibu." ujar Pratu Firman.
Akhirnya setelah aku
menitipkan anakku kepada
tetangga sebelah, aku
berangkat ke Polsek bersama kedua polisi tadi. Karena
terburu-buru aku tidak
sempat berganti pakaian yang
pantas. Aku baru sadar bahwa
aku hanya memakai daster
tipis, tanpa memakai BH. Rupanya sang polisi
mengendarai mobil patroli
kijang losbak yang di
belakangnya ada dua buah
bangku panjang yang saling
membelakangi. Aku disuruh duduk di tengah, diapit kedua
polisi, di samping kiri adalah
Firman sedangkan sebalah
kananku adalah Pratu Hasan
yang mengemudikan mobil.
Mobil sudah melaju kira- kira 3 km dari rumahku yang
terletak di Kampung Bahari Tg.
Priok. Sekarang mobil sudah
berada di Jl.RE Martadinata,
Ancol. Suasana jalan terasa
sepi, jarang sekali kendaraan yang kami jumpai, maklum
sudah jam 12 malam, Tiba-tiba
saja mobil kami mendadak
mogok, tepatnya di ujung jalan
Pademangan dekat rel kereta.
Di situ susananya agak gelap, karena jauh dari lampu jalan.
"Bah apa pula ini," ujar sang
sopir, yang bernama bernama
Pratu Hasan dengan logat
bataknya. "Coba lihat
bensinnya Man," lanjutnya menyuruh Pratu Firman
mengecek tangki. Dengan
mempergunakan lampu senter
dilihatnya tangki, "Wah kita
kehabisan bensin." "Gila, kita
bisa nginap di sini, mana ada jam segini tukang bensin buka,
mana Pom bensin pun di
sekitar sini nggak ada." Ujar
Pratu Firman mengomel tak
jelas. Angin malam meniup
deras, ini membuat rambutku yang mengibas-ngibas hingga
menyentuh wajah Pratu Hasan.
"Bah, wangi pula rambutmu,
habis shampoan ya?". Aku
tidak menjawab. Kulihat Pratu
Hasan turun dari mobil menghampiri rekannya yang
tengah duduk di depan gubuk.
Mereka sepertinya sedang
berbisik-bisik. Aku tidak tahu
apa yang mereka bicarakan.
Tidak lama kemudian Pratu Firman memanggil namaku,
"Mbak Aisyah, turunlah ke sini
sebentar, kita santai aja di
gubuk ini." "Biar aku di sini
saja," sahutku. Kulihat Pratu
Firman menghampiriku, lalu membuka pintu dan duduk di
sebelahku. "Kenapa, kamu lebih
suka di dalam mobil?" Aku
hanya mengangguk menahan
kantuk, karena arloji di
tanganku sudah menunjukkan pukul 1 :30 WIB. Aku membaca
gelagat Pratu Firman,
sepertinya dia akan berbuat
tidak baik terhadapku.
Dugaanku tidak meleset,
sekarang tangan Pratu Firman sudah berada di atas pahaku,
dia mengelus-elus dan meraba-
raba dan mulai menyibakkan
dasterku. Aku berusaha
menampiknya. Dia tertawa
kecil, lantas berucap, "Kamu cantik dan manis." Sejurus
dengan itu Pratu Hasan sudah
berada di samping kananku.
Tanpa basa-basi tangannya
sudah melingkari pinggangku,
sedangkan tangan satunya lagi menyentuh dadaku. Aku yang
kelupaan tidak memakai BH
langsung berdesir, darahku
naik ke ubun-ubun. "Jangan
macam-macam Pak." "Kami
tidak macam- macam Mbak, kami hanya butuh satu macam,
layani kami." kata Pratu hasan.
Hanya dengan hitungan detik
bibirnya sudah menyosor ke
bibirku. Aku makin tersentak.
Belum hilang keterkejutanku, Pratu Firman menyodokkan
jarinya ke arah vaginaku. Aku
menggelinjang. "Apa yang kalian
inginkan," ujarku setengah
teriak. "Layani kami," kata
Pratu Firman. "Kalau kamu mau, nanti suamimu akan kami
bebaskan," sambung Pratu
Hasan. "Benarkah?" ujarku. "Itu
pasti, yang penting puaskan
kami dengan layani kami
dengan baik.." janji Pratu Hasan. "Bagaimana, setuju?"
kata Pratu Firman sambil
mencubit pahaku. Aku bingung,
aku linglung, tidak mengiyakan
juga tidak menolak tawaran
kedua polisi itu. Yang kutahu dari cerita teman-teman kalau
berurusan dengan polisi pasti
harus dengan uang, tentu
tidak sedikit. Sedangkan aku
tidak mempunyai tabungan
ataupun emas. Disaat aku bingung, tali dasterku sudah
terlepas dan aku pun baru
tersadar bahwa CD-ku sudah
dilepaskannya, dadaku sudah
terbuka, sebab dasterku
sudah ditarik turun dari tubuhku. Pratu Hasan
mengenyot-ngenyot putingku,
persis si Udin anakku sedang
menetek. Bedanya hisapan
Pratu Hasan menimbulkan
gairah yang amat menegangkan bagi payudaraku.
Sedangkan Pratu Firman
minjilat-jilat pahaku yang mulus
dan membentangkannya, dalam
detik itu pula vaginaku sudah
dijilati oleh polisi bejat itu. Sebagai wanita muda yang
gairah seksnya normal, hal ini
tentu menimbulkan fantasi-
fantasi, tanpa sadar aku turut
menikmati permainan yang
tengah dikembangkan oleh kedua polisi yang memang
masih muda. "Ooohh.. aahh..
jangan.. oohh.." hanya itu yang
keluar dari mulutku, tanpa bisa
mencegah aktivitas kedua polisi
berpangkat Pratu tsb. Tanganku ditarik dan
ditempelkan ke buah zakar
Pratu Hasan, yang ternyata
sudah melepaskan celana
dalamnya. Kuremas panis
besarnya yang sudah menegang, kuelus dan kuusap
buah pelirnya. Kulihat matanya
mencerminkan kenikmatan.
"Ooohh.. terus.. aduh enak
sekali.." ujar Pratu Hasan.Aku
pun terbawa arus nikmat yang tiada tara saat klitorisku
disentuh lidah Pratu Firman.
Lidahnya yang panjang diatas
rata-rata menari-nari di atas
kemaluanku. Kedua gunung
sindurku sudah mengeras bak batu pualam, aku sudah tidak
tahan lagi. Cairan hangat di
lubang kemaluanku mengalir
deras, Pratu Firman menikmati
cairan putih bening milikku
dengan senang. "Ayo kita pindah ke gubuk.." ujar Pratu
Firman. Kini kami sudah berada
di gubuk, dengan alas
dasterku, aku ditelentangkan
di atas meja panjang. Tanpa
daya kubiarkan mereka berdua menikmati tubuhku yang mulus,
tubuh yang seharusnya hanya
untuk suamiku, Bang Anto.
"Maafkan aku Bang Anto, ini
semata-mata untuk
membebaskan dirimu dari penjara.." ujarku dalam hati.
Tiada yang terlewat, setiap
centi tubuhku dilahap habis
oleh kedua Pratu bajingan.
Anehnya aku turut
menikmatinya, karena memang sangat mengasyikkan. Mereka
pandai sekali mencari celah-
celah yang membuatku lupa
segala- galanya. Mereka
berdua rupanya mencari
kesepakatan untuk menentukan siapa yang
pertama mencobloskan
rudalnya ke vaginaku.
Sedangkan aku seolah sudah
berada diawang- awang dan
tidak sabar lagi untuk menikmati rudal-rudal mereka.
"Ayo cepat masukkan, aku
sudah tidak tahan.. ayo Mas,
siapa yang duluan.. cepat..
jangan biarkan libidoku turun,"
pintaku tak sabar. "Oke, kamu duluan Fir." ujar Pratu Hasan.
"Oke thank's.." timpal Pratu
Firman. Dengan cekatan Pratu
Firman sudah berada di atas
tubuhku, lidahnya menyusuri
belahan dadaku seolah ingin meningkatkan libidoku yang
sempat drop karena menunggu
terlalu lama. Pratu Firman
memang tahu apa yang kumau.
"Ayo sekarang tancapkan,"
ujarku. Sejurus dengan itu kutuntun zakar yang sudah
mengeras itu ke liang
vaginaku. "Bleess.." zakar Pratu
Firman menembus vaginaku.
"Aaauu.." betapa nikmatnya.
"Terus genjot.. genjot.. genjot.." pintaku lirih. Mungkin sampai 9
genjotan aku sudah tak
mampu lagi menahan klimaks.
Dan ternyata benar dalam
hitungan ke 6 aku memberi
aba-aba. "Firman, aku ingin keluar.." "Tunggu kita barengan
yach.." ujar Firman sambil
menghentikan genjotannya
sejenak. "Oke dech Sayang.."
Dan.. "Croott.. croott.. croott.."
Cairan hangat dari zakar Pratu Firman menyapu
vaginaku, seperti air bah yang
tak dapat dibendung. "Ooohh,
Firman enak sekali.." "Aaahh..
barangmu legit.." Dalam detik
itu pula kumuntahkan cairanku, tentunya berbaur dengan
sperma Firman. Kami berdua
terkulai dan saling memeluk
erat. Pratu Hasan resah,
menunggu giliran. "Firman,
gantian. Turun kamu, sekarang giliranku.." Dengan
mempergunakan kaos, Pratu
Hasan membersihkan sperma
yang berceceran di
selangkanganku. Aku masih
lemas, libidoku sudah hilang, tapi Pratu Hasan pandai
memancing gairahku untuk
timbul. Dikulumnya vaginaku
berlama-lama, baru setelah 5
menit libidoku bangkit. Pratu
Hasan menindih tubuhku dia menciumi belahan dadaku,
mengulum putingku, mencium
ketiakku, mencium telingaku
dan menggesek-gesekan
rudalnya ke vaginaku. Vaginaku
ingin dihujam kembali, aku menginginkan itu. "Ayo
sekarang Bang," ujarku
memberi aba-aba. "Oke deh.."
Kuraih batang kemaluannya
dan kubimbing kearah lubang
kemaluanku. Dan.. "Slepp.." "Ayo goyang, Sayang" ujar sang
Pratu. Kugoyang dan kuputar.
"Ooohh.. aahh.." koor suara
kami berdua dengan kompak.
Pratu Haan merem melek
keenakan, aku juga keenakan. "Aku mau keluar.." kata Pratu
Hasan. "Ya sudah ayo, aku
juga ingin.." Dan.. "Crot.. croott..
croott.." Kami berdua
kehilangan keseimbangan. Kamu
larut dalam kenikmatan. Kenikmatan malam jumat
kliwon. Tak terasa fajar diufuk
sudah mengintip. Itulah kisahku
di malam Jumat Kliwon.


Tamat

[ back ][ home ]

Cerita terbaru & Video Terheboh

Web Site Hit Counter